Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kustini Prihatin
"Keluarga adaah unit terkecil dalam masyarakat, dan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya setiap anggota keluarga diharapkan dapat menjalankan fungsinya masing masing terutama fungsi ekonomi. Anggota keluarga sebagai sumber daya manusía (SDM) harus terus di bangun, hal ini seperti dijelaskan dalam GBHN 1998 karena sangat penting bagi proses pembangunan bangsa. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terutama keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat, maka dalam pembangunan diharapkan dapat memobilisasi segenap potensi dan sumber daya yang ada dengan memberdayakan keluarga. Salah satu institusi strategis yang telah ditempuh untuk memantapkan keberhasilan pembangunan, yaitu Badan Koordinasi Ketuarga Berencana Nasional (BKKBN) di Indonesia dengan suatu pendekatan yang diharapkan dapat mendorong keberhasilan sekaligus memantapkan kesertaan adalah perbaikan ekonomi keluarga guna mewujudkan Norma Keluarga Kecil bahagia Dan sejahtera (NKKBS), dengan membentuk UPPKS. Dengan harapan dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga, namun kenyataan di lapangan terlihat bahwa dengan masuknya keluarga dalam sebuah UPPKS ada yang meningkat tingkat kesejahteraannya namun masih ada keluarga yang masih dalam keluarga pra sejahtera dan sejahtera I alasan ekonomi yang harus ditingkatkan tingkat kesejahteraannya. Sehingga menimbulkan pertanyaan apa yang menyebabkannya maka dalam penelitian kali ini akan melihat tentang prosesi pemberdayaan keluarga melaluí UPPKS, karena keluarga juga merupakan faktor penentu dalam melakukan usaha-usaha perbaikan tíngkat kesejahteraan keluarga disamping faktor Lainnya seperti modaL sarana dan prasarana melalul kelompok UPPKS.
Penelitian ini dilakukan di empat kecamatan yang ada di Kotamadia Pontianak dengan menggunakan pendekataflkUalitatif dengan tipe penehtian deskriftif analisis, jadi peneUti hanya menggambarkan keadaan yang sebenarnya terjadi pada dalam pemberdayaan keluarga melalul kelompok UPPKS. Teori yang dipakai dalam penelitian ini yaitu dan Young dan Mack bahwa interaksi sosial adalah kunci dan semua kehidupan sosial, o!eh karena itu tanpa interaksi sosial, tidak mungkin ada kehidupan bersama. Selain itu mengingat manusia mempunyai naluri untuk hidup dengan orang lain yang disebut gregariousness dan karena manusia disebut juga social animal (mahkluk sosial) Dan mengenal motivasi mengambìl teori motivasi Maslow bahwa adanya tingkat-tingkat kebutuhan dan perubahan daya dorong. Perubahan daya dorong atau istilah Masiow "Propotency" berarti bahwa apabila semua tingkat kebutuhan manusia tidak bisa dipenuhi, maka kebutuhan-kebutuhan dasar yang bersifat fisik seperti pangan, papan, sandang, juga kebutuhan biologis akan merupakan kebutuhan yang pa!ing dominan. lstilah lain Maslow tentang keadaan tersebut diatas adalah "propensity of human needs". Sedangkan mengenai pemberdayaan Rappaport mengatakan "pemberdayaan adalah suatu cara dengan rnana rakyat, organisasi dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai (berkuasa) atas kehidupannya".
Dari hasil penelitian tentang pemberdayaan keluarga melalul UPPKS yang telah dilakukan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa: Masth ada keluarga yang belum dapat memanfaatkafl UPPKS sebagai wadah pemberdayaan keluarga sehingga masih ada anggota keluarga yang belum diberdayakan. dan manfaat yang diperoleh oleh informan utama dalam mengíkuti UPPKS masih sekitar bantuan modal usaha belum sampai ke pengembangan usaha karena hanya terfokus ke usahanya karena jarang rriengikuti kegiatan kelompok . Keluarga yang tingkat kesejahteraaflflYa masih KS 1 dan II pemberdayaan keluarga masih terfokus ke ekonomi saja, lain hainya dengan keluarga yang telah KS Ill, dimana selain faktor ekonomi juga telah dapat mengembangkan diii ke bidang lain yaitu ínteraksi dan memotivasi keluarga lain dalam anggota UPPKS dan masyarakat sekitar tempat tinggal, jadi bukan untuk keluarga sendiri tapi meluas ke keluarga di lingkungannya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T5843
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rena Gusti Amanda
"Digital gaze merupakan suatu fenomena yang terbentuk dari intensifnya interaksi manusia dengan teknologi, khususnya interaksi manusia dengan Information and Communication Technology (ICT). Digitalisasi sebagai mata rantai dalam sistem ICT telah mendatafikasi lanskap komunikasi manusia menjadi pesan digital, sehingga proses interaksi dan pertukaran informasi dapat berlangsung secara telepresen. Fenomena digital gaze menjadi bukti bahwa manusia pada era komunikasi digital saat ini hidup dalam kejatuhan terhadap persepsi orang lain, sebab dia menatap diri sendiri sebagaimana orang lain dibalik layar menatap dirinya. Munculnya dialektika digital gaze ini membuat proses tatap-menatap di jagad digital menjadi semakin tajam, sehingga tatapan orang lain dibalik layar dianggap sedemikian rupa berarti, dan juga berpengaruhnya bagi kehidupan penggunanya. Hal ini akhirnya mempengaruhi bagaimana perilaku pengguna tersebut dalam mengungkap informasi personalnya di jagad digital. Salah satu mekanisme yang belakangan ini ramai diperbincangkan oleh masyarakat digital, dan berkaitan erat dengan digital gaze itu sendiri adalah konstruksi identitas melalui konsep yang disebut dengan personal branding. Melalui personal branding, manusia pada era komunikasi digital menciptakan konstruksi diri yang berkaitan dengan digital gaze orang lain, sehingga alih-alih memuat realitas personal, personal branding belakangan ini justru menjadi tidak jauh berbeda dengan sabotase citra yang terdiri dari beragam kecohan dan justru mengacaukan persepsi manusia.

Digital gaze is a phenomenon formed from intensive human interaction with technology, especially human interaction with Information and Communication Technology (ICT). Digitalization as a link in the ICT system has registered the landscape of human communication into digital messages, so that the process of interaction and exchange of information can take place telepresence. The phenomenon of digital gaze is proof that humans in the era of digital communication are currently living in a fall from the perceptions of others, because they look at themselves as other people behind the screen look at themselves. The emergence of this digital gaze dialectic makes the process of staring at the digital world even sharper, so that the gazes of other people behind the screen are considered meaningful, and also have an effect on the lives of users, this ultimately affects how users behave in disclosing personal information in the digital world. One of the mechanisms that has recently been widely discussed by the digital community and is closely related to the digital gaze itself is the construction of identity through a concept called personal branding. Through personal branding, humans in the digital communication era create self-constructions that are closely related to other people's digital gaze, so that instead of loading personal realities, recent personal branding has become not much different from image sabotage which consists of various deceptions. and it messes with human perception."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library