Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Machfuddin
Abstrak :
Dampak krisis ekonomi mempunyai pengaruh besar terhadap pelayanan kesehatan gigi. Sebagian besar peralatan, obat dan bahan kedokteran gigi adalah import dengan harga yang meningkat ketika di sisi lain daya beli masyarakat berkurang. Bilamana pelayanan kesehatan gigi ingin tetap bertahan, maka diperlukan suatu pengendalian biaya agar pendapatan yang diperoleh dapat menutupi total biaya yang dikeluarkan. Poli Gigi dan Mulut Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedarso adalah salah satu bagian yang memberikan pendapatan terbanyak, tetapi penerimaan subsidi dari pemerintah masih tetap berjalan. Untuk mengetahui keadaan tersebut diperlukan suatu analisis terhadap kinerja keuangan. Penelitian merupakan kajian studi kasus dengan metode analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif untuk mendapatkan gambaran biaya total, biaya standar dan pendapatan di Rumah Sakit Dr. Soedarso Pontianak, tahun 2000 dengan menggunakan metode analisa double distribution, selanjutnya dilakukan perbandingan antara total biaya, total biaya pelayanan standar dengan total pendapatan saat ini. Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh gambaran tentang kinerja keuangan berdasarkan tingkat pemulihan biaya pelayanan di Poli gigi dan mulut RSUD Dr. Soedarso, Pontianak Kalimantan Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total pembiayaan yang dikeluarkan cukup tinggi di mana obat dan bahan medis habis pakai (58,49 %) merupakan komponen pengeluaran terbesar, sedangkan total pendapatan atau biaya pelayanan saat ini lebih kecil dari biaya pengeluaran atau dengan kata lain tingkat pemulihannya <100 % (CRR 1 = 72,40 %) tetapi bila dibandingkan dengan biaya pelayanan standar total pendapatan sudah dapat menutupi (CRR 2 = 115,44%). Berdasarkan jenis tindakan tingkat pemulihannya >100 % seperti odontectomy (144 %), namun demikian sebagian besar tindakan pelayanan tingkat pemulihan (CRR 1 dan CRR. 2) < 100 % kondisi tersebut dikarenakan tarif yang sebenarnya yang berlaku ini untuk sebagian besar tindakan lebih kecil dari biaya standar. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kinerja keuangan saat ini mengalami defisit disebabkan karena total pendapatan lebih kecil dari biaya total di mana obat dan bahan habis pakai merupakan bagian pengeluaran terbesar dan tarif yang berlaku lebih rendah dari biaya pelayanan standar. Penelitian ini menyarankan bahwa untuk mengurangi total pembiayaan perlu dilakukan efisiensi penggunaan obat dan bahan material serta tarif yang disesuaikan supaya Poli Gigi RSUD Dr. Soedarso memperoleh keuntungan.
Financial Performance Analysis Based On Cost Recovery Rate (CRR) of Dental Health Clinic of Doctor Soedarso Regional Public Hospital (RSUD) in Pontianak, 2000 The impacts of monetary crisis giving a big to affect dental health services. Most equipments, materials and medicines are imported, while the price is increasingly expensive, on the other hand the people purchasing power is decreasing. If dental health services maintain its survival, it must drive to the cost, in other than the cost revenue to cover the total cost. Dental Health Clinic of RSUD Dr. Soedarso as one of clinic which given biggest cost of revenue, now that still receive subsidy from the government. To know, it has needed analysis of financial performance. This research is a case study with a quantitative and qualitative approach by using descriptive analysis method to obtain description of cost in dental clinic of RSUD Dr. Soedarso Pontianak related to total cost, standard cost, cost of services up to now, cost of standard services and revenue by using double distribution analysis method. The results of this research is indicated that total cost using is highly which material and medicine (58, 49 %) is a bigger component for out of cost, but total revenue or cost of services up to now less than out of cost or recovery level <100 % (CRR 1 = 72, 40 %), but when it compared with the standard cost, The total revenue has covered cost of services (CRR 2 = 115, 44 %). Based on kind in action of services recovery level >100 % like odontectomy (CRR 1 = 144 %), light curing filling (CRR 1 = 142 %), nevertheless it is bigger part level recovery (CRR 1 and CRR 2) less than cost standard and revenue. The research concluded that financial performance at Dental Health Clinic at RSUD Dr. Soedarso to obtain deficit, because total revenue less than total cost where out of medicine and materials cost is a bigger part and tariff less than standard cost. The research recommended that it is decrease of total cost have to inefficiency using medicines and materials and to adjust on of tariff in other than it giving surplus.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T4458
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arjo Surjanto
Abstrak :
Masih tingginya preskripsi obat paten yang telah mempunyai generik di salah satu bagian Rumah Sakit Umum Pusat Hasan Sadikin (RSHS) Bandung telah mendorong dilakukannya penelitian Beban Biaya Yang Timbul Akibat Ketidakpatuhan Pemberian Obat Generik Pada Pasien Rawat Inap di RSHS - Bandung Tahun 2001. Biaya ketidak-patuhan pemberian obat generik adalah biaya masyarakat yang tidak perlu yang menjadi ruang lingkup penelitian ini. Penelitian dilakukan selama bulan April sampai Juni 2002 dengan desain Comparative Non Eksperimental Study secara Ex Post Facto terhadap data sekunder pasien rawat inap di RSHS Tahun 2001. Sampel yang diambil sebanyak 323 buah dengan sumber data terdiri dari resep, kartu status, dan rekam medik tahun 2001. Hasil penelitian menyatakan bahwa beban biaya tambahan yang harus ditanggung pasien/keluarga pasien karena ketidak-patuhan pemberian obat generik secara financial mencapai Rp 10,6 juta atau 55,46% dari belanja obat pasien. Variabel lama kerja dokter dan keparahan penyakit ternyata merupakan variabel yang dominan yang mempengaruhi ketidak-patuhan pemberian obat generik. Estimasi biaya ini pada pasien rawat inap selama tahun 2001 mencapai Rp 13 miliar atau sekitar Rp 600 ribu per pasien rawat inap. Disarankan perlunya tambahan materi pengenalan obat generik bagi dokter maupun calon dokter serta melakukan trial klinik obat generik baik di universitas maupun di rumah sakit dengan melibatkan para dokter maupun calon dokter. Saran berikutnya adalah perlunya memberdayakan Permenkes nomor 085/MEN/KES/PER/I/1989 yaitu dengan memberikan penghargaan pada dokter yang patuh memberikan obat generik dan memberikan pembinaan pada dokter yang tidak patuh memberikan obat generik.
The heightening of branded medicine prescribing in one department of RSHS - Hasan Sadikin Central Public Hospital motivated the study of Cost Implication of Non-compliance of Generic Medicine Prescribing of Hospital Care Patient in Hasan Sadikin Central Public Hospital - Bandung 2001. The non-compliance cost implication of generic medicine prescribing is a community unnecessary cost that being this study scope. The study was carried out during April -- June 2002 on Comparative Non Experimental with Ex Post Facto Design to the secondary data of hospital care patients in RSHS - Bandung in 2001. The amount of sample is 323 consist of prescriptions, condition state cards of patient, and medical records. The result showed that the cost implication bad to be loaded by the patient or their family caused non-compliance of generic medicine prescription financially are Rp 10,6 million or 55,46% from their medicines cost. Physician length of work and severity of disease are dominant variables in influencing of non-compliance generic medicine prescribing. Estimation of the non-compliance cost on hospital care patient in 2001 reaches Rp 13 billion or about Rp 600 thousand per patient. Suggestion is having addition of genetic medicine introducing to both physicians and their candidates and its clinical trial in universities or hospitals. The further suggestion is law enforcing of Permenkes 085/MEN/KES/PER/I/1989 by giving reward to the doctors compliance generic medicine prescribing and pay attention to the others to establish compliance generic medicines prescribing.
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T7785
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Walujo Wirjodiardjo
Abstrak :
Penelitian ini berlatar belakang perubahan besar-besaran yang terjadi di Pertamina dan beban biaya kesehatan Pertamina yang dari waktu kewaktu menunjukkan peningkatan yang tajam dan signifikan. Kondisi ini mendorong Pertamina untuk meninjau ulang konsep pembiayaan kesehatan bagi Pekerja dan Keluarganya serta Pensiunan. Konsep yang dipilih adalah cara pembiayaan kesehatan dengan sistem kapitasi. Sistem kapitasi dianggap akan mampu mengendalikan biaya kesehatan PISA/Pensiunan, setelah fee for service dan cara lainnya dianggap gagal. Untuk RSPP, sistem kapitasi adalah sesuatu yang lama sekali baru. Dari analisis situasi dapat diketahui bahwa RSPP sebetulnya sudah mulai melakukan beberapa persiapan dan sosialisasi tentang kapitasi. Tapi apakah semua usaha ini sudah mencukupi, hal inilah yang akan dikaji oleh peneliti. Untuk maksud itu telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana kesiapan RSPP dan persiapan semacam apa yang sebaiknya dilakukan RSPP. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dimana analisis data dilakukan secara kualitatif dengan menggunakan informasi sebagai dasar analisis. Penelitian dilakukan terhadap 6 orang informan yang ditetapkan oleh peneliti (Judgment sampling methode) dengan kriteria tertentu. Kajian penelitian difokuskan pada tiga variabel sesuai dengan kerangka konsep. Hasil penelitian untuk variabel Organisasi menunjukkan bahwa RSPP, baik secara Struktural maupun secara Kesiapan SIMRS belum siap untuk menjalankan program kapitasi. Sedangkan penelitian untuk variabel Sistem Kapitasi ditujukan terhadap lima aspek, yaitu: SOP (Kebijakan), Sistem Pembiayaan/Pembayaran, Jenis Pelayanan, Angka Kapitasi/Premi Kapitasi dan Populasi. Ternyata kelima aspek inipun belum siap untuk mendukung program kapitasi. Penelitian pada variabel ketiga yaitu: Badan Penyelenggara (Bapel) menyimpulkan: ternyata Badan Penyelenggara (PT. Pertamedika eq. MPPK) juga belum siap menerima program kapitasi dari Pertamina. Sehingga kesimpulan akhir dari penelitian ini adalah : Program Kapitasi di RSPP belum bisa dilaksanakan dalam waktu dekat. Perlu terlebih dahulu dilakukan persiapan-persiapan yang sangat mendasar yang membutuhkan waktu. Diajukan saran untuk terlebih dahulu membuat perhitungan unit cost yang baik dan benar, menyempurnakan SIMRSPP, menyiapkan paket-paket pelayanan, menghitung jumlah populasi yang akurat, menyiapkan tenaga profesional dan melakukan pembicaraan yang intensif antara Pertamina - PT. Pertamedika - Providers - Peserta. Daftar Pustaka : 38 buah (1971 - 2003)
Analysis of Capitation Policy in Pertamina The background of this research is the excessive changes that have been happening in Pertamina, and the expense for healthcare in Pertamina, which has shown a sharp and significant augmentation.This condition drove Pertamina to reconsider their concept in the payment of healthcare for the Employees and their families, and also the Retirees. The concept they have chosen is the healthcare payment with capitation system. The capitation system is considered an appropriate way to control the PISA/Retirees healthcare expenses, after "fee for service" and other methods have failed. For RSPP, capitation system is highly a new system. After analyzing the current situation, it is uderstood that actually RSPP has already started some preparations and socializations about the capitation system. But are all those efforts sufficien? This is the matter that is going to be analyzed in this paper. For that purpose, some research have done to determine whether or not that existing policy is representative and can be implemented in RSPP, how ready is RSPP, and what kind of policy that shoul be pursued in RSPP. The method used in this research is descriptive analysis and the data are analyzed qualitatively. The data gathered are based on some information which are provided by six informers who have been particulary chosen after meeting certain criterions (judgement sampling method). By referring to the frame of concept, this research is focused on three variables. The result for the Organization variable shows that Structurally and from Readiness of SIMRS, RSPP is not yet ready to pursue the capitation program. Meanwhile the research on the capitation System variable is targeted on five aspects, which are SOP (Policy), the Expense System/Payment, the Variety of Service, the Number of Capitation/Capitation Premium, and Population. The fact shown that even these five aspects are not yet ready to support the capitation program. The research on the third variable, which is the the Executing Body (Bagel), concluded that the Executing Body (PT. Pertamedika cq. MPPK) is also not yet ready to accept the capitation program from Pertamina.The final conclusion if this research is: Capitation Program in RSPP is not yet ready to be pursued in the near term. It is necessary that some very basic and time-consuming preparations should be done beforehand. The advice imposed in this thesis is that at first there should be calculation on unit cost, which must be done well and correctly; there should be some efforts to perfect SIM RSPP, there should be preparation on services packages; there should be accurate calculation in the number of the population; there should be preparations for providing professional hands; and there should be intensive discussion between Pertamina -- PT. Pertamedika - Providers - the Members. References: 38 (1971 - 2003)
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T 11209
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lus Pri Ekawati
Abstrak :
Penelitian ini terfokus pada aspek keuangan Instalasi Gawat Darurat sebagai salah satu unit dari RSPP yang saat ini telah berbentuk Perseroan Terbatas. Penelitian ini berangkat dari permasalahan-permasalahan antara lain : 1). Belum diketahuinya komponen-komponen yang memberikan kontribusi terbesar pendapatannya, 2). Belum diketahuinya komponen-kmponen yang menjadi beban pengeluaran terbesarnya 3). Belum diketahui kinerja keuangan IGD berdasarkan anus kas tunainya (aliran kas tunai). Melalui penelitian ini, diharapkan dapat diperoleh gambaran tentang kinerja keuangan atau kemampuan IGD RSPP dalam mengelola arus kas yang merupakan mengandung sumber-sumber penerimaan dan komponen pengeluarannya, sebagai salah satu satu informasi yang dibutuhkan bukan saja untuk mengevaluasi kebijakan-kebijakan manajemen dalam rangka pengembangan dan memandirikan IGD RSPP sebagaimana yang tertuang dalam Roadmap dan Komitmen PT. RSPP, namun juga dibutuhkan oleh pihak luar (calon investor) sebagai salah satu pihak yang kemungkinan diajak untuk bekerja sama dalam rangka pengembangan tersebut. Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut dilakukan tinjauan kebijakan keuangan, tinjauan laporan-laporan keuangan serta wawancara untuk mengkonfirmasi terhadap hal-hal dimaksud. Konsep yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan berdasarkan aliran kas adalah adalah 1) Analisis aliran kas secara umum, 2) Analisis Incremental atau perhitungan secara vertikal dan horizontal, dart 3) Analisis netto yang termasuk di dalamnya analisis korelasi antara komponen-komponen penerimaan dan komponen﷓komponen pengeluaran dengan jumlah layanan/tindakan. Melalui analisis arus kas tunai diharapakan dapat diketahui seberapa jauh IGD RSPP dapat menutupi biaya-biaya yang menjadi bebannya hanya dengan penerimaan tunai yang diterimanya. Sebagai salah satu bagian dari RSPP, Instalasi Gawat Darurat juga mengemban Visi dan misi yang telah dicanangkan oleh manajemen RSPP. Visi RSPP adalah menjadi Perusahaan Jasa Layanan Kesehatan Yang Mandiri dan Bertaraf Internasional, sedangkan misi RSPP yaitu sebagai Rumah Sakit Yang Komprehensif, yaitu Memberikan Layanan Kesehatan Spesialistik, yang berperan meningkatkan layanan kesehatan masyarakat serta membangun loyalitas melalui kepuasan pelanggan. Dari hasil perhitungan arus kas tahun 2001-2002 dapat diperoleh hasil sebagai berikut : Kontributor utama dari faktor pasien adalah kelompok pasien Pertamina, kelompok pasien jaminan, dan kelompok pasien tunai. Sementara itu apabila ditinjau dari komponen pendapatan, maka unsur Obat, unsur Konsul dokter, dan unsur Tindakan IGD merupakan kontributor terbesar bagi sumber penerimaan IGD. Ada pun penerimaan rata-rata bulanan sepanjang tahun 2001 adalah Rp.222.761.725,08 (8,3%), dan pada tahun 2002 rata-rata penerimaan per bulannya adalah sebesar Rp.571.499.414,5,- atau 8,3%. Dengan demikian rata-rata prosentase penerimaan per bulan sepanjang kurun waktu 2 (dua) tahun tersebut relatif konstan. Namun apabila ditinjau dari masing-masing unsur komponen penerimaan, maka kontribusi utamanya datang dari komponen obat, dan bukan dari komponen tindakan IGD. Hai ini diperkirakan karena timbulnya disfungsi dari aspek layanan kegawatdaruratan IGD RSPP dan adanya kesalahan posting dari unit-unti lain khusus mengenai kontribusi obat tersebut. Dari penelitian-penelitian yang dilakukan dapat diperoleh pokok-pokok yang dapat dijadikan kesimpulan penelitian. Bahwa IGD RSPP saat ini belum mampu mengelola keuangannya dalam tingkat yang aman untuk sebuah perusahaan. Kebijakan keuangan dan akuntansinya belum memadai untuk dapat mendukung sebuah kegiatan Prot Center. Dengan hasil penelitian kinerja keuangan IGD tersebut maka dalam 2 tahun kedepan IGD dapat dirintis untuk dijadikan unit kerja yang mandiri, karena tingkat pendapatan yang cukup untuk dikatakan untung (profit), namun demikian sedikit mampu untuk menutupi beban pengeluaran operasional per bulannnya. Untuk itu dapat direkomendasikan saran-saran untuk peningkatan kinerja keuangan seperti peningkatan kualitas pelayanan, peninjauan kembali tarif, pemantapan sistem costing, penigkatan pelayanan yang terkait dengan peralatan, peningkatan kualitas koordinasi antar unit yang terkait dengan IGD, penyempurnaan sistem pencatatan serta pemantapan sistem akuntansi khususnya unit-unit pelayanan RSPP. Daftar Bacaan : 33 (1986 - 2003)
Cash Flow Analysis on Emergency Unit of Pertamina Central Hospital 2001-2002 This study focus on financial aspects of Emergency Unit (EU) as one unit in Pertamina Central Hospital (PCH) which has been transformed as PT (Perseroan 7erbalas, limited company) recently. This study was stemmed from the following problems: 1). There is no information on component with highest contribution, 2). There is no information on component with highest cost, 3). There is no information on financial performance of EU PCH based on its cash flow. This study expected to obtain information on financial performance of EU PCH in managing cash flow including input and output components, as needed information to evaluate and to develop EU PCH in accordance to roadmap and commitment of PCH, this information is also needed by investor prospects. To achieve the objectives, reviews were conducted on financial policy, financial reports, and confirmation interview. Concepts used to evaluate the financial performance based on cash flow were as follow: 1) general cash flow analysis 2) incremental (vertical and horizontal) analysis 3) Net analysis including correlation analysis between input and output components with quantity of service/action. Through cash flow analysis, it is expected to know whether EU PCH could cover cost by incoming cash only. Cash flow analysis in 2001-2002 result showed that main contributors from patient factor were Pertamina patient group, insurance patient group, and cash patient group. While in income component, drugs, consultation, and EU action were biggest contributor for EU income. Average monthly income in 2001 was Rp 222 761 725.08 (8.3%) and in 2002 was Rp 571 499 414.5 or 8.3%. Thus, the percentage of average monthly income wirthin the two years was relatively constant. However, the main contributor was drug and medication component not the EU action component. This was caused by dysfunction of EU care in PCH and mistake in posting from other unit particularly regarding the contribution of drugs/medication. Several conclusion could be obtained. First. EU PCH had not been able to manage its finance in a secure level for a company. Its policy and accounting system was not sufficient to support a profit center activity. In the next two years EU of PCH could become a self sufficient unit because it can cover its monthly operational cost despite its small profit. Thus, it is recommended to improve financial performance such as improvement of care quality, tariff review, establishment of costing system, care improvement regarding with equipment, improvement of quality of inter unit coordination related to EU, improvement of recording system and establishment of accounting system particularly in care units of PCH. References: 33 (1986-2003)
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T 12994
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayi Djembarsari
Abstrak :
ABSTRAK Saat ini rumah sakit tidak dapat hanya mengandalkan pendapatan dari pembayaran tunai saja. Pembayaran secara kredit dapat ditempuh dalam upaya meningkatkan pendapatan rumah sakit, tetapi apabila tidak dikelola dengan hati-hati rumah sakit akan gagal dan harus menyediakan dana tambahan yang akan menambah besarnya modal yang harus disediakan. Masalah dalam penelitian ini diidentifikasi saat residensi dimana diketahui bahwa piutang pasien rawat inap jaminan perusahaan mengambil bagian terbesar dari piutang yang terjadi serta cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Keadaan tersebut disebabkan oleh lemahnya penagihan piutang pasien rawat inap jaminan perusahaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui model penagihan untuk pasien rawat inap jaminan perusahaan Untuk memperoleh model yang sesuai dilakukan analisis terhadap faktor-faktor yang ada didalarn dan diluar rumah sakit, psosedur penagihan yang saat ini berjalan dan dibandingkan dengan teori yang ada. Metodologi penelitian yang dipakai pada penelitian ini adalah kualitatif analitik yang berupa suatu telaahan kasus dengan pendekatan pemecahan masalah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk mendapatkan hasil penagihan yang maksimal, rumah sakit harus mempunyai kesepakatan yang jelas dengan pihak penjamin. Upaya penagihan piutang harus sudah dimulai pada saat pasien masuk rumah sakit dan sebaiknya dilakukan secara berkala selama pasien dirawat sehingga diharapkan pada saat pasien lepas rawat tidak ada piutang atau piutang yang ada dapat ditekan. Karena kegiatan tersebut melibatkan beberapa bagian yang ada di rumah sakit, untuk pelaksanaannya perlu dibentuk suatu tim yang berada dibawah koordinasi Direksi rumah sakit. Impelmentasi dari model penagihan piutang pasien rawat inap jaminan perusahaan ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan rumah sakit sehingga rumah sakit dapat meningkatkan kinerjanya.
ABSTRACT Account Receivable Collecting System for Inpatient Deposit on Company's Account in "Dharmais" Cancer HospitalRecently hospitals cannot just depend on cash payment only. Credit payment can be arranged in order to increase the hospital revenue, however the system should be managed properly, otherwise the hospital will have to provide more capital as it should be. This research identified that the main problem comes from Account Receivable Inpatient on Company?s Account and tend to increase from year to year. This condition is due to the difficulties in collecting payment from Inpatient on Company?s Account. This study is designated to develop a system by analyzing condition internal and external hospital factors, existing collecting procedure and benchmarking with the theory. Qualitative analysis is used in this research by using problem solving approach. This research implies that to get a maximum payment collection, the hospital has to have mutual commitment with the company. Account receivable collection effort has to be started when the patient admitted to the hospital and it should be done regularly while the patient is in the hospital so that when the patient is discharged there would be no more account receivable or at least living some small part of the account receivable payment. Because all the activities will involve some departments in the hospital, the implementation of this system should be coordinated by a governing board. Implementation of the Account Receivable Collecting System for Inpatient Deposit on Company's Account is hopefully could increase the hospital revenue so the hospital could improve its performance.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asih Widowati
Abstrak :
ABSTRAK Instalasi Gizi merupakan subsistem unit pelayanan penunjang medik, yang tidak kalah pentingnya, sebagai selayaknya pelayanan medik. Pelayanan yang diberikan oleh instalasi gizi adalah nutrisi untuk pasien yang dirawat inap, disamping pegawai rumah sakit seperti dokter jaga, tamu rumah sakit dan sebagainya. Pelayanan gizi ini amat penting dalam membantu pemulihan kesehatan pasien dan mempercepat kesembuhan serta memperpendek hari rawat (length of stay) yang merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan / citra dari pelayanan suatu rumah sakit. Dalam pelayanan gizi rumah sakit ini diperlukan biaya, yang dikeluarkan oleh rumah sakit, dan biaya ini dikelola penggunaannya oleh Departemen Gizi. Maka sebaiknya penggunaan biaya ini dipertanggung jawabkan, dan pelaksanaannya sesuai dengan hal-hal yang telah direncanakan semula oleh rumah sakit. Pada tahun 1995 di Rumah Sakit Bhakti Yudha telah terjadi kesenjangan dalam pemakaian dana atau anggaran yang pada pelaksanaannya melebihi dari rencana semula, sedangkan jumlah hari rawat yang telah ditetapkan oleh rumah sakit pun tidak tercapai. Bertolak dan permasalahan tersebut maka penelitian ini memperkirakan berapa besar selisih biaya tersebut. Hari rawat yang tidak tercapai itu berapa persen-kah besarnya. Metodologi penelitian yang digunakan adalah deskriptif laralitatif, dengan: mengolah data primer dan data sekunder yang didapat dari Departemen Keuangan, informatika, ruang perawatan dan tim pengadaan bahan makanan rumah sakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1. Pada tahun 1995 di Departemen Gizi memang terjadi selisih biaya, yang besarnya menurut Departemen Keuangan adalah sebesar Rp. 12.321.262,- ; atau sebesar 7 %. 2. Jumlah hari rawat yang tidak tercapai adalah 868 hari rawat atau sebesar 3 %. Pada saat perencanaan anggarcm, harus diperhitungkan dengan teliti jumlah kebutuhan bahan makanan pasien berdasarkan jumlah standar nilai gizi; berupa : kalori, karbohidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin yang jumlahnya sudah baku. Jumlah bahan makanan ini sangat erat kaitannya dengan jumlah biaya yang dibutuhkan untuk anggaran belanja makan pasien selama satu tahun. Untuk hal itu harus dibuat rencana kebutuhan bahan makanan, yang juga mengacu kelas rawat. Cara perhitungan rencana biaya, dipengaruhi beberapa faktor yang tidak dapat diperkirakan; seperti banyaknya pasien dan tingginya harga pada hari-hari raya, Tahun Baru, Natal dan selama bulan Ramadhan, maka seyogyanya dipakai sistem standar deviasi. Maka dengan pemakaian sistem tersebut pada akhir tabun anggaran tidak terjadi kekeliruan dalam penilaian atau evaluasi. Menu yang telah ditetapkan harus dilaksanakan dengan konsekwen, dengan demikian tidak akan terjadi pelanggaran harga makanan perhari rawat yang telah ditetapkan. Guna menjaga citra rumah sakit, perlu kiranya setiap empat sampai enam bulan diadakan modifikasi menu. Efisiensi pada Departemen Gizi dengan Cara pengelolaan yang baik dan efektif serta mempertahankan mutu harus menjadi dasar falsafah. Daftar kepustakaan : 33, (1979 - 1996).
ABSTRACT The Nutritional Service is a subsystem of the unit for medical services support which is not less important, appropriate to medical services. The services offered by the nutritional services is nutrition for patients staying at the hospital beside the employee of the hospital such as the ward physician, the hospital guests and others. This nutrition services is very important to help the patient's recovery, to make the recovery of health of the patient faster and to make the length of stay shorter, which is one of the criteria of success I trademark of the hospital's services. The nutrition services require expenses, supplied by the hospital, the usage of this expenses is managed by the Department of Nutrition. Therefore it is better that the usage of this expenses be accountable, and the usage conform to the cases formerly programmed by the hospital. In the year of I995 at the hospital of Shakti Yudha has occurred a discrepancy in the execution of expenses or budget in which the usage differs in excess from the former program, while the length of stay plan by the hospital was not reached. Commencing from the said discrepancy this study predicts the amount of the difference of the budget. The amount in percentage of the unreached length of stay. The methods of study used is descriptive qualitative, in which the primary data and the secondary data obtained from the Department of Nutrition, the Department of Finance and Administration, informatics, cure rooms and the team of hospital raw material procurement for food are processed. The result of the study discloses that : 1. In the year of 1995 at the Department of Nutrition a difference in budget has occured, at the amount of Rp. 12.321.262; , or 7 % ; conform to the Department of Finance and Administration. 2. The total amount of unreached length of slay was 868 days or 3 %. During the planning of budget, proper calculation of the amount of food material proposed based on the amount of carbohydrate, fat, protein, minerals and vitamins; conform to the standard of nutrition. The amount of food is closely related to the amount of budget for the purchase of food for the patients for one year. For that reason the plan of food requirement has to be performed, and must comply to rooms category. Misleading standard method of cost expenses plan due to some unpredictable factors, such as the number of patient and the higher price during holidays, New Year, Christmas and during the month of Ramadhan, it is appropriate to use the standard deviation system. Hence by using the method, the discrepancy of calculation evaluation in costing at the end of the year can be eliminated The Menu plan must be performed consequently, so that discrepancy from the plan of the cost per meal per day is checked. The well establishment of the hospital must be maintained by adopting menu modifications every four, or six months. Efficiency in the Department of Nutrition by means of well and effectively management, and keeping quality is the idea to be the fundamental principle. List of references : 33, (1979 - 1996).
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thomas Peter Budisusetija
Abstrak :
Pembiayaan rumah sakit di Indonesia menghadapi masalah keterbatasan dana, sebagai akibat dari perkembangan dan perubahan lingkungan yang cepat. Upaya mengatasi masalah ini diarahkan dengan mengembangkan manajemen keuangan, dan salah satu proses terpenting dalam manajemen keuangan adalah perencanaan anggaran. Sesuai dengan tujuan dan fungsi suatu anggaran, yang akan menjadi sarana menunjang upaya mencapai efisiensi dan efektivitas dalam penggunaan sumber daya berupa uang. Penelitian diselenggarakan untuk memberi masukan pada manajemen mengenai masalah - masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan proses perencanaan anggaran. Penelitian ini merupakan penelitian operasional, sebagai suatu cara untuk mencari solusi atas masalah yang dihadapai (problem solving). Berdasar data yang diperoleh dengan melakukan wawancara dan metoda Delphi, didapatkan bahwa masalah yang dihadapai dalam proses perencanaan anggaran terutama adalah masalah organisasi dan sumber daya manusia sebagai pelaksana. Masalah lain terkait dengan kondisi dasar RSKD sebagai rumah sakit pemerintah yang dikelola Yayasan, sehingga rumah sakit masih menggunakan berbagai sistem yang digunakan rumah sakit pemerintah. Alternatif pemecahan masalah yang dapat diajukan dalam kondisi demikian, akan merupakan alternatif yang bersifat sebagai langkah antara, dengan tujuan untuk meningkatkan keterlibatan seluruh jajaran didalam proses. Dengan harapan bahwa dengan menggunakan pola partisipasi didalam proses akan dapat diciptakan suatu kondisi dimana anggaran dilihat sebagai suatu hal yang penting bagi organisasi. Sehingga pada saat rumah sakit menyelenggarakan pembenahan sistem - sistem lain yang terkait akan dapat dikembangkan sistem yang menunjang kebutuhan rumah sakit secara keseluruhan.
Budgetary Process Evaluation in "Dharmais" Cancer Hospital, JakartaHospital growth and its quick changing environment has caused the emergence of financial problem due to fund shortage. Financial management methods were used to help these hospitals in dealing with the problem and one of the most important step in financial management is the Budgetary process. This process will help any organizations in achieving efficient and effective use of resources. This research were designed to evaluate current method of preparing a budget in "Dharmais" Cancer Hospital, and the result will help the management in choosing alternative step in developing the process. As the objective of a Budget for every organizations are to use limited resources efficiently and effectively. Results shows that Dharmais Cancer Hospital, are facing organizational and man power problem in the budget preparation process, as well as other problems that are related to the hospital's basic conditions. With these results, the alternative would serve as a side step in the overall development of a better budgetary process. This alternative was choosers after considering the limitation encountered in the hospital, and to give an opportunity for the management to develop all the needed supporting system in the budgetary process. While at the same time create a condition, where all parties concerned will have the same perception as to the importance of a budget to the organization.
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lies Nugrohowati
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam rangka universal health coverage, Indonesia mempersiapkan pelaksanaan BPJS-SJSN yang akan dimulai bulan Januari tahun 2014. Perbedaan tarif BPJS dan rumah sakit menjadi masalah mendasar. RSIA swasta Hermina Bogor mempersiapkan diri mengantisipasi pelaksanaan BPJS dengan tujuan agar tetap survive. Melalui desain kuantitatif dilakukan analisis tagihan tindakan Sectio Caesaria (SC) pasien kelas III, dengan komponen tagihan : jasa medis, penunjang medis, alat medis, kamar perawatan, biaya lain - lain dan administrasi. Wawancara mendalam dilakukan kepada manajemen rumah sakit. Rata ? rata tagihan SC pasien kelas III = Rp.11,13 juta. Uji multivariat membuktikan bahwa jenis tindakan paling mempengaruhi variasi tagihan. Rumah sakit diharapkan mampu mengendalikan biaya penunjang medis, jasa medis dan anjuran pemeriksaan kehamilan kepada pasien.
ABSTRACT
Indonesia is on the move to prepare the implementation of Universal Health Coverage to be conducted in 2014. The difference between BPJS tarieff and actual billing of hospitals become a serious problem. Billing components comprised of doctor?s fee, medical support (laboratorium, drugs, blood, Rontgent), room charges, medical equipments rent and administrative cost. This quantitative and qualitative study of Sectio Caesaria patients, 3rd class at Hermina MCH private hospital Bogor found that the average billing is Rp 11,1 million. Type of surgical action contributed most to the variation of billing.Recommendations to the hospital are : to control usage of medical support, rental of medical equipments and to encourage ANC to patients. Government to study further on tarieff variations of private hospitals.
2013
T33320
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Maulina Dewi
Abstrak :
SJSN pada dasarnya merupakan program negara yang bertujuan memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Melalui program ini, setiap penduduk diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak apabila terjadi hal-hal yang dapat mengakibatkan hilang atau berkurangnya pendapatan, karena menderita sakit, mengalami kecelakaan, kehilangan pekerjaan, memasuki usia lanjut atau pensiun Melalui peraturan presiden nomor 12 tahun 2013 tentang jaminan kesehatan ditetapkan pembayaran pelayanan kesehatan tingkat lanjut di rumah sakit menggunakan pembayaran pra upaya (prospective payment) yaitu menggunakan pola INA-CBGs. Penerapan tarif INA-CBGs menimbulkan polemik bagi rumah sakit karena terdapat selisih bayar yang cukup besar antara tarif rumah sakit dan tarif INA-CBGs.Salah satu komponen yang harus dipersiapkan oleh rumah sakit adalah membuat suatu pedoman pembiayaan berdasarkan cost of treatment berbasis clinical pathways. Prioritas untuk pembuatan clinical pathway adalah kasus yang sering ditemui,kasus yang terbanyak,biayanya tinggi,perjalanan penyakit dan hasilnya dapat diperkirakan,telah tersedia standar pelayanan medis dan standar prosedur operasional. Untuk tindakan herniotomi yang disepakati di RS PMI Bogor ada 12 clinical pathway.dengan perhitungan cost of treatment dari yang paling minimal pada kasus herniotomi anak murni Rp 5.368.719,00 sampai yang maksimal pada herniotomi Tua komplikasi dengan penyerta sebesar Rp 9.350.683,00. Dengan adanya perhitungan ini Rumah Sakit memiliki pedoman biaya tindakan herniotomi yang bersifat prospective payment. Saran untuk rumah sakit diharapkan rumah sakit melakukan perhitungan cost of treatment untuk tindakan yang lain berdasarkan clinical pathway yang disepakati di RS PMI Bogor.
National Health Insurance System (SJSN) is basically a state program that aims to provide certainty of protection and social welfare for all Indonesian people. Through this program, each resident is expected to meet the basic needs of living where things happen that can lead to lost or reduced income, because of illness, accident, loss of a job, entering old age or retirement. Through a presidential decree number 12 of 2013 about , has set an advanced payment of health care services in hospitals, using pre-payment efforts (prospective payment) that uses pattern INA-CBGs. Implementation of INACBGs rates for hospital became polemic because there is a large enough difference in pay between hospital rates and INA-CBGs rates.One of the component that must be prepared by the hospital is making a guideline based on clinical pathway calculated cost of treatment.Prioritas for the manufacture of clinical pathways are frequently encountered cases, most cases, the cost is high, the disease course and outcome can be expected, has provided medical service standards and standard procedures operasional.For herniotomy procedures agreed at the PMI Bogor hospital, there were 12 clinical pathway with calculation cost of treatment and the most minimal in the case of a pure child herniotomy Rp 5,368,719.00 to the maximum at Old herniotomy with concomitant complications of Rp 9,350,683.00. Given this calculation Hospital has guidelines herniotomy procedures costs that are prospective payment. Suggestions for hospital is expected to perform the calculation of the cost of treatment for other actions based on agreed clinical pathways in PMI Bogor hospital.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T39241
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Taufiqur Rachman
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini menganalisis selisih biaya rawat inap operasi reseksi prostat trans uretra pasien Jamkesmas berdasarkan tarif Peraturan Walikota, tarif INA-CBG’s dan biaya berdasarkan clinical pathway di RSUD Kota Bekasi tahun 2012,mengetahui penyebab terjadinya selisih dan mencari upaya-upaya untuk memperkecil selisih biaya tersebut. Penelitian ini adala hpenelitian kualitatif observasional. Hasil penelitian menunjukkan terdapat selisih biaya cukup besar antara biaya berdasarkan tarif Perwal dan clinical pathway dengan tarif INA-CBG’s, penyebab utamanya adalah karena perbedaan dalam cara penghitungan dan penetapan tarif.Penelitian ini menyarankan agar rumah sakit dan Kemenkes menggunakan unit biaya (unit cost) dan clinical pathway sebagai instrumen dalam penghitungan biaya, kendali biaya dengan tetap menjaga mutu pelayanan.
ABSTRACT
The study analyzed the cost discrepancy of transurethral resection of prostate on jamkesmas patient based on Perwal Tariff, INA-CBG’s Tariff and the cost based on clinical pathway in RSUD Kota Bekasi in 2012 to find the cause and the solution to minimalize it. It was an observational qualitative study. The result show that there were a quit big discrepancy between the cost based on Perwal tariff and the clinical pathway with the cost based on INA-CBG’s , with the main Analisis selisih..., Bagus Taufiqur Rachman, FKM UI, 2013 cause are the different method in calculating the cost and tariff determination. The study recommend that hospitals and The Ministry of Health use unit cost and clinical pathway as the instrument in calculating and controlling the cost while maintaining quality’
2013
T39188
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>