Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Qanita Fauzia
Abstrak :
Pandemi COVID-19 berdampak pada seluruh aktivitas kehidupan termasuk bidang pendidikan. Seluruh praktik di perguruan tinggi termasuk pembelajaran ditiadakan diganti dengan pembelajaran jarak jauh atau daring. Pegawai perguruan tinggi juga merasakan adanya peningkatan beban kerja dan perubahan kondisi kerja. Pandemi ini mengubah mekanisme kerja seperti implementasi kebijakan baru, aturan pembatasan kontak fisik yang kemudian memungkinkan adanya konflik antara pekerjaan dengan gaya hidup yang dijalankan. Salah satu gaya hidup baru yang perlu diadopsi yaitu perilaku pencegahan COVID-19. Selama pandemi COVID-19, perguruan tinggi tetap memberlakukan work from office bagi pegawai sehingga risiko terjadinya penularan COVID-19 di lingkungan kerja tetap ada. Tentunya perilaku pencegahan COVID-19 menjadi aspek penting yang perlu menjadi perhatian karena merupakan cara terbaik berperang melawan COVID-19. Dalam teori health belief model disebutkan bahwa praktik perilaku kesehatan bergantung pada keyakinan yang dianut individu yaitu perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefit, perceived barrier, selfefficacy dan cues to action. Tujuan dari penelitian ini ialah menganalisis hubungan faktor perilaku pencegahan dengan perilaku personal higiene pegawai perguruan tinggi. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan penyebaran kuesioner pada 179 pegawai perguruan tinggi. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April 2022. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perceived barrier, self-efficacy, dan cues to action merupakan tiga komponen prediktor perilaku personal higiene pegawai. Beberapa rekomendasi dari hasil penelitian di antaranya menggencarkan sosialisasi kebijakan serta protokol kesehatan dengan konten yang dapat memotivasi self-efficacy serta menurunkan persepsi hambatan pegawai terhadap perilaku personal higiene positif, menyebarkan infografis dan media promosi yang menarik, memastikan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung (fasilitas cuci tangan, hand sanitizer, masker, sarung tangan, cairan disinfektan maupun APD lainnya), serta menunjuk duta prokes di kalangan pegawai untuk kemudian memberlakukan mekanisme pemberian apresiasi bagi pegawai yang telah rajin mempraktikkan perilaku personal higiene positif ......The COVID-19 pandemic impacts all life activities, including the education sector. All university practices have been removed and replaced with online learning. Academic staff feel an increase in workload and changes in working conditions. This pandemic has changed work mechanisms, such as implementing new policies and rules for limiting physical contact, allowing for conflicts between work and the lifestyle that is carried out. One new lifestyle that needs to be adopted is COVID-19 prevention behavior. During the COVID-19 pandemic, universities continue to enforce work from the office for employees; hence the risk of COVID-19 transmission in the work environment remains. Of course, COVID-19 prevention behavior is an important aspect that needs attention because it is the best way to fight against COVID-19. The health belief model theory stated that the practice of health behavior depends on the beliefs held by the individual, namely perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefit, perceived barrier, self-efficacy, and cues to action. The purpose of this study was to analyze the relationship between preventive behavior factors and personal hygiene behavior of academic staff. This study used a cross-sectional study design with questionnaires distributed to 179 academic staff. Data collection was carried out in April 2022. The study results show that perceived barriers, self-efficacy, and cues to action are significant and directly affected employee personal hygiene behavior. Some recommendations from the results include intensifying the dissemination of health policies and protocols with content that can motivate self-efficacy and reduce employee perceptions of barriers, distributing interesting infographics and social media campaign, ensuring the availability of supporting facilities and infrastructure (hand washing facilities, hand sanitizers, masks, gloves, disinfectant liquid, and other PPE) as well as appointing health care ambassadors among employees to then implement a mechanism for giving appreciation to employees who have been diligent in practicing positive personal hygiene behavior.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samsuni
Abstrak :
Perilaku kebersihan diri remaja di pesantren masih rendah sehingga berisiko mengalami berbagaimancam masalah kesehatan seperti penyakit kulit. Periode anak remaja adalah masa peralihan dari anak ke dewasa merupakan sasaran strategis peningkatan kesehatan. Remaja berada pada tahap senang belajar terutama mengenai hal yang baru operasional dan konkrit sehingga memerlukan metode pendidikan kesehatan yang mampu merefleksikan pengalaman interaktif dan nyata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh edukasi dengan photovoice terhadap perilaku kebersihan diri pada remaja 10-19 tahun. Metode yang digunakan kuasi eksperimen dengan kelompok perlakuan 38 remaja dan kelompok kontrol 40 remaja. Dengan uji t, hasilnya menunjukkan ada peningkatan rerata nilai perilaku pada kelompok perlakuan lebih tinggi dibanding dengan kelompok kontrol dengan masing-masing nilai p sebesar 0,000 dan 0,009. Edukasi menggunakan media interaktif photovoice dapat meningkatkan kebersihan diri remaja secara signifikan. Disarankan agar tehnik ini dapat diterapkan dalam rangka pemberian asuhan keperawatan pada remaja yang mengalami kebersihan diri.
Self adolescent hygiene behavior in pesantren is still low so risky experience various health problems such as skin diseases. The period of adolescence is the transition from child to adult is a strategic goal of health improvement. Adolescents are in the exciting stage of learning, especially on new operational and concrete issues, requiring a health education method that is able to reflect interactive and tangible experiences. This study aims to determine the effect of education with photovoice on personal hygiene behavior in adolescents 10 19 years. The method used was quasi experiments with a group of 38 adolescents and a control group of 40 adolescents. With t test, the result showed that there was an increase of mean value of behavior in the higher treatment group compared with the control group with each p value of 0.000 and 0.009. Education using interactive photovoice media can significantly improve adolescent self hygiene. It is recommended that this technique can be applied in order to provide nursing care to adolescents who experience personal hygiene.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T48442
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alexander, Linda Lewis
Burlington, MA: Jones & Bartlett Learning, 2014
613.042 44 NEW
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Faradhila Aushafiana Manaf
Abstrak :
ABSTRACT
Latar belakang. Keberadaan pasar tradisional yang merupakan tempat penjualan bahan pangan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kesehatan masyarakat. Keadaan pasar tradisional yang tidak memenuhi kaidah kesehatan dapat menjadi tempat penularan wabah penyakit diantaranya melalui makanan, air tercemar yang digunakan untuk mencuci makanan, praktik penyembelihan atau pemotongan hewan yang tidak semestinya, serta penyimpanan dan transportasi makanan yang buruk ke pasar. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh subjek yang melakukan aktivitas di lingkungan pasar tradisional Bantar Gebang. Sampel diambil dengan teknik quota sampling sehingga didapatkan besar sampel 150 orang dengan rincian: pedagang 70 orang, pengunjung 40 orang, dan petugas pasar 40 orang. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah, infrastruktur pasar, sanitasi pasar, Higiene dan sanitasi personal, suhu, dan kelembaban udara, pencahayan, kualitas air bersih, kepadatan lalat, frekuensi populasi berisiko berada di pasar, lama populasi berisiko berada di pasar dan keluhan atau gangguan kesehatan pada populasi berisiko. Pengumpulan data dengan pengisian kuesioner, observasi menggunakan checklist, dan pengukuran komponen lingkungan. Hasil. Penelitian menunjukan bahwa infrastruktur bangunan pasar Bantar Gebang masih kurang; sanitasi pasar Bantar Gebang masih kurang; higiene dan sanitasi personal di pasar Bantar Gebang masih kurang; serta suhu, kelembaban udara, dan suhu tidak memenuhi syarat. Untuk sumber air bersih didapatkan bahwa keempat jenis sumber air bersih tidak memenuhi standar jumlah coliform air bersih dan memenuhi standar parameter fisik seperti TDS, bau, dan rasa. Namun hanya 1 sumber yang memenuhi standar parameter kimia yaitu pH >6,5. Untuk kepadatan lalat didapatkan bahwa jumlah lalat banyak pada titik pedagang ayam, TPS, pedagang ikan, dan pedagang unggas hidup. Jumlah lalat yang cenderung sedikit berada pada titik pedagang daging, dan pedagang bahan pangan lain. Untuk karakteristik populasi berisiko didapatkan bahwa frekuensi tersering individu berada di pasar adalah setiap hari dengan rata-rata lama per harinya adalah 8,5 jam per hari. Rata-rata frekuensi dan lama pasar tersebut didominasi oleh kelompok pedagang dan petugas pasar. Untuk gangguan atau keluhan kesehatan yang paling banyak dialami oleh individu berisiko di pasar Bantar Gebang adalah flu, batuk, demam, dan gatal pada tangan. Kesimpulan. Keadaan pasar Bantar Gebang masih kurang dalam hal kesehatan terutama dalam hal bangunan pasar dan sanitasi pasar. Dengan demikian hal tersebut dapat menjadi faktor risiko penyakit di pasar.
ABSTRACT
Background. The existence of traditional markets which are places where food sales have a huge impact on public health. Conditions of traditional market that do not comply with these health norms can be a site of disease outbreaks through food, contaminated water used for food washing, inappropriate slaughtering or slaughtering practices, and poor food storage and transportation to markets. Method. This research is a descriptive explorative study. The population in this study is all subjects who perform activities in the Bantar Gebang Traditional Market. Samples were taken by quota sampling technique to get a sample of 150 people with details traders 70 people, 40 visitors, and 40 market officers. The variables studied in this study are market infrastructure market sanitation hygiene and personal sanitation temperature and humidity lighting water quality fly density frequency of population at risk being in the market, duration of populations at risk being in the market and health problems of population at risk. Data collection by questionnaire filling, observation using checklist, and measurement of environmental components. Result. The study showed that Bantar Gebang market building infrastructure is still lacki Bantar Gebang market sanitation is still lack hygiene and personal sanitation in Bantar Gebang market is still lack as well as temperature, humidity, and lighting are not eligible. For clean water sources it is found that the four types of clean water sources are not eligible the standard number of clean water coliform and eligible the standard physical parameters such as TDS, odor, and taste. However, only 1 source eligible the standard chemical parameters which is pH 6.5. For the density of flies it is found that the number of flies is many at the point of chicken traders, polling stations, fish traders, and live poultry traders. The number of flies that tend to be slightly at the point of meat traders, and other food traders. For the characteristics population at risk, it is found that the most frequent in the market is daily with average length per day is 8.5 hours per days. The average frequency and duration of the market is dominated by traders and market officers. For the most common health problems experienced by population at risk in the Bantar Gebang market are influenza, cough, fever, and itchy on the hands. Conclution. The condition of Bantar Gebang Traditional market is still less in terms of health, especially on market building and market sanitation. Thus it can be a risk factor for disease in the traditional market.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library