Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Niswatus Sholihah
"ABSTRACT
Bed Occupancy Rate BOR merupakan salah satu outputkoordinasi perawatan untuk mencapai outcome efisiensi dalam rumah sakit.Bed Occupancy Rate BOR di Instalasi Rawat Inap Kelas 3 RS Kanker Dharmais mengalami penurunan setelah terjadi penambahan tempat tidur di kelas 1 pada tahun 2016. Namn penurunan tersebut tidak diikuti dengan penurunan jumlah pasien rawat inap dan jumlah hari perawatan. Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya variabel- variabel input kerangka kinerja rumah sakit yang menyebabkan Bed Occupancy Rate BOR di Instalasi Rawat Inap Kelas 3 RS Kanker Dharmais dibawah standar 60-85 . Penelitian ini dilakukan selama bulan Mei ndash; Juli 2017, menggunakan penelitian kualitatif dengan metode analisis depkriptif yang melibatkan wawancara mendalam terhadap 6 informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel- variabel input kinerja rumah sakit yang berpengaruh signifikan dalam pencapaian Bed Occupancy Rate BOR adalah varaibel kepemimpinan dan sumber daya. Variabel kepemimpinan yang menyebabkan penurunan Bed Occupancy Rate BOR karenaketidakefektifan pembagian struktur organisasi Instalasi Rawat Inap menjadi 2 bagian, kualifikasi kepala Instalasi tidak sesuai dengan Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Inap, dan Pemimpin kurang melakukan komunikasi efektif, Variabel input kinerja rumah sakit lainnya tidak berpengaruh signifikan terhadap penurunan Bed Occupancy Rate BOR di Instalasi Rawat Inap Kelas 3 RS Kanker Dharmais. Diharapkan dengan diketahuinya faktor- faktor tersebut, bisa menjadi evaluasi untuk mencapai efisiensi dalam rumah sakit.

ABSTRACT
Bed Occupancy Rate BOR is one of the outputs of coordination of care to achieve the outcome of hospital efficiency. Bed Occupancy Rate BOR at the Inpatient Installation Class 3 Dharmais Cancer Hospital decreased after the addition of a first class bed in 2016. Decrease of Bed Occupancy Rate BOR number was not equally means the drop of patients number and inpatient day. So the purpose of this research is to know the variable of input of hospital performance framework causing Bed Occupancy Rate BOR at Inpatient Installation Class 3 Dharmais Cancer Hospital under 60 85 standard. This research was conducted in May to July 2017, using qualitative method with depth interview of 6 informants. The results showed that the variable of hospital performance input which have significant effect on the achievement of Bed Occupancy Rate BOR is the leadership and resource variables Leadership variable causing the decrease of Bed Occupancy Rate BOR due to the ineffective division of organizational structure Inpatient Installation into 2 parts , The qualification of the head of the Installation is not in accordance with the Inpatient Installation Service Guideline, and the Leader lacks effective communication. Other hospital performance input variables have no significant effect on the decrease of Bed Occupancy Rate BOR in the Inpatient Installation Class 3 Dharmais Cancer Hospital. Expected by knowing these factors, it could be an evaluation to achieve hospital efficiency. "
2017
S70020
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dicki Julianus
"Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah salah satu pintu gerbang masuknya pasien di rumah sakit untuk pelayanan gawat darurat, pelayanan harus dapat memilah pasienpasien dengan tingkatan kegawatdaruratan tertentu agar dapat dilakukan pengobatan yang cepat dan tepat untuk mengurangi kecacatan atau kematian pasien yang dilayaninya. Rumah sakit tempat meneliti adalah satu diantara dua rumah sakit rujukan kelas B yang ada di wilayah kota Depok, juga rumah sakit sudah melayani pasien yang menggunakan Jaminan Kesehatan Nasional dalam hal ini diatur oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Kerja sama ini membuat adanya peningkatan pasien di rumah sakit termasuk IGD nya. Kendala timbul bila kapasitas pelayanan yang ada tidak mencukupi dan terdapat antrian pelayanan di IGD, sehingga manajemen perlu mengadakan penambahan tempat tidur di instalasi tersebut. Evaluasi diperlukan untuk mengukur sejauh mana pelayanan dapat diperbaiki. Penilaian/evaluasi adanya penambahan tempat tidur, juga menilai rujukan, merujuk, pasien rawat inap melalui IGD, kapasitas itu sendiri, variasi diagnosa yang ada,respon time, pembatalan berobat dan jumlah pemakaian pemeriksaan penunjang. Dari hasil penelitian didapat kunjungan pasien IGD, pasien BPJS, pasien rujukan, jumlah merawat dan pemeriksaan laboratorium ada peningkatan yang signifikan setelah ada penambahan kapasitas tempat tidur, sedangkan merujuk, pembatalan berobat dan response time ada penurunan tetapi tidak signifikan, diagnosa terbanyak untuk level I adalah Stroke Hemoragic dan level II adalah Stroke Iskemic, untuk radiologi ada peningkatan pemeriksaan tetapi tidak signifikan kendala tenaga dokter dan analis kurang sedangkan untuk tenaga perawat dan radiograper tidak di temui kendala.

Emergency Room (ER) is one of the gateways of patients in the hospital for emergency services, the service must be able to sort out patients with certain emergency levels in order to make prompt and appropriate treatment to reduce the disability or death of the patients it serves. The researching hospital is one of two type B referral hospitals in Depok city, as well as hospitals already serving patients using National Health Insurance in this case regulated by Badan Penyelenggara Jaminan sosial. This partnership makes the patient increase in hospital including his ER. Constraints arise when the existing service capacity is insufficient and there is a queue of services at the ER, so management needs to make additional beds in the installation. Evaluation is needed to measure the extent to which service can be improved. From the results of the study, IGD patient visits, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial patients, referral patients, number of treatments and laboratory examination there was a significant increase after the addition of bed capacity, whereas referring, treatment cancellation and response time was decreased but not significant, the most diagnosis for level I was Hemorrhagic stroke and level II is Ischemic Stroke, for radiology there is an increase in examination but no significant obstacles physicians and analysts less while for nurses and radiograper workers not encountered constraints."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53638
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library