Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 42 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Patricsia
Abstrak :
Latar belakang: Proporsi lansia diperkirakan akan terus meningkat. Salah satu masalah utama pada kesehatan kulit lansia adalah xerosis cutis atau kekeringan kulit. Tata laksana xerosis cutis yang tidak adekuat dapat menimbulkan komplikasi dan menurunkan kualitas hidup lansia. Pelembap merupakan tata laksana utama xerosis cutis. Jarak waktu pemakaian ulang yang tepat berbagai jenis pelembap perlu diketahui dasar ilmiahnya. Tujuan: Mengetahui status hidrasi dan sawar kulit setelah aplikasi tunggal vaselin album, lanolin 7,5% dalam vaselin album, krim urea 10%, dan krim pelembap yang mengandung seramid pada lansia dengan xerosis cutis. Metode: Sebuah penelitian dengan pre dan post-experimental design, tersamar ganda pada lansia dengan xerosis cutis. Jumlah SP adalah 15 orang dan pemilihan SP dilakukan secara berurutan (consecutive sampling). Satu SP mendapat empat perlakuan, dua pelembap dioleskan di tungkai bawah kanan dan dua pelembap di tungkai bawah kiri. Penentuan lokasi pengolesan pelembap menggunakan metode randomisasi sederhana. Penilaian status hidrasi dan sawar kulit dinilai menggunakan skor SRRC sebelum dan 12 jam setelah pengolesan pelembap, sedangkan nilai SCap dan TEWL diperiksa setiap 3 jam selama 12 jam. Hasil: Terdapat penurunan skor SRRC yang bermakna 12 jam setelah pengolesan keempat jenis pelembap (p<0,001). Peningkatan tertinggi nilai SCap pada 3 jam setelah pengolesan vaselin album sebesar 12 AU (p<0,001) dan lanolin 7,5% dalam vaselin album sebesar 13,96 AU (p<0,001). Peningkatan tertinggi nilai SCap pada 6 jam setelah pengolesan krim urea 10% sebesar 14,43 AU (p<0,001) dan krim yang mengandung seramid sebesar 7,57 AU (p=0,002). Terdapat peningkatan nilai SCap yang bermakna sejak pada 3-12 jam pada seluruh kelompok pelembap. Penurunan bermakna nilai TEWL hanya pada 3 jam setelah pengolesan krim urea 10% sebesar 1,44 g/h/m2 (p=0,006). Kesimpulan: Terdapat perbaikan skor SRRC yang bermakna pada seluruh kelompok pelembap. Terdapat perbaikan nilai SCap yang bermakna sejak 3-12 jam setelah pengolesan keempat jenis pelembap. Penurunan bermakna nilai TEWL hanya terdapat pada 3 jam setelah pengolesan krim urea 10%. Berdasarkan hasil penelitian ini, jarak waktu ideal pemakaian ulang vaselin album dan lanolin 7,5% dalam vaselin album adalah setiap 3 jam, sedangkan jarak waktu ideal pemakaian ulang krim urea 10% dan krim yang mengandung seramid adalah setiap 6 jam. Dengan mempertimbangkan biaya dan efektivitas pelembap dalam meningkatkan hidrasi kulit, pengulangan pemakaian pelembap masih dapat dilakukan setiap 12 jam. ......Background: The proportion of elderly is expected to increase continuously. One of the main problems in elderly skin health is xerosis cutis. Inadequate management of xerosis cutis in the elderly can cause complications and reduce the quality of life. Moisturizers is the main management of xerosis cutis. The evidences base of the interval reapplication time in various types of moisturizers need to be known. Objectives: To determine the hydration and skin barrier status after a single application of vaseline albumin, lanolin 7.5% in vaseline album, urea 10% cream, and ceramide cream in elderly with xerosis cutis. Methods: This was a study with a pre and post-experimental design, double-blinded. A total of 15 elderly subjects with xerosis cutis were choosen with consecutive sampling. Every subject received four treatments, two moisturizers on the right leg and two moisturizers on the left leg. The location of moisturizers application was determined by using a simple randomization method. Assessment of hydration and skin barrier status was assessed using the SRRC score before and 12 hours after application, while the SCap and TEWL value were examined every 3 hours for 12 hours. Results: There was a significant decrease in SRRC scores 12 hours after application of all types moisturizers (p<0.001). The highest increase in SCap at 3 hours after the application of vaseline album was 12 AU (p<0.001) and lanolin 7.5% in vaseline album was 13.96 AU (p<0.001). The highest increase in SCap at 6 hours after the application of urea 10% cream was 14.43 AU (p<0.001) and ceramide cream was 7.57 AU (p=0.002). There was a significant increase of SCap from 3 to 12 hours in all four types moisturizers. The significant decrease in TEWL only at three hours after the use of urea 10% cream was 1.44 g/h/m2 (p=0.006). Conclusion: There was a significant decrease in SRRC scores in all four types of moisturizers. There was a significant increase in the value of SCap from 3 to 12 hours after application of all moisturizers. The significant decrease in TEWL was only 3 hours after application of urea 10% cream. Based on the results, the ideal reapplication time of vaseline album and lanolin 7.5% in vaseline album is every 3 hours, while for urea 10% cream and ceramide cream is every 6 hours. Considering the cost and effectiveness of moisturizers in hydrating the skin, reapplication of moisturizers every 12 hours still would be effective.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Supanti
Abstrak :
Telah dibuat alat untuk mengukur temperatur dan kelembaban ruangan. Alat tersebut terdiri dari unit sensor temperatur, sensor kelembaban, rangkaian pengkondisi sinyal dan mikrokontroler AVR Atmega8535, sedangkan untuk perangkat lunak menggunakan pemrograman AVR Bascom yang berfungsi untuk mengambil data, mengolah dan menampilkan ke LCD. Sensor temperatur yang digunakan adalah LM35 dan sensor kelembaban yang digunakan adalah 808H5V5. Dalam unjuk kerja alat, keluaran dari sensor temperatur dan kelembaban akan dikondisikan oleh rangkaian pengkondisi sinyal agar dapat diproses oleh ADC pada mikrokontroler. Nilai temperatur dan kelembaban yang terukur akan ditampilkan melalui LCD. Dari hasil pegukuran diperoleh karakteristik sensor temperatur sebelum penguatan memiliki daerah linier dengan persamaan: V=0.0098T + 0.0027 dengan kelinearannya R2=0.9988 sedangkan karakteristik sensor temperatur setelah penguatan memiliki daerah linier dengan persamaan: V=0.0193T + 0.0097 dengan kelinearannya R2=0.9998 . Untuk sensor kelembaban sebelum pengkondisi sinyal memiliki daerah linear dengan persamaan: V=0.0595RH + 2.3315 dengan kelinearannya R2 =0.9937, dan untuk karakteristik sensor kelembaban setelah pengkondisi sinyal memiliki daerah linier dengan persamaan: V= 0.0299RH + 0.768 dengan kelinearannya R2=0.9878. Dari hasil pengukuran perubahan temperatur terhadap kelembaban memiliki daerah linier RH=9.3T+42 dengan kelinearannya R2=0.9767.
Have been made an instrument to measure temperature and humidity of room. The instrument consist of unit sensor temperature, sensor humidity, signal conditioning and microcontroller AVR Atmega 8535, while for software using AVR Bascom programming to take data, process and present to LCD. Sensor temperature the used is LM35 and humidity sensor is 808H5V5. In work appliance, output of temperature sensor and humidity will be condition by signal conditioning circuit so that can be processed by ADC at microcontroller. Temperature value and measured humidity will be presented through LCD. From result of measuring obtained by characteristic sensor temperature before reinforcement have linear area with equation: V=0.0098T + 0.0027 with its linearity of R2 = 0.9988 while characteristic sensor temperature after reinforcement have linear area with equation: V=0.0193T + 0.0097 with its linearity of R2=0.9998. For the sensor of humidity before signal conditioning has linear area with equation: V= 0.0595RH + 2.3315 with its linearity of R2=0.9937. For characteristic sensor humidity after signal conditioning have linear areas with equation: V=0.0299RH + 0.768 with its linearity of R2=0.9878. From result of measurement changes temperature to humidity have linear area of RH=9.3T+42 with its linearity of R2=0.9767.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S29252
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ari Sutiono
1991
S35404
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Syaloom B.
Abstrak :

ABSTRAK
Dalam industri pengkondisian udara, dapat ditemui beberapa sistem-sistem pengkondisian udara termasuk didalamnya sisitem perngkondisian udara untuk kategori nyaman, sistem pengkondisisan udara di industri atau sistem pengkondisian udara berdasarkan musim sepanjang tahun, tiap sistem tidaklah selalu sama keadaan dan kebutuhannya. Demikian juga halnya kandungan kelembaban (moisture) dalam udara yang dikondisikan akan berbeda berdasarkan sisitem pengkondisian yang digunakan, jumlah kandungan uap air diudara haruslah dikendalikan agar diperoleh kondisi yang diinginkan untuk tiap-tiap sistem. Untuk rnengurangi jumlah kandungan uap air digunakan dehumidifier. Dalarn tulisan ini dibahas suatu simulasi model dehumidifier yang mengunakan metode caoiing coil dehumidgficafion dan menggunakan R-22 sebagai media pendingin (refrigerant). Simulasi dilakukan dengan mernvariasikan beberapa kondisi yaitu variasi alat dehumidifiernya sendiri ( variasi kondisi operasional) serta variasi kondisi udara luar yang memasuki koil pcndingin (Temperatur udara masuk , RH udara masuk dan laju massa udara masuk ). Data udara basah dan fluida prefrigeran diperoleh dengan bantuan pemrograman CATH. Analisa dilakukan dengan menghitung kondisi keluaran koil pendingin, dalam perhitungan dibuat beberapa asumsai dan batasan, hasil perhitungan ditampilkan dalam tabel dan grafik. Dari simulasi yang dilakukan diperoleh hasil yang menunjukkan karakteristik model dehumidifier terhadap variasi kondisi yang disimulasikan, kamkteristik yang menjadi pembahasan adalah kapasitas dehumidifikasi dan ternperatur udara keluar koil pendingin karena kedua parameter tersebut menjadi indikasi unjuk kerja dehumidifier tersebut.
1997
S36194
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nobertus V.R.A.N.
Abstrak :

ABSTRAK
Penurunan kadar kelembaban dan temperatur dalam teknik pengkondisian Udara (air conditioning) sangat penting untuk menciptakan udara nyaman (human Comfort) bagi manusia dan mendukung proses industri. Oleh sebab itu dibuat model dehumidiiier dengan koil pendingin yaitu unit pengkondisi udara yang beriimgsi mengurangi kadar kelembaban dan temperatur untuk mengetahui proses Penurunan kelembaban, unjuk kerja model, dan perbandingan antara teori dengan aktual proses penurunan kelembaban dan temperatur.

Pada model dehumidifier tenjadi proses penurunan kelembaban dan temperatur yang terjadi jika temperatur rata-rata permukaan koil pendingin (Appm-atus Dew Point) lebih rendah dari temperatur udara masuk. Terjadi Perpindahan kalor laten dan kalor sensibel dari udara ke koil pendingin dan Perubahan uap air dari udara menjadi air, sehingga jumlah kandungan uap air di udara berkurang. Juga terjadi proses pemanasan ulang untuk menaikkan temperatur udara dingin pada perbandingan kelembaban konstan dan penurunan kelembaban relatif (Relative Humidiiy), dengan kondenser sebagai pemanas. Pada kedua proses diatas ada udara yang di bypass sehingga mempengaruhi besar efisiensi koil.

Dengan mengambil data temperatur bola kering dan temperatur bola basah dilakukan perhitungan-perhitungan dengan diagram psikrometrik. Hasil perhitungan menunjukkan unjuk kerja yang kecil, karena etisiensi koil rendah akibat banyak udara yang di bypass. Berarti konstruksi peralatan berpengaruh terhadap unjuk kerja. Juga kecepatan aliran udara dan kuantitas udara masuk mempengaruhi banyaknya uap air yang dipindahkan dari udara.

Unjuk kerja model ditunjukkan dengan besar jumlah kalor yang dipindahkan Dada penumnan kelembaban dan ternperatur yaitu 8,586 kW pada keoepatan udara rendah dan 10,153 kW pada kecepatan udara tinggi, dengan eiisiensi koil masing- masing 0,343 clan 0,533 pada kecepatan udara rendah dan tinggi. Texjadi penyimpangan antara kondisi aktual dengan teori, dimana pada proses pemanasan ulang yang seeara teori terjadi pada perbandingan kelernbaban konstan, kondisi aktual justru mengalami penambahan kalor total masing-masing sebesar 6,925 kW dan 8,207 kW pada kecepatan udara rendah dan tinggi, serta terjadi penambahan massa uap air.
1997
S36594
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Simamora, Gorga Hasintongan
Abstrak :
Perkembangan industri diikuti oleh perkembangan kebutuhan faktor pendukungnya. Salah satu faktor pendukungnya adalah pengkondisian lingkungan yang diperlukan untuk kenyamanan manusia dan mendukung proses produksi. Kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang dapat menimbulkan masalah dalam berbagai industri, diantaranya : kebocoran arus pada perangkat elektronik, korosi logam dan baja, dan pertumbuhan jamur pada produk makanan dan obat. Alat pengkondisian udara kemudian menjadi suatu kebutuhan. Metode dehumidifikasi merupakan proses yang menggunakan media penyerap air (desiccant) untuk mengendalikan faktor kelembaban udara. Penelitian ini berkaitan dengan analisis rotary desiccant dehumidifier yang dapat dilihat dari perbandingan kondisi aktual dehumidifier terhadap kondisi ideal. Pengamatan akan dilakukan dengan beberapa faktor yang mempengaruhi performa roda desiccant, yaitu kecepatan fluida yang mengalir pada daerah proses dan regenerasi roda desiccant, besar kecepatan putar roda desiccant, besarnya kalor yang diberikan heater dan material penyerap yang digunakan. Pengukuran dilakukan dengan bantuan perangkat lunak Lab View 2013. Pada percobaan didapatkan hasil performa optimal rotary desiccant dehumidifier terjadi pada kecepatan udara proses inlet sebesar 3 m/s, kecepatan rotational 15 rpm dan pada temperatur udara regenerasi inlet yang tinggi. ......Industrial development followed by the development of needs supporting factors itself. Environment condition is one of the important factor that require for the convenience of humans and to support the production process. Humidity is the environmental condition that can cause problems in variety of industries, such as : current leakage on electronic devices, metal and steel corrosion, and mold growth on food and drug products. The device for controlling air condition then became a necessity. Dehumidification method is the process use water absorbent media (desiccant) for control the humidity factor in air. This research aims at analyze rotary desiccant dehumidifier that use method of comparing actual condition of dehumidifier to ideal condition. The study will focus on observing several factors that affect desiccant performance, i. e. the velocity of fluid that flows in process and regeneration area of desiccant wheel, the speed of desiccant wheel rotation, the size of heat that given by heater, and absorbent material that used. The measurement then helped by software Lab View 2013. The results show that the optimal performance of the rotary desiccant dehumidifier occur at the velocity of the air inlet process is 3 m/s, the rotational wheel speed is 15 rpm and at the highest inlet regeneration air temperature.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56662
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Delian Kurniawan
Abstrak :
Proses dehumidifikasi merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar uap air di udara sehingga mengakibatkan kelembaban udara menjadi turun. Skripsi ini menjelaskan mengenai desain, analisa peforma dari setiap perubahan variable kecepatan aliran udara, kecepatan roda desiccant, dan variasi material penyerap dari rotary desiccant dehumidifier. Secara fisika peristiwa adsorbs disebabkan oleh ikatan van der waals dan gaya elektrostatik antara molekul adsorbate terhadap atom penyusun permukaan adsorbent. Luas permukaan dan polaritas permukaan merupakan sifat utama yang mempengaruhi daya adsorbsi dari material penyerap. Selain itu ukuran mikropori pada adsorbent juga menentukan kemampuan adsorbsi suatu adsorbent. Dengan demikian, semakin luas permukaan adsorbent maka kapasitas adsorbsi akan semakin besar. Dari hasil percobaan dapat diketahui semakin besar kecepatan udara pada saluran proses dan regenerasi, maka semakin sedikit jumlah uap air yang dapat dibuang pada proses dehumidifikasi. Putaran roda desiccant berpengaruh pada waktu yang dibutuhkan untuk proses adsorbsi dan desorbsi, dengan kata lain ketika kecepatan putar roda desiccant dibawah kecepatan optimum, proses adsorbsi dan desorbsi berlangsung terlalu lama sehingga banyak energy yang terbuang percuma sehingga mengakibatkan effectifeness dehumidifier menjadi lebih kecil. Dan jika putaran roda desiccant terlalu cepat maka residence time udara untuk dapat berdifusi di dalam roda desiccant menjadi lebih sedikit, hal ini menyebabkan proses adsorbsi dan desorbsi menjadi tidak maksimal sehingga akan juga mengurangi effectifeness dari dehumidifier. ......Dehumidification process is one way that can be used to reduce levels of moisture in the air causing the air humidity drops. This thesis describes the design, Performance analysis of each change of variable air flow rate, desiccant wheel speed, and absorbent material variation of the rotary desiccant dehumidifier. In physics adsorbs events caused by Van der Waals bonding and electrostatic forces between adsorbate molecules on the adsorbent surface constituent atoms. The surface area and surface polarity are key properties that affect the adsorption of absorbent material. Besides the size of the micropores in the adsorbent adsorbs also determine the ability of an adsorbent. Thus, the surface area of ​​the adsorbent the adsorption capacity will be even greater. From the experimental results it can be seen the greater the air velocity in the channel and the regeneration process, the less amount of water vapor that can be discarded at the dehumidification process. Desiccant wheel spin effect on the time required for the process of adsorption and desorb, in other words when the desiccant wheel rotational speed under optimum speed, and desorb adsorption process lasts too long so much wasted energy resulting effectifeness dehumidifier becomes smaller. And if the desiccant wheel spin too fast then the residence time for the air to diffuse in the desiccant wheel becomes less, this causes the adsorption process and desorbtion be maximized so that will also reduce effectifeness of the dehumidifier.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56663
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>