Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
Agus Taryono
"
ABSTRAKPengelasan konstruksi lambung kapal yang terletak di bawah permukaan air (water backing welding) pada kondisi kapal mengapung di taut sampal saat inl masih menjadi permasalahan. Permasalahan tersebut merupakan tantangan yang harus dipecahkan dalam Industri galangan kapal modem. Pengelasan kondisi water backing belum boleh dilaksanakan karena mutu akhir lasan tidak diketahui secara pasti. Dalam studs ini dilakukan peneiitian skala laboratorium untuk mengetahul pengaruh water backing terhadap perobahan sifat mekanis dan metalurgis lasan pelat baja lunak spesifikasi Biro Klasifikasi Indonesia grade A. Penelitian dilaksanakan dengan memperslapkan Welding Procedure Specification sesuai AWS 3.6-83, A type dry weld. Pengelasan manual (SMAW) pada sambungan fillet dilaksanakan dengan elektrode hidrogen rendah (AWS E7016), teknik deposisi logam las stringer bead dan temper bead. Dua pengelasan dengan kondisi Water backing dan Water backing preheat 100 0C dilakukan di atas bak air taut, sedangkan satu acuan pengelasan dilakukan dalam kondisi kering. Pengujian yang dilakukan dalam studi ini meliputi: 1) Uji radiografi; 2) Uji Visual; 3) Uji tank logam Ias; 4) Uji tariklgeser las fillet; 5) Uji patahan Ias fillet; 6) Uji takik 'V* logam las; 7) Uji Kekerasan mikro; dan 8) Foto metalografi. Selain delapan pengujlan di atas laju pendinginan pada pengelasan water backing juga diukur dari hasil pengujian, observasi dan analisa data dapat disimpulkan, bahwa: 1) Water backing menurunkan regangan maksimum lasan kering 45 %, menaikan nilai kekerasannya 10,5 %, dan menurunkan kekuatan impaknya (pada suhu uji 1 0 0C) 36,5 %; 2) Prapemanasan 100 °C pada pengelasan water backing menurunkan regangan maksimum lasan kering 29 %, menaikan nilai kekerasannya 7 %, dan menurunkan kekuatan impaknya (pada suhu uji10 °C) 25,6 %; 3) Water backing menghasilkan struktur mikro martensit pada batas las; 4) Semua hasil pengujian laboratorium yang telah disimpulkan diatas secara teknis masih memenuhi standard AWS .3.6; 5) Teknik deposisi temper bead tidak meningkatkan kekuatan geser las fillet dan hanya memperbaiki struktur mikro lasan. 6) Semua WPS yang telah dikualfikasi memenuhi syarat AWS .3.6 sehingga semua prosedur pengelasan yang telah dilakukan dalam studi lni dapat diterapkan untuk las produksi alternatif.
ABSTRACTThe welding of ship hull construction under sea water level (water backed welding) on floated condition is still problem recently. This kind of problem is a challenge to solve for modem shipbuilding industry_ The water backed welding can not perform until now, cause the final quality of weidments is not know exactly. The laboratory research has done to study the effects of water hacking on mild steel plate welded with grade A specification of Biro Klasifikasi Indonesia. The research is performing by preparing twelve kinds of welding procedure specifications in according to AWS .3.6, A type dry weld. The low hydrogen type (AWS E7016) of electrodes has used to manually weld (Shield Metal Arc Welding) fillet joint of steel plate on stringer bead and temper bead deposition techniques. Both of waters backed and water backed preheated 100 0C welding has performed above circulated sea water tank and the other one of welding that used as reference is performs on dry condition. The eight of examination and test kind are perform in this study, that are radiography examinations, visually examinations, all weld metal tensile tests, fillet weld shear test, fillet weld fracture test, charpy "VP notched impact test, micro hardness test, and metallographic on welded steel plate. Beside examinations and test above stated, cooling rate of water backed welding is study in this research. Based on the above stated the conclusions are list as state on bellowed. 1) Water backing is decrease the maximum strain of dry weld up to 45 %, its impact strength on 10 centigrade of test temperature up to 36.5 %, and increases its hardness up to 10.5 %. 2) The application of 100 0C preheating on water backed welding Is decrease the maximum strain of dry weld up to 29 %, Its impact strength on 10 centigrade of test temperature up to 25,6 %, and increase its hardness up to 7 %. 3) The water backed welding is tending to form the martensite micro structure on weld fusion zone. 4)All of the laboratory test results have above concluded technically is satisfactory to AWS .3.6. 5) The application of temper bead technique deposition of weld metal is not increase the fillet weld shear strength, but only improved the weld micro structure. 6) All of WPS has qualified is futhll to AVVS .3.6 specification and all of them can apply to production weld alternatively."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Puku Adito
"Hulls atau lambung kapal merupakan faktor utama perhitungan pada perancangan kapal baru, khususnya pada kapal tanker. Kapasitas ruang muat, stabilitas dan kekuatan kapal, dipengaruhi oleh rancang bangun lambung kapal (Hulls). Ada 2 tipe konstruksi lambung kapal, yaitu : single hull dan double hull (lambung ganda). Kapal-kapal lama banyak yang masih menggunakan tipe single hull, namun seiring perkembangan teknologi dan standarisasi aturan dari IMO tentang konvensi polusi laut (MARPOL 73/78), pembangunan untuk kapal tanker baru mulai beralih ke double hull. Kapal-kapal tanker lama yg masih menggunakan tipe single hull, bukan berarti harus di-besi tua-kan, namun masih bisa digunakan dengan jalan pemodifikasian dari single hull ke double hull.
Pada tugas akhir ini penulis membuat kajian teknis dan biaya dalam pemodifikasian kapal CPO Tanker tipe single hull menjadi double hull, terkait dengan adanya ketentuan IMO dalam MARPOL untuk penggunaan kapal tanker yang mengangkut CPO dengan konstruksi double hull.
Metode yang digunakan adalah dengan studi literatur dari rules IMO dan studi kasus dari sampel kapal CPO Tanker 4100 DWT milik PT.Multitrans Line, Jakarta. Pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan ilmu teori merancang kapal untuk perancangan modifikasi. Diharapkan analisis ini dapat memberikan gambaran kepada perusahaan - perusahaan pelayaran nasional tentang pemodifikasian kapal dari single hull ke double hull dari segi ekonomi.
Hulls is a principal factor for a new ship buildings design calculation, especially to tanker. Cargo capacity, stability and strength of ship, influenced by hulls design. There is two type of hulls constructions : single hull and double hull. A lot of old tanker is still using a single hull type, however in a row of technology development and standardization of IMO convention about pollution (MARPOL 73/78), the new ship building has change to double hull. Olds Tanker that still using single hull type, its must not to be scraped, but still be used by modification way. This paper describes a study of technical and cost examination in CPO Tanker modification from single hull type to double hull type, relating to IMO convention of MARPOL 73/78 for the control of pollution by Noxious Liquid Substances in bulk. The analysis using literature study method from IMO Convention and case study method from using sample CPO Tanker 4100 DWT PT. Multi trans Line's, Jakarta. I hope this analysis can give a view of ship modification from single hull to double hull for national shipping companies, approach to economic aspect."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S38092
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Jovan Patriot
"Hull atau lambung kapal adalah suatu bagian utama dari sebuah kapal, karena pada dinding bagian dalam lambung tersebut dijadikan ruang di mana diletakkan muatan-muatan yang diangkut oleh kapal, khususnya pada kapal tanker. Seiring dengan perkembangan teknologi dan standarisasi peraturan IMO tentang konvensi polusi laut (MARPOL 73/78) bahwa terhitung mulai Juni 2010, kapal-kapal tanker yang mengangkut muatan cair berbahaya khususnya minyak hitam (black product) diwajibkan untuk memiliki lambung ganda atau double hull. Karena banyaknya kapal-kapal tanker berukuran besar yang masih berlambung tunggal, namun sudah tidak efektif apabila dimodifikasi menjadi berlambung ganda. Maka muncullah ide untuk dilakukan konversi perubahan fungsi dari sebuah kapal tanker niaga menjadi tanki minyak terapung (Floating Storage Offloading / FSO).
Berkaitan dengan hal tersebut maka dalam penulisan skripsi ini akan dilakukan suatu analisa mengenai proses konversi tersebut. Analisa yang dilakukan adalah mempelajari sejumlah informasi mengenai proses konversi dari kapal tanker menjadi tanki minyak terapung dilihat dari segi teknis, biaya dan waktu yang diperlukan untuk proses konversi tersebut. Metode yang digunakan adalah studi kasus dari sampel sebuah kapal crude oil tanker berukuran 91647 DWT yang hendak dikonversi menjadi FSO di Keppel Shipyard. Pengolahan data dilakukan dengan analisa dan peninjauan kasus dari proses konversi tersebut. Diharapkan dengan hasil analisis ini dapat memberikan gambaran dan perbandingan kepada perusahaan-perusahaan pelayaran nasional yang hendak melakukan konversi kapal tanker mereka menjadi FSO dari segi teknis, biaya dan waktu.
Hull of a ship is a main part of a ship, because inside that part is where we put all the cargo that loaded on the ship, especially for tankers. Related to the development of technology and standardization of IMO convention for sea pollution (MARPOL 73/78) which is mandatory enforce by June 2010, all tankers that load Noxious Liquid Substances have to use double hull construction. Since there are still lots of large tankers that still with single hull construction, and she is not effective anymore to be modified into double hull, based on above condition came out an idea to convert those ships from tankers into Floating Storage Offloading (FSO). And in relation with that matters, in this final assignment will be discussed the process and the analysis of the tanker conversion into FSO. This paper describes a study of the extent information about the conversion process from tanker into FSO and work through technical, cost and duration aspects. The analysis using case study method, use a sample of a 91647 DWT crude oil tanker that will be converted into FSO in Keppel Shipyard. Besides analyzing this paper also provide some critical review about the conversion process. We do hope this paper could provide some pictures and comparison for the national shipping companies that intend to convert their tankers to FSO, approach from technical, cost and duration aspects."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S38096
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Ragil Tri Indrawati
"Penghematan pemakaian energi pada pengoperasian kapal menjadi topik yang menarik dan sangat penting untuk dikaji. Pengurangan hambatan menjadi faktor yang menjanjikan sebagai bagian solusi dari masalah pengurangan pemakaian energi. Penelitian tentang pengurangan hambatan terus dilakukan untuk pengembangan aplikasi yang bermanfaat bagi umat manusia di masa depan. Penggunaan modern hull seperti kapal multihull menjadi salah satu metode untuk mengurangi hambatan. Trimaran merupakan salah satu contoh kapal multihull, terdiri dari satu lambung utama yang panjang dan dua lambung sisi yang lebih pendek (outriggers/sidehull).
Tujuan penelitian adalah mengetahui efek bentuk lambung asimetris pada kedua sisi model kapal trimaran dengan variasi kecepatan, rasio jarak antara lambung (terhadap garis tengah lambung) dengan panjang lambung (S/L) dan jarak antara lambung (terhadap transorm) dengan panjang kapal (R/L), terhadap perubahan hambatan total kapal. Kapal model dengan dimensi lambung utama L = 2000 mm, B = 200 mm and T = 45 mm dan lambung sisi L = 1000 mm, B = 100 mm and T = 45 mm digunakan dalam penelitian ini.
Metode eksperimen (towing tank) digunakan dengan variasi kecepatan pada bilangan Froude 0.1 - 0.6. Kapal model ditarik oleh motor listrik yang kecepatannya dapat divariasikan dan diatur. Pengukuran hambatan kapal dilakukan dengan menggunakan load cell transducer.
Hasil menunjukkan bahwa pengurangan hambatan yang efektif dapat dicapai pada kondisi 100% draft yaitu konfigurasi S/L 0.1 sebesar 17% dengan Fr = 0.35 pada uji model fisik dan 23.1% dengan Fr=0.35 pada uji model numerik. Sedangkan pada kondisi 75% draft terjadi pada konfigurasi S/L 0.3 dengan R/L 0.1 sebesar 19.3% dengan Fr=0.35 pada pada uji model fisik dan 17.3% dengan Fr=0.35 pada uji model numerik Fr=0.35.
Saving energy consumption in the operation of the ship became an interesting topic and very important to assess. Reducing resistance to be a promising factor as part of the solution of the problem of energy consumption reduction. Modern hull such as multihull vessel is one of the methods for reducing resistance. A trimaran is a multi-hulled vessel, consisting of one long main hull and two shorter outriggers/side-hulls.The purpose of this study is to identify the effect of using unsymmetrical hull with the specific sidehull form and variation distance between the sidehulls to the mainhull transversely and longitudinally trimaran ship model to get the lowest resistance. Ship model with dimensions main hull L = 2000 mm, B = 280 mm and T = 45 mm and side-hull L = 1000 mm, B = 140 mm and T = 45 mm is used in this research.Experimental method (towing tank) performed in the study by speed variation at Froude number 0.1 - 0.6. Ship model is pulled by an electric motor which speed can be varied and adjusted. The ship model resistance was precisely measured by a load cell transducer.The test results found that the effective drag reduction can be achieved on the 100% draft condition is configuration S/L = 0.1 up to 17% at Fr = 0.35 in the physical model test and 23.1% at Fr = 0.35 in the numerical model test. While the 75% draft condition occurs in configuration S/L = 0.3 with R/L = 0.1 was 19.3% at Fr = 0.35 in the physical model test and 17.3% at Fr = 0.35 in the numerical model test."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35418
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library