Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Masfar Salim
Abstrak :
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Debrisokuin (D) merupakan obat antihipertensi, golongan penghambat adrenergik. D mengalami hidroksilasi di hati. Berbagai obat penting lain juga mengalami cara hidroksilasi sama dengan D, seperti lidokain, nortriptilin, perheksilin dan metoprolol. Kemampuan hidroksilasi D digunakan sebagai indikator untuk menetapkan kemampuan hidroksilasi seseorang. Distribusi frekuensi kapasitas hidroksilasi D pada suatu populasi ternyata merupakan kurva polimodal (bimodal atau trimodal) karena dikendalikan oleh gen tunggal, yang bermanifestasi sebagai kelompok hidroksilator kuat (mayoritas, genotip dominan) dan kelompok hidroksilator lemah (minoritas, genotip resesif). Kelompok hidroksilator lemah mempunyai prevalensi yang bervariasi antar suku bangsa dan secara klinis cenderung mendapat efek samping yang jauh lebih sering dan kadang-kadang berbahaya bila diberikan obat-obat (dalam dosis terapi) dengan cara metabolisme (hidroksilasi) sama dengan D. Untuk mengetahui kemampuan hidroksilasi D seseorang, sebagai parameter dipakai ratio perbandingan metabolik ('metabolic ratio' = MR), yaitu ratio % dosis D yang diekskresi dalam bentuk utuh terhadap % dosis D yang diekskresi sebagai 4-hidroksi debrisokuin (4-HD) dalam urin, sesudah waktu tertentu pemberian D per oral. Disebut hidroksilator kuat bila MR < 12,6 dan hidroksilator lemah bila MR > 12,6. Untuk analisis kadar D dan 4-HD dalam urin digunakan kromatografi gas dengan metode yang dikembangkan Matta dkk. Hasil dan Kesimpulan: Telah diteliti 63 orang sukarelawan Indonesia sehat, ternyata 5 subyek (7,94 %) termasuk hidroksilator lemah dan 58 subyek lainnya (92,06 %) termasuk hidroksilator kuat. ...... Scope and Methodology: Debrisoquine (D) is a hypertensive drug classified as an adrenergic blocking agent. D undergoes hydroxylation in the liver. Other important drugs, such as lidocaine, nortryptiline, perhexiline, and metoprolol also undergo hydroxylation in the same way as D. The capacity of D hydroxylation is used, as an indicator to determine a person's capacity to hydroxylate. The distribution of the frequency of D hydroxylation capacity in a population is polymodal (bimodal or trimodal), because it is controlled by a single gene and it manifest as Extensive Metabolizers group (majority, dominant genotype) and Poor Metabolizers group (minority, recessive genotype). Poor Metabolizers has a variety of prevalence among ethnic groups and clinically tend to get more frequent and sometime dangerous side effects when given other medications (in therapeutic dosage) that have the same metabolism (hydroxylation) as D. To know a person's capacity to hydroxylate, we use metabolic ratio (MR) as a parameter'. It is the ratio of % of D dosage excreted unchanged to % of D dosage excreted as 4-hydroxy debrisoquine (= 4-HD) in urine, after taking D orally. It is called Extensive Metabolizers if the MR is < 12.6 and Poor Metabolizers if MR>12.6. To analyze the degree of D and 4-HD in urine, we use gas chromatography, a method developed by Wiria et al. Findings and Conclusions: 63 healthy Indonesian volunteers have been tested and five (7.84 %) are included as weak hydroxylator group and 58 (92.06 %) are included as strong hydroxylator group.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maisaroh
Abstrak :
ABSTRAK
Asam 9,10-dihidroksi stearat (DHSA) dengan rumus molekul C18H36O4 adalah salah satu jenis hidroksil asam lemak. Struktur dengan gugus fungsi hidroksil (-OH) dan karboksil (- COOH) menyebabkan DHSA memiliki sifat yang unik untuk berbagai aplikasi. Dalam kosmetik, senyawa tersebut dapat mengubah sifat fasa minyak dan lilin gel membentuk emulsi. Selain itu, DHSA berinteraksi kuat dengan permukaan padat pigmen dan pengisi anorganik yang menyebabkan warna menjadi lebih baik dan adhesi dengan kulit lebih tahan lama. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan DHSA dari asam oleat dan asam performat menggunakan katalis asam padat Amberlite IR-120, melalui tahapan reaksi epoksidasi dan hidroksilasi, produk DHSA yang dihasilkan digunakan dalam formulasi bahan kosmetik. Epoksidasi asam oleat dengan asam performat yang dibentuk secara in situ dilakukan pada perbandingan mol asam oleat : asam format : hidrogen peroksida 50% = 1 : 1 : 2,5. Suhu reaksi 65C, waktu reaksi 120 menit, pengadukan 1200 rpm dan penggunaan katalis Amberlite IR-120 sebesar 1%-b/b (terhadap asam oleat). Hasil yang diperoleh adalah bilangan iod epoksi asam oleat 0,08 g I2/100 g dengan konversi 99,91%, bilangan asam 172,32 mg KOH/g, dan bilangan penyabunan 203,31 mg KOH/g. Tahap hidroksilasi melalui penyabunan menggunakan NaOH diperoleh DHSA dengan gugus hidroksil teramati dengan FTIR pada bilangan gelombang 3333,84 cm-1. DHSA yang berbentuk berupa serbuk berwarna putih dengan titik leleh 80oC, bilangan iod 0, bilangan asam 175,31 mg KOH/g, dan bilangan penyabunan 172,68 mg KOH/g yang memenuhi syarat untuk diproses lebih lanjut sebagai bahan kosmetik.
ABSTRACT
9,10-dihydroxy stearic acid (DHSA) with molecular formula C18H36O4 is one of hydroxyl fatty acids. Structure with hydroxyl functional groups (-OH) and carboxyl (-COOH) cause DHSA has unique properties for various applications. In cosmetics, these compounds can alter the nature of the oil phase and wax emulsion gel form. Additionally, DHSA interact strongly with solid surface pigments and inorganic fillers which causes the color to be better and adhesion to the skin more durable. This research aims to produce DHSA of oleic acid and Performat acid using solid acid catalysts Amberlite IR-120, through the stages of epoxidation and hydroxylation reaction, product DHSA used in cosmetic formulations. Epoxidation of oleic acid with Performat acid formed in situ carried out at a mole ratio of oleic reaction time of 120 minutes, stirring speed 1200 rpm and the use of catalysts Amberlite IR-120 by 1% -b / b (against oleic acid). The results obtained are iodine value of epoxy oleic acid 0.08 g I2/100 g with 99.91% conversion, acid value 172.32 mg KOH/g, and the saponification 203.31 mg KOH/g. Phase hydroxylation through saponification using NaOH obtained DHSA with hydroxyl groups observed by FTIR at wave number 3333.84 cm-1. DHSA shaped in the form of a white powder with a melting point of 80°C, 0 iodine value, acid value 175.31 mg KOH/g, and the saponification 172.68 mg KOH/g were eligible for further processing as a cosmetic ingredient.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T43354
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library