Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sulistini Dwi Putranti
Abstrak :
Tesis ini membahas dua drama yaitu A Doll House karya Henrik Ibsen yang diterjemahkan oleh Rolf Fjelde dan Slam the Door Softly karya Clare Boothe Luce yang disebutkan oleh Luce sebagai penulisan Wang babak ketiga drama Ibsen. Keinginan Luce untuk menulis Mang tersebut merupakan motivasi utama bagi penulis untuk melihat perbedaan apa yang ingin dibuat oleh Luce terhadap drama Ibsen dan mengapa Luce menuliskannya seperti itu. Fokus utama tesis ini adalah menganalisis kedua tokoh utama drama tersebut dalam bersikap terhadap konstruksi jender yang sudah dilekatkan oleh masyarakat pada masing-masing jamannya. Analisis dilakukan dengan menggunakan kajian jender dan teori Feminis yang akan mempertajam hasil analisisnya. Kedua tokoh tersebut dibahas dari peran mereka sebagai seorang ibu rumah tangga yang bertanggungjawab di dalam wilayah domestik dan tidak diberi kesempatan untuk berkiprah di wilayah publik, serta peran mereka sebagai secondary sex. Sebagai secondary sex di sini adalah peran mereka sebagai seorang istri yang tidak didengar dan dianggap penting oleh suami pada khususnya dan masyarakat secara luas yang menganut sistem patriarki. Dengan melihat simbol-simbol, norma-norma dan nilai-nilai masyarakat pada jaman masing-masing, kedua drama tersebut dapat dibahas dengan teliti dan menghasilkan analisis yang cermat yang diharapkan berguna bagi segenap pembaca.
This thesis discusses two dramas: A Doll House by Henrik Ibsen, in this case translated by Rolf Fjelde, and Slam the Door Softly by Clare Boothe Luce. Luce mentioned that her drama was actually a reconstruction of Ibsen's third part of A Doll House. Luce's reasons to reconstruct Ibsen's play are the key factors which motivate the writer to examine the differences as well as the similarities of these two dramas. Why did Luce want to rewrite Ibsen's play? What differences did. she want to make? What similarities did she want to keep? Those are questions that the writer wants to find the answers. The main focus of the drama is analyzing the two main characters in both plays in their reaction to gender construction. They are examined through their roles as a mother who is responsible in the domestic area. They are not given opportunities to take part in public sphere. They are also examined through their role as a wife as secondary sex. They are said secondary sex because they are not considered as an important partner by their husband. They are not heard, their opinions are not important and they are marginalized and subordinated in every way by their husband. By considering all symbols, norms and values held by the society in both dramas, the writer discusses these two dramas thoroughly and closely and hopefully it will be beneficial for all the readers.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
T11341
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ganang Dwi Kartika
Abstrak :
Persoalan kebohongan dan persoalan-persoalan fundamental yang tersembunyi di baliknya direfleksikan dari sudut pandang eksistensial dan etis atas dasar keempat drama penulis Norwegia, Henrik Ibsen. Penggunaan kedua pendekatan tersebut dimaksudkan untuk memperoleh pengertian secara mendasar tentang pertanyaan mengapa kebohongan dijadikan sebagai tumpuan dan andalan oleh para tokoh untuk mempertahankan "eksistensi" masa lalu. Persoalan selanjutnya adalah bahwa setelah kebohongan dijadikan sebagai ciri dan cara bereksistensi para tokoh, lalu apa yang semestinya dilakukan oleh masing-masing pelaku (tokoh) drama yang telah terlanjur membangun eksistensi dirinya di atas kebohongan demi kebohongan. Dengan metode abduktif, induktif-verifikatif dan esensialistis kebohongan-kebohongan para tokoh dari keempat drama Ibsen tersebut diinterpretasikan dan direfleksikan berdasarkan pemikiran seorang filsuf eksistensial religius, Soren A. Kierkegaard, dan seorang filsuf eksistensial ateis Jean-Paul Sartre. Dengan itu difahami bahwa sikap mempertahankan kebohongan sebagai cara bereksistensi semakin menjauhkan masing-masing pelaku dan bahkan korban tindak kebohongan dari peluang pengembangan dan pemenuhan eksistensi dirinya. Dengan bercermin pada berbagai kisah kebohongan yang dilakukan oleh para tokoh dan peristiwa yang menimpa para pelaku dan korban kebohongan, diketahui bahwa kebohongan -- pada hakekatnya -- tidak sesuai dengan kodrat kemanusiaan pada diri manusia. Mengapa setiap kebohongan senantiasa terbongkar dari ditanggalkan oleh (seorang) pelaku berpangkal pada fakta dasariah di dalam diri manusia, yakni bahwa kebohongan tidak sesuai dengan keyakinan akan kebenaran di dalam dirinya dan ciri kontradiktif dari setiap kebohongan itu sendiri. Kedua hal tersebut menjadikan kebohongan tidak pernah mampu menjadi dan dijadikan landasan eksistensi yang dapat dipertanggung-jawabkan. Kenyataan dasariah tersebut di atas dipahami berdasarkan fakta bahwa para tokoh - sebagai manusia yang berkesadaran - akhirnya sampai pada suatu kesadaran bahwa hidup sebagai manusia tidak cukup dengan hanya sekedar bertahan (surviuelzen). Lebih dari itu, manusia pada akhirnya senantiasa menemukan suatu ruang transenden di dalam dirinya, yakni kecenderungan untuk dapat `hidup bahagia' (euzen) - hal mana tidak dapat dicapai melalui kebohongan (penipuan/pembohongan diri/orang lain). Akhirnya, penelitian atas empat drama Ibsen dengan menggunakan pendekatan eksistensial dan etis ini sampai pada satu kesimpulan bahwa kebohongan hanya menjadikan manusia sebagai eksistensi tidak otentik, bahwa manusia harus menanggalkan kebohongan sebagai ciri eksistensialnya untuk mencapai suatu eksistensi otentik, bahwa manusia memang harus menjadi dirinya sendiri. Dan `menjadi dirinya sendiri' tetap merupakan suatu hasil yang tidak pernah final dari proses perubahan dari `ada' menuju suatu keadaan `menjadi,' yang akan kembali menjadi `ada' dan dibawa ke dalam proses perubahan untuk menjadi dirinya yang hakiki.
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thomas, David
London: Macmillan Education , 1990
839.822 6 THO h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Aarseth, Asbjorn
Basingstoke: Macmillan Education , 1989
839.822 6 AAR p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library