Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sitorus, Jefri Hasurungan
Abstrak :
Hipertensi merupakan penyakit kronik akibat gangguan sistem sirkulasi darah telah menjadi masalah besar bagi kesehatan masyarakat. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 menyebutkan bahwa penyakit sirkulasi ini pada kelompok umur 45-60 tahun mencapai 20.9%, sedang pada umur diatas 60 tahun angka ini mencapai 29.5%. Demikian juga pada tahun 1995 penyakit sirkulasi menduduki urutan pertama-penyebab kematian pada lansia, yakni sebesar 18.9%. Penelitian pendahuluan terhadap 90 lansia di Kota Depok pada tahun 2001 didapatkan proporsi hipertensi sebesar 50.0%, dan berdasarkan jenis kelamin pada laki-laki sebesar 41.9%, sedang pada perempuan 57.4%, dan angka ini jauh lebih besar dari prevalensi hipertensi yang ditetapkan oleh Depkes RI (20-30%) untuk lansia di tahun 2000. Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan hipertensi pada lansia di Kota Depok. Sampel dalam penelitian sebanyak 310 orang lansia (181 perempuan dan 129 laki-laki) berumur 55-93 tahun, dimana pengambilan sampel dilakukan secara rancangan stratifikasi proporsional di 4 wilayah puskesmas dari 24 puskesmas yang ada di Kota Depok. Penelitian ini melihat hubungan antara umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, konsumsi natrium, konsumsi lemak, konsumsi kalsium, IMT, merokok, stress, aktivitas fisik, dan faktor sosial ekonomi (status perkawinan, status pendidikan, status pekerjaan, dan penghasilan keluarga), dengan hipertensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi pada responden di Kota Depok sebesar 57.4%. Persentase ini lebih tinggi dibandingkan hasil penelitian sebelumnya. Berdasarkan analisis multivariat didapatkan hasil sebagai berikut: responden yang berumur 70 tahun berpeluang mendapat hipertensi 2.97 kali (95% CI: 1.3640-6.4610; p=0.0061) dibandingkan yang berumur 55-59 tahun, responden yang berumur 65-69 tahun berpeluang mendapat hipertensi 2.45 kali (95% CI: 1.2517-4.8134; p=0.0090) dibandingkan yang berumur 55-59 tahun dan responden yang berumur 60-64 tahun berpeluang mendapat hipertensi 2.18 kali (95% CI: I.0971-4.3350; p=0.0261) dibandingkan yang berumur 55-59 tahun. Responden yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi berpeluang mendapat hipertensi 1.97 kali (95% CI: 1.0816-3.5997) dibandingkan yang tidak punya riwayat keluarga hipertensi. Responden dengan derajat stres tinggi berpeluang mendapat hipertensi 3.02 kali (95% CI: 1.5262-6.0087; p=0.0015) dibandingkan yang derajat stres rendah, dan responden dengan derajat stres sedang berpeluang mendapat hipertensi 2.47 kali (95% CI: 1.3594-4.4900; p=0.0030) dibandingkan yang derajat stres rendah. Responden dengan aktivitas kurang berpeluang mendapat hipertensi 2.73 kali (95% CI: 1.6296-4.5649; p=0.0001) dibandingkan yang aktivitas cukup. Dan responden yang tidak kawin berpeluang mendapat hipertensi 2.07 kali (95% CI: 1.1414-3.7561;p=0.0166) dibandingkan yang kawin. Selanjutnya disimpulkan bahwa dari kelima variabel tersebut, derajat stres tinggi merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan hipertensi. Berdasarkan faktor-faktor yang berhubungan secara signifikan dengan hipertensi, pada penelitian di atas, maka faktor yang dapat diintervensi adalah aktivitas fisik dan stres. Oleh karenanya sehubungan dengan faktor di atas, serta tingginya angka kejadian hipertensi pada lansia, maka saran yang dapat diberikan kepada Dinas Kesehatan Kota Depok serta jajaran di bawahnya, adalah meningkatkan program promosi penanggulangan hipertensi pada lansia melalui kegiatan latihan fisik berupa senam terapi 2 kali seminggu dan gerak jalan pagi, serta melakukan pembinaan mental/ kerohanian. Perlu diperhatikan untuk membentuk kelompok-kelompok lansia baru, terutama untuk komunitas yang sosial-ekonominya rendah.
Hypertension is a chronic disease, it caused to the problem on blood circulation system, and it has become a big problem to public health. Based on the Household Health Survey (SKRT) in 1995 mentioned that this disease at age group 45-60 years reach 20.9%, while at age over than 60 years this number reach 29.5%. It was also in 1995; this disease lies at the first line of death on elderly, i.e. 18.9%. The previous study to 90 elderly at Depok City in 2001, it was found that the proportion was 50.0%, and based on male it was 41,9%, while on female 57,4%, and this number was bigger than hypertension prevalence that stated by MOH RI (20-30%) for elderly in 2000. The objective of this study was to determine the factors that estimated related to hypertension on elderly at Depok City. The number of sample in this study was 310 elderly (181 females and 129 males) their age 55-93 years, where the sample took proportionally in four areas of Health Centers out of 24 Health Centers that available at Depok City. This study see the relationship among age, sex, family history, sodium consume, fatty consume, calcium consume, IMT, smoking, stress, physic activity, and social economy factors (marital status, education status, profession status, and family income), with hypertension. The result of this study shows that hypertension prevalence on respondent at Depok City was 57.4%. This presentation was higher than the previous study. Based on multivariate analysis it was found that the result as the followings: the respondent whose age z 70 years having tendency of hypertension 2.97 times (95% CI: 1.3640-6.4610; p=0.0061) compared to whose age 55-59 years. The respondent whose age 65-69 having tendency of hypertension 2.45 times (95% CI: 1.2517-4,8134; p=0.0090) compared with whose age 55-59 years. And the respondent whose age 60-64 having tendency of hypertension 2.18 times (95% Cl: 1.0971-4.3350; p=0.0261) compared with whose age 55-59 years. Respondent whose having family history on hypertension tend to have hypertension 1.97 times (95% CI: 1.0816-3.5997) compared to whose not having hypertension on family history. Respondent with higher stress tend to have hypertension 3.02 times (95% CI: 1.522622-6.0087; p=0.0015) compared whose is lower stress, and respondent with moderate stress tend to have hypertension 2.47 times (95% CI: 1,3594-4900; p=0.0030) compared to whose lower stress. Respondent with lack of activity tend to have hypertension 2.73 times (95% CI: 1.6296-4.5649; pO.0001) compared to whose enough activity. And respondent whose unmarried tend to have hypertension 2.07 times (95% CI: 1.1414-3756I;p=0.0166) compared with whose married. Then it concluded that from the fifth variables, the degree of high stress is a variable that the most dominant related to hypertension. Based on the factors that related significantly to hypertension in this study, so the factors that can be intervention, i.e. stress and physical activity. Therefore, referring the factors above, also the high rate of hypertension on elderly, so the recommendation that can be given to the Local Health Service of Depok City also it?s related. They are improving the program on promotion to overcome the hypertension for elderly through physical exercise in the form of gymnastic therapy, twice a week and morning jogging, also doing mental management/spiritual. It is considering establishing the new groups of elderly, especially to community with lower social economy.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T10694
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pera Putra Bungsu
Abstrak :
ABSTRAK
Hubungan Perilaku Pelaku Rawat Keluarga dengan Pelaksanaan Latihan Fisik Pada lansia Hipertensi Hipertensi merupakan penyakit yang umum terjadi pada lansia. Upaya yang dilakukan untuk menurunkan jumlah penderita hipertensi pada lansia belum optimal dilakukan. Keadaan tersebut mendorong para peneliti mencari cara untuk mencoba menurunkan angka penderita tekanan darah untuk mendampingi terapi farmakologis. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan melaksanakan latihan fisik secara teratur. Keluarga sebagai pelaku rawat lansia memiliki peran untuk mencapai kesehatan yang optimal pada lansia khususnya pada lansia hipertensi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perilaku pelaku rawat lansia dengan pelaksanaan latihan fisik pada lansia hipertensi di Kota Depok Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan desain descriptive correlational. Sampel pada penelitian ini sebanyak 108 responden. Analisis data Chi-Square P value < 0,001 dan OR 4.781 . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku pelaku rawat lansia mempengaruhi pelaksanaan latihan fisik pada lansia hipertensi. Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dapat bekerja sama dengan keluarga sebagai pelaku rawat lansia dalam menurunkan tekanan darah lansia dan mencegah akibat lanjut hipertensi. Kata kunci: Pelaku rawat lansia, Latihan fisik pada lansia hipertensi, Hipertensi, Tekanan darah
ABSTRACT
Hypertension is a common disease in the elderly. Efforts made to reduce the number of hypertensive patients in the elderly has not been optimal. The situation prompted researchers to find ways to try to lower the number of people with blood pressure to accompany pharmacological therapy. One way that is done is to carry out physical exercise regularly. Families as elderly caregivers have a role to achieve optimal health in the elderly, especially in elderly hypertension. The purpose of this study was to determine the relationship of elderly caregiver behavior with the implementation of physical exercise in elderly hypertension in the city of Depok, West Java. This research uses descriptive correlational design. The sample in this study were 108 respondents. Analysis of Chi Square data P value
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T47805
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ashka Dwita Arisawara
Abstrak :
Hipertensi merupakan salah satu penyakit dengan angka mortalitas dan morbiditas yang sangat tinggi di dunia. Hipertensi merupakan penyakit terbanyak dengan kasus 3.336 di Puskesmas Pasar Manggis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan minum obat antihipertensi pada lansia di wilayah kerja Puskesmas pasar Manggis Tahun 2020. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Responden dalam penelitian ini yaitu lansia (≥60 tahun) dengan hipertensi yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Pasar Manggis sebanyak 59 responden, yang dipilih menggunakan metode quota sampling. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara via telepon dengan panduan kuesioner Morisky Medication Adherence Scale-8 (MMAS-8) dan kuesioner yang telah diadaptasi dari penelitian sebelumnya serta dianalisis dengan uji chi-square . Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pendidikan (p=0,011), pengetahuan (p=0,009), dan dukungan keluarga (p=0,001) memiliki hubungan yang signifikan dengan kepatuhan minum obat antihipertensi. Jenis kelamin, umur, peran petugas kesehatan dan akses terhadap pelayanan kesehatan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kepatuhan minum obat antihipertensi (p> 0,05). Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan & Puskesmas Pasar Manggis sebagai dasar pengambilan keputusan untuk upaya kedepannya dalam meningkatkan kesadaran, pengobatan dan pengendalian penyakit hipertensi di masyarakat. ......Hypertension is a disease with very high mortality and morbidity in the world. Hypertension is the most common disease with cases of 3.336 in Puskesmas Pasar Manggis. This study aims to determine the factors associated with antihypertensive medication adherence among elderly in the working area of Pasar Manggis Health Center in 2020. This research is a quantitative-based cross-sectional design. Respondents in this study were 59 elderly (≥60 years old) with hypertension who lived in the working area of Pasar Manggis Health Center which were selected using the quota sampling method. Data was collected through phone interview questions with the Morisky Medication Adherence Scale-8 (MMAS-8) questionnaire and a questionnaire that has been modified from previous studies which will be analyzed by chi-square test. The results showed that educational factors (p = 0.011), knowledge (p = 0.009), and family support (p = 0.001) had a significant relationship with antihypertensive medication adherence. Gender, age, role of health workers and access to health services do not have a significant relationship with antihypertensive medication adherence (p> 0.05). The result of this study are expected to benefit the Sout Jakarta city Health Office & Pasar Manggis Health Center as a basis for making decisions for future efforts to raise awareness, treatmet and control of hypertension in the community.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ara Tayomi
Abstrak :
Kepatuhan minum obat sangat penting bagi lansia hipertensi untuk mengontrol tekanan darah sehingga mencegah terjadinya komplikasi. Tujuan studi literatur ini ialah untuk mengetahui kepatuhan minum obat pada lansia hipertensi. Peneliti menggunakan 5 database sebagai alat pencarian artikel dan metode PRISMA untuk menyeleksi artikel. Penelusuran literatur dilakukan pada bulan juni hingga juli 2020 dan didapatkan 10 artikel yang sesuai. Hasil studi literatur ini menunjukan kepatuhan minum obat pada lansia hipertensi masih rendah. Terdapat 3 faktor utama yang mempengaruhinya yaitu literasi kesehatan, efikasi diri dan fungsi kognitif. Intervensi yang paling efektif untuk meningkatkan kepatuhan minum obat pada lansia hipertensi adalah multimodal intervention. ...... Medication adherence is important for older people with hypertension to control their blood pressure to prevent complications. The purpose of this literature study is to determine medication adherence in older people with hypertension. The researcher used 5 databases as an article search tool and PRISMA method to select articles. This literature study was conducted from June to July 2020 and obtained 10 suitable articles. The results of this literature study show that medication adherence in older people with hypertension is still low. 3 main factors influence it, include health literacy, self-efficacy, and cognitive function. The most effective intervention to improve medication adherence in older people with hypertension is a multimodal intervention.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Roroputri Aprilia
Abstrak :
Hipertensi menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dengan prevalensi tertinggi pada kelompok lanjut usia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi yang belum terdiagnosis pada lansia di Indonesia. Desain penelitian ini adalah cross-sectional dengan menggunakan data sekunder dari hasil survei Riskesdas 2018. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh penduduk berusia ≥60 tahun di Indonesia yang belum terdiagnosis hipertensi, yaitu sebanyak 70.127 orang. Data dianalisis secara regresi logistik sederhana (bivariat) dan regresi logistik berganda (multivariat). Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi yang belum terdiagnosis pada lansia di Indonesia sebesar 52,4%. Umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, wilayah tempat tinggal, konsumsi makanan asin, perilaku merokok, dan aktivitas fisik merupakan faktor- faktor yang berhubungan dengan hipertensi yang belum terdiagnosis pada lansia di Indonesia, dengan umur sebagai faktor yang paling berhubungan dengan AOR = 1,44 (95% CI: 1,36-1,52). Untuk mengurangi prevalensi hipertensi yang belum terdiagnosis pada lansia, pemerintah diharapkan dapat fokus pada penguatan promosi, skrining, dan surveilans kesehatan pada lansia. ......Hypertension is one of the public health problems in Indonesia with the highest prevalence in elderly. The purpose of this study was to determine the prevalence and factors associated with undiagnosed hypertension among elderly in Indonesia. The design of this study is cross-sectional using secondary data from the results of the 2018 basic health research survey. The sample in this study was the entire population aged ≥60 years in Indonesia who had not been diagnosed with hypertension, which was 70,127 people. Data were analyzed by simple logistic regression (bivariate) and multiple logistic regression (multivariate). The results showed that the prevalence of undiagnosed hypertension among elderly in Indonesia was 52.4%. Age, gender, education level, area of residence, consumption of salty food, smoking behavior, and physical activity are the factors associated with undiagnosed hypertension among elderly in Indonesia, with age as the most associated factor (AOR = 1.44, 95% CI: 1.36-1.52). To reduce the prevalence of undiagnosed hypertension among elderly, the government is expected to focus on strengthening promotion, screening, and health surveillance on elderly.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Sri Handayani
Abstrak :
ABSTRAK
Perkotaan menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk dapat memperbaiki taraf ekonomi keluarga. Kota seakan menjanjikan kehidupan yang layak bagi masyarakat, sehingga banyak masyarakat pindah dari desa ke kota yang disebut dengan urbanisasi. Dampak adanya urbanisasi di kota membuat kota semakin padat, kemacetan semakin tidak bisa diurai, tingkat kriminalitas meningkat, tingkat stres meningkat dan penyakit pun semakin meningkat. Stres di perkotaan dapat menyerang siapa saja termasuk lansia. Stres merupakan salah satu faktor penyebab hipertensi. Ibu S mengalami hipertensi sejak 10 tahun yang lalu akibat masalah keluarga yang menjadi beban pikiran. Tekanan darah Ibu S adalah 150/90 mmHg saat pertama kali kunjungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan pelaksanaan intervensi berupa pengelolaan stres dengan katarsis pada keluarga Ibu S 64 tahun dengan masalah kesehatan hipertensi. Metode penelitian menggunakan pelaksanaan asuhan keperawatan, mulai dari pengkajian sampai evaluasi. Kunjungan sejak penelitian sampai terminasi dilakukan sebanyak 12 kali. Diagnosis keperawatan yang ditegakkan ialah ketidakefektifan koping. Intervensi yang dilakukan cukup berhasil, karena melalui pengelolaan stres dan manajemen hipertensi baik dengan terapi farmakalogi dan non farmakologi dengan salah satu terapi unggulan berupa katarsis mampu menurunkan tekanan darah sistol rata-rata selama 5 minggu sebesar 5 mmHg dan tekanan darah diastol 1 kali penurunan setelah selesai intervensi pada Ibu S dengan hipertensi.
ABSTRACT Urban area becomes an attraction for society to be able to improve family economic level. The city seem to promise a decent life for the community, so many people moved from village to city called urbanization. The impact of urbanization in the city to make the city more crowded, congestion increasingly can not be parsed, crime rates increased, stress levels increased and the disease was increasing. Level of stress in urban areas can affected anyone including the elderly. Stress is one of the factors causing hypertension. Mrs S rsquo s family has hypertension since 10 years ago due to family problems that become a burden of the mind. Mother 39 s S blood pressure is 150 90 mmHg at first visit. The purpose of this study is to describe the implementation of interventions in the form of stress management with catharsis in Mrs S rsquo s family 64 years old with hypertension health problems. The research method used the implementation of family nursing care, ranging from assessment to evaluation. Visits from the study to termination were done 12 times. The nursing diagnosis that is enforced is the ineffective coping. The intervention is quite successful because through the management of stress and management of hypertension both with pharmacalogic and nonpharmacology therapy with one of the leading therapy especially catharsis can reduce sistol blood pressure on average for 5 weeks by 5 mmHg and diastol blood pressure decrease just one time for 5 weeks intervention towards Mrs S rsquo s family with hypertension
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rifa Yulita
Abstrak :
ABSTRAK
Pendahuluan : Masyarakat perkotaan memiliki gaya hidup modern seperti konsumsi makanan cepat saji, gaya hidup kurang sehat diantaranya konsumsi rokok, kurangnya aktivitas fisik dan stres sangat berisiko mengalami hipertensi. Ketidakefektifan koping merupakan salah satu masalah keperawatan yang dapat terjadi pada klien hipertensi dengan faktor risiko stres dan merokok. Tujuan : mengetahui keefektifan teknik relaksasi napas dalam terhadap penurunan tekanan darah. Metode : asuhan keperawatan dilakukan berdasarkan tahapan proses keperawatan yaitu dari pengkajian sampai evaluasi. Hasil : intervensi teknik relaksasi napas dalam pada klien hipertensi menghasilkan tekanan darah menurun pada akhir pertemuan yaitu 140/80 mmHg. Rekomendasi : intervensi penerapan teknik relaksasi napas dalam dianjurkan dapat terlaksana pada klien hipertensi disertai dukungan keluarga.
ABSTRACT Introduction Urban citizen tend to have sedentary lifestyle such as fast food as dietary habit, cigarette smoke, lack of physical activity and psychological stress. Those risk factors will lead them become hypertension patient someday. Copping mechanism ineffectiveness is one of nursing problem that happens in smoker and hypertension client. Aim To understand effect of the deep breath relaxation effectiveness in lowering blood pressure. Method nursing care is given based on nursing process steps from assessment to evaluation. Result Deep breath technique intervention can lower blood pressure in hypertensive client at the last visit and his blood pressure reach 140 80 mmHg. Recommendation Together with family support, this deep breath relaxation intervention is recommended as part of hypertensive client management.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Khairrunnisa
Abstrak :
Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang banyak dijumpai pada lansia. Penurunan kondisi secara fisiologis pada sistem kardiovaskular akibat menua, menyebabkan risiko terjadinya hipertensi pada lansia semakin tinggi. Gaya hidup yang berisiko dapat memunculkan masalah hipertensi pada lansia. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menggambarkan asuhan keperawatan dengan masalah keperawatan perilaku kesehatan cenderung berisiko pada lansia yang menderita hipertensi melalui penerapan terapi relaksasi Benson. Terapi relakasasi Benson dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan dengan durasi 10 menit tiap sesinya. Hasil menujukkan adanya penurunan tekanan darah sebesar 3-6 mmHg pada tekanan sistolik dan 2-3 mmHg pada tekanan diastolik setelah dilakukannya intervensi relaksasi Benson. Intervensi Relaksasi Benson dapat menjadi alternatif dalam mengontrol hipertensi. Intervensi ini dapat diterapkan dalam intervensi keperawatan karena mudah untuk dilakukan, tidak memerlukan biaya, dan tidak ada efek samping yang ditimbulkan. Disarankan ketika akan melakukan intervensi relaksasi Benson diperlukan kondisi lingkungan yang kondusif berupa lingkungan yang tenang, tidak ada distraksi, dan suhu lingkungan yang nyaman agar relaksasi berjalan secara maksimal. ......Hypertension is a non-communicable disease that is often found in the elderly. The physiological decline in the cardiovascular system due to aging causes the risk of hypertension in the elderly to be higher. A risky lifestyle can lead to hypertension problems in the elderly. This scientific work aims to describe nursing care with risk-prone health behavior problems in the elderly who suffer from hypertension through the application of Benson relaxation therapy. Benson's relaxation therapy was carried out in 4 meetings with a duration of 10 minutes per session. The results showed a decrease in blood pressure of 3-6 mmHg in systolic pressure and 2-3 mmHg in diastolic pressure after Benson's relaxation intervention. Benson Relaxation Intervention can be an alternative in controlling hypertension. This intervention can be applied in nursing interventions because it is easy to do, does not require costs, and has no side effects. It is recommended that when carrying out a Benson relaxation intervention, a conducive environmental condition is needed in the form of a calm environment, no disturbance, and a comfortable environmental temperature so that relaxation can run optimally.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alyani Yasmin
Abstrak :
ABSTRACT
Pola makan merupakan salah satu modifikasi gaya hidup bagi pasien hipertensi. Hipertensi merupakan masalah kesehatan utama pada lansia. Pola makan yang disarankan ialah pola makan Dietary Approach to Stop Hypertension (DASH) yang berfokus pada pembatasan konsumsi garam, lemak dan memperbanyak konsumsi kalium. Pola makan ini memiliki kaitan dengan status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsumsi natrium, kalium dan lemak dengan status gizi lansia hipertensi berdasarkan The Mini Nutritional Assessment (MNA). Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Sampel sebanyak 107 lansia hipertensi di Pancoran Mas. Hasil penelitian menemukan bahwa lansia hipertensi tergolong lansia muda, perempuan, tidak lulus SMA, tidak merokok, memiliki riwayat keluarga hipertensi, IMT >25 (gizi lebih), sering mengonsumsi natrium, kalium, lemak dan status gizi normal berdasarkan MNA. Ditemukan adanya hubungan antara konsumsi lemak (p=0,031, OR=0,387) dengan status gizi lansia hipertensi. Tidak ditemukan hubungan antara konsumsi natrium (p=0,172) dan kalium (p=0,68) dengan status gizi lansia hipertensi. Perawat perlu melakukan edukasi untuk memilih jenis lemak yang dikonsumsi lansia, serta menganjurkan untuk pembatasan konsumsi lemak harian pada lansia hipertensi. Meskipun tidak berhubungan dengan status gizi, pembatasan pada konsumsi natrium serta meningkatkan konsumsi kalium pada lansia berperan dalam menstabilkan tekanan darah.
ABSTRACT
Dietary Pattern is one of lifestyle modification for hypertensive patients. Hypertension is known as the  primary health problem of older adults. Dietary Approach to Stop Hypertension (DASH) diet is recommended to reduce blood pressure. This diet is focusing on reducing natrium and fat consumption, meanwhile it needs higher pottasium consumption. Research found that maintaining DASH diet can influence nutritional status measured by Body Mass Index (BMI). The aim of this study to determine the correlation between natrium, pottasium, and fat consumption with nutritional status of older adults based on The Mini Nutritional Assessment. This study apply cross-sectional method design. Sample is currently reach about 107 hypertensive older adults patients in Pancoran Mas. Result shows that most of respondents are young elderly, women, lower education, having hypertensive family history, not a smoker, BMI >25, consuming more natrium, pottasium and fat, and having normal nutritional status measured by MNA. Fat consumption is associated with nutritional status of hypertensive older adults (p=0,031, OR=0,387). There is no significant correlation between natrium (p=0,172) and pottasium (p=0,68)  consumption with nutritional status of hypertensive older adults. Nurse should educate hypertensive older adults to manage type of fat consumed and advising to reduce fat in daily consumption. Reducing sodium consumption and increasing pottasium consumption is recommended for them to maintain blood pressure, although it is not correlated with their nutritional status.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azizul Pin Zulfa
Abstrak :
ABSTRAK
Penurunan aktivitas fisik pada lansia menyebabkan lansia memiliki gaya hidup kurang gerak sedenter yang merupakan faktor risiko penyakit degeneratif seperti hipertensi. Hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada lansia. Peneliti menggunakan desain cross sectional dan metode multistage random sampling n= 107, 71 berusia 60-69 tahun, 80,4 perempuan . Penelitian ini menggunakan A Physical Activity Questionnare for Elderly PAQE . Analisis bivariat dilakukan antara aktivitas fisik dengan tekanan darah menggunakan uji chi-square menunjukan secara statistik ada hubungan antara aktivitas fisik dengan tekanan sistol p=0,013, OR=2,71 namun tidak ada hubungan signifikan dengan tekanan diastol p=0,117, OR=1,88 . Hasil penelitian menyimpulkan aktivitas fisik yang rutin dilakukan dapat memperbaiki tekanan darah. Selain itu penanganan hipertensi pada lansia perlu ditingkatkan.
ABSTRAK
The decline in physical activity in the elderly causes them have less motion lifestyle which is a risk factor for degenerative disease such as hypertension. Hypertension is one of the leading causes of death in the world. This research aims to know the relation between physical activity PA and blood pressure BP in elderly. This research will use the cross sectional design and the multistage random sampling method n 107, 71 60 69 years, 80,4 female . A Physical Activity Questionnare for Elderly PAQE is also used in this research. The result of chi square test shows that PA is statistically associated with sistolic BP p 0,013, OR 2,71 but there is no correlation between PA and diastolic BP p 0,117 . This study summarize that a physical activity routine can support better blood pressure. It also reveals that a development in the Hypertension treatment for the elderly is needed.
2017
S69257
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>