Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 31 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elly Muslikah
Abstrak :
Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. IFRS RSUD Karawang kini sedang mengalami penurunan kinerja, ditandai dengan menurunnya cakupan pelayanan resep, oleh karena itu perlu dilakukan analisis kembali untuk merumuskan strategi yang harus diterapkan oleh IFRS RSUD Karawang agar bisa meningkatkan kinerjanya. Perumusan strategi dilakukan dengan melakukan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus terhadap kebijakan, strategi, program serta kegiatan yang telah dilakukan oleh IFRS RSUD Karawang, melalui tiga tahap : Tahap I (Input Stage), Consensus Decision Making Group (CDMG) berjumlah 10 orang yang terdiri dari staf Direksi, Kepala Ruangan, Kepala Instalasi Penunjang Medik, Staf Medis Fungsional (SMF), Kepala IFRS, Komite Medik serta Ketua Komite Farmasi dan Terapi melakukan analisis lingkungan internal untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki IFRS RSUD Karawang meliputi variabel organisasi, manajemen mutu, pemasaran, anggaran, sumber daya manusia, produk layanan, sarana dan prasarana yang terbagi menjadi fasilitas pendukung kegiatan berupa fisik bangunan, peralatan kantor, alat rumah tangga, alat listrik, peralatan farmasi, buku-buku perpustakaan dan barang farmasi yang pengadaannya melalui siklus logistik, serta variabel sistem/metoda/informasi. Analisis lingkungan eksternal untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman bagi FRS RSUD Karawang yang terdiri dari lingkungan jauh meliputi variabel ekonomi, demografi, sosial, politik/hukum/kebijakan umum dan kebijakan khusus berupa swadana, teknologi dan epidemiologi. Lingkungan industri meliputi variabel pemasok, lingkungan operasional meliputi variabel pesaing, penyandang dana dan pelanggan. Faktor-faktor kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang telah diidentifikasi ditentukan bobot dan rate dari masing-masing faktor tersebut sehingga diperoleh nilai total IFE (Internal Factor Evaluation) dan nilai total EFE (External Factor Evaluation). Tahap II (Matching Stage), untuk menentukan posisi agar memperoleh strategi CDMG menggunakan matriks Internal-Eksternal (IE Matrix) dengan memperhatikan nilai total IFE dan EFE, guna mempertajam analisis dilakukan matching dengan memasukkan pangsa pasar relatif dan tingkat pertumbuhan pasar dari IFRS RSUD Karawang pada matriks Boston Consulting Group (BCG Matrix). Berdasarkan matriks IE posisi IFRS RSUD Karawang berada pada kuadran I atau pada posisi Growth and Build dengan strategi yang direkomendasikan adalah strategi intensif (market penetration, market development, product development) dan/atau strategi integratif (forward integration, backward integration, horizontal integration). Dari BCG matriks IFRS RSUD Karawang berada pada kuadran III yaitu Cash Cows dengan alternatif strategi yang direkomendasikan status quo, enchancement, penetration dan related diversification, Tahap III (Decision Stage) dengan kesepakatan CDMG menentukan alternatif strategi yang direkomendasikan oleh kedua matriks untuk dilaksanakan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa IFRS RSUD Karawang masih memiliki potensi pasar yang besar dengan dukungan internal yang cukup kuat walaupun pesaing cukup kompetitif dan pemasok mengadakan sedikit penekanan dengan mengurangi pasokan, hal ini terlihat dengan lambatnya pertumbuhan pasar IFRS RSUD Karawang. Sebagai saran untuk tindak lanjut maka strategi yang terpilih dikembangkan menjadi operasional dengan menjabarkannya menjadi program dan kegiatan yang bisa diterapkan (aplicable) dengan mengacu kepada konsep Balanced Scorecard yang berbasis 4 perspektif, yaitu perspektif pembelajaran dan pertumbuhan sumber daya manusia, perpektif proses pelayanan, perpektif pengguna dan donor serta perspektif keuangan.
Strategic Improvement to Increase the Performance of Pharmaceutical Department of Karawang Public HospitalPharmaceutical services are an integrative part of comprehensive health care in a hospital. As a patient oriented services the main goal of this department is providing high quality drugs for patient in every financial status. Pharmaceutical Department of Karawang Public Hospital (IFRS RSUD Karawang) shows a decrease performance at this time, by the evidence of low the rate of prescription services coverage?s. So a new strategy is needed to achieve the high performance of FRS RSUD Karawang. Strategic improvement study was done by descriptive and qualitative research which was approaching by case study method regarding the policy, strategic, program, and activities which had applied at IFRS RSUD Karawang through 3 (three) stages as mention below : First Stage (Input Stage) is developing a Consensus Decision Making Group (CDMG), with ten personnel consist of Managerial Staff, Chief of Ward, Heads of Department, Medical Staff; Chairman of Medical Staff Organization, Committee on Drugs & Therapy. They analyzed the internal factor of IFRS RSUD Karawang to identify strengths and weaknesses of this department using some variables namely: organizational, quality management, marketing, budgeting, human resources, services product, information system and supporting facilities including building, office appliances, home appliances, electrical appliances, pharmaceutical equipment, references book and pharmaceutical stuff. They also analyzed the external factor of this department to identify opportunities and threats to this department which consist of far environment, industrial environment, and operational environment. Far environment are economical, demographic, social, politic, law, general policies and specific policies as self manage financial system (swadana), and technological and epidemiological variables, the industrial environment about vendor and operational environment are competitor, investor, and customer variables. Then the CDMG scoring and weighting the identified strengths, weaknesses, opportunities and threats, to get total score of Internal Factor Evaluation (IFE) and External Factor Evaluation (EFE) The Second Stage (Matching Stage) is positioning the IFRS RSUD Karawang to find the most appropriate strategy should be taken, CDMG use Internal-External Matrix (IE Matrix) considering total score of IFE and EFE to determine the position of this department. To get more accurate analysis CDMG also use Matrix of Boston Consulting Group (BCG Matrix) considering the relative market share and market growth achievement by matching both matrix. Based on IE Matrix IFRS RSUD Karawang is in Growth and Build positions with the alternative strategies recommended are : intensive strategies (as market penetration, market development, product development), integrative strategies (forward integration backward integration, horizontal integration), based on BCG matrix 11-.RS RSUD Karawang is in Cash Cow position with the alternative strategies recommended are : status quo, enhancement, penetration and related diversification. The Third Stage (Decision Stage) on this stage CDMG decided to apply all alternative strategies are recommended by both matrixes. The research shows that IFRS RSUD Karawang still has a significant market potenticy and strong internal support in between a competitive atmosphere and pressure from vendor in late delivery order. As a result of all condition is slowly market growth of IFRS RSUD Karawang. The suggestion for the following step is developing the chosen strategy into specific applied program or activities by using the Balanced Scorecard method. The Balance Scorecard method is based on 4 (four) perspectives namely: learning and growth of human resources, internal business process, customer and investor and financial perspective.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T4453
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Effendi Muharam
Abstrak :
Ketersediaan obat di Puskesmas sangat penting dalam menunjang kelancaran pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Pengelolaan obat yang benar sesuai dengan Pedoman Pengelolaan obat di Puskesmas termasuk pencatatan dan pelaporan obat-obatan adalah suatu kegiatan yang harus dilakukan supaya obat tersedia dalam keadaan cukup baik jumlah maupun jenis. Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) adalah suatu format yang digunakan oleh Puskesmas untuk melaporkan keadaan obat dan pengajuan permintaan obat, selain itu LPLPO diharapkan dapat menyediakan data yang cukup dan benar yang diperlukan kapan saja oleh unit diatasnya untuk melaksanakan fungsi-fungsi pengelolaan obat dengan baik serta pengaturan dan pengendalian terhadap unit dibawahnya. Mengingat pentingnya fungsi LPLPO, maka studi ini akan melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas LPLPO yang dihasilkan oleh petugas pengisi LPLPO di Puskesmas. Penelitian ini menggunakan data primer berupa kuesioner yang diperoleh dari wawancara untuk mendapatkan gambaran kualifikasi petugas pengisi LPLPO, faktor proses dan faktor lingkungannya (variabel independen) serta data sekunder berupa LPLPO Puskesmas untuk memperoleh sejauh mana kualitas LPLPO yang dinilai dari 3 aspek yaitu waktu penerimaan laporan, cara pengisian laporan, dan kesesuaian data laporan dengan stok obat. LPLPO yang diamati sebanyak 252 set yang diperoleh dgri 21 laporan dengan stok obat. LPLPO yang diamati sebanyak 252 set yang diperoleh dari 21 Puskesmas x 12 set LPLPO selama bulan september 1999 hingga agustus 2000 (variabel dependen). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada analisa bivariat diperoleh variabel independen yang berhubungan makna dengan kualitas LPLPO adalah Pendidikan, Pengetahuan, Motivasi, Lamanya waktu pengisian LPLPO serta Pengawasan dan bimbingan Pimpinan sedangkan pada analisa multivariat diperoleh bahwa Pengawasan dan bimbingan serta pendidikan berhubungan erat dengan Kualitas LPLPO dan Pengawasan dan bimbingan merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan kualitas LPLPO. Saran yang diajukan berdasarkan hasil penelitian ditekankan kepada peningkatan Pengawasan dan bimbingan yang terarah dan terencana baik dari Pihak Dinas Kesehatan/Gudang Farmasi maupun Pimpinan Puskesmas terhadap petugas pengisi LPLPO (Pengelola gudang obat Puskesmas) serta penerapan sistem Reward and Punishment yang adil sebagai konsekuensi pengawasan yang dilaksanakan dan bentuk motivasi kepada petugas untuk meningkatkan kualitas kerja.
Factors that correlate with LPLPO quality of all Puskesmas in Kapuas Hulu District in 1999-2000The availability of medicines in Puskesmas (local community health center) is very important for sustaining excellent health service for the local community. Appropriate management of medicines that is in compliance with Medicines Management Guidelines in Puskesmas, including recording and reporting medicines status, is an activity that should be carried out to maintain the medicines availability in terms of their quantity and types. Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) or Medicines Use Report and Request Form is a format that is used by Puskesmas to report the medicines status and to request for medicines supply. In addition, LPLPO is meant for providing adequate and accurate data that are accessible in any time for any unit above Puskesmas to execute the medicines management functions well and for any unit under Puskesmas to regulate and control them. Considering the importance of LPLPO function, this study was focused on investigating factors that correlated with the quality of LPLPO completed by Puskesmas staffs that were in charge in completing the form. This study used primary data in the form of questionnaire obtained from interviews that were designed to get the description of the qualification of the staffs completing the LPLPO, the process factor and its environment factor (independent variable). This study also used secondary data in the form of Puskesmas LPLPOs collected for providing information regarding their quality in terms of 3 aspects, namely, the report acceptance time, the report mode of completion, and the report data compliance with the stock of medicines. The number of analyzed LPLPO was 252 sets that were obtained from 21 Puskesmas x 12 sets of LPLPO during September 1999 until August 2000 (dependent variable). The study results show that, on the basis of bivariate analysis, the independent variables that correlate with the quality of LPLPO are Education, Knowledge, Motivation, Length of time of LPLPO completion as well as Supervision and Guidance from the Executives, while on the basis of multivariate analysis, the results indicate that Supervision and Guidance as well as Education strongly correlate with the quality of LPLPO and that Supervision and Guidance are variables that most dominantly correlate with the quality of LPLPO. Recommendations based on the study emphasize on several issues such as the improvement of more well-directed and well-planned Supervision and Guidance from the local Health Department / Pharmacy Storehouse of Puskesmas Executives towards the staffs in charge of completing LPLPO (or Puskesmas Storehouse staff), and the implementation of fair Reward and Punishment system as a consequence of the applied supervision and a form of motivation for the staffs to improve their work quality.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T4455
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
H. Ayi Raffiah
Abstrak :
Rumah sakit sebagai suatu sarana penyelenggaraan pelayanan kesehatan dituntut untuk memberikan pelayanan yang baik dan bermutu. Pelayanan farmasi merupakan salah satu kegiatan yang tidak dapat terpisahkan dari kegiatan pelayanan rumah sakit secara keseluruhan. Untuk dapat terselenggaranya pelayanan farmasi dengan baik, maka diperlukan perencanaan obat dan alat kesehatan habis pakai yang baik. Adanya kese njangan dalam pengadaannya antara rencana dan realisasi obat dan alat kesehatan habis pakai, akan mengurangi kelancaran pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Tangerang. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran ruang perencanaan obat dan alat kesehatan habis pakai pada Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Tangerang, dan memperoleh saran untuk peaingkatan sistem perencanaan obat dan aalat kesehatan habis pakai di Rumah Sakit Umum Tangerang. Metodologi yang digunakan adalah metode telaah kasus dan pendekatan pemecahan masalab, dirnana pengumpulan datanya dilakukan dengan wawancara, pengarnatan langsung, dan rangkuman data sekunder. Analisa data dilakukan secara kualitatif deskriptif. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa mekanisme perencanaan obat dan alat kesehatan habis pakai sudah mengikuti pedoman yang aada, namun masih ada kelemaahan dalam hal input, mengenai ketenagaan, sarana, dan sistem informasi, dalam hal proses, terutarna dalam menentukan kebutuhan dan realisasi pengadaannya. Kesimpulan dari hasil penelitian ini ternyata unsur-unsur input dan proses adalah sangat menentukan dalam penyusunan suatu perencanaan. Saran yang diajukan adalah: bahwa untuk mendapat perencanaan yang baik perlu evaluasi terhadap realisasi dari rencana tersebut secara periodik, agar tidak terjadi penyimpangan yang terlalu besar. Apabila terjadi penyimpangan yang cukup besar harus dilakukan perencanaan ulang. ...... Profile of Medical Supplies and pharmaceuticals planning at Pharmacy Installation in General Hospital TangerangHospital as a medium implementation servicing of health prosecuted to give a good servicing and high quality Pharmacy servicing is one of form inseparable activities from all servicing hospital. To give a good implementation servicing of health, so it's need medicine and pharmaceuticals. There is a gap for supplying between planning and realization of medical supplies and pharmaceuticals will decrease fluency servicing of health in general hospital Tangerang. Purpose of this research is getting illustration about medical supplies and Pharmaceuticals planning at Pharmacy Installation General Hospital Tangerang and Find suggestion for increase system planning of medicine and pharmaceuticals in General Hospital Tangerang. Methodology which used by analyze of case and approach the problem solving, collecting data by interview, direct observation and secondary data summary. Analyzing data by qualitative descriptive from the result of analyzing finding of data that mechanism of medical supplies and pharmaceuticals planning has already accompanied of work, but there are still weakness for input, personnel, facilities, and information system in process, especially for establish requirement and rraIimtion of procurement. Summary of this analyzing, appears that input element and process are very establish for arrange a planning. Suggestion was given from the planning, its need evaluation toward realization. from the planning, its need evaluation toward realization from the planning in a periodic manner, in order that there isn't too big divergence. If there's quite big divergence occur, it must be repeatedly of planning.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulika Harniza
Abstrak :
Sistem informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) memiliki peran penting dalam memberikan informasi yang akurat bagi rumah sakit. Saat ini RS Anna Medika telah memiliki SIMRS, tetapi penerapannya masih belum maksimal dengan adanya selisih pencatatan obat secara manual yang jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan digital. Maka diperlukan evaluasi implementasi SIMRS di instalasi farmasi RS Anna Medika. Penelitian mengenai evaluasi implementasi sistem pencatatan dan pelaporan obat di instalasi farmasi RS Anna Medika tahun 2012 berdasarkan kualitas sistem, kualitas informi dan kualitas pelayanan. Penelitian ini menggunakan desain kualitatif interpretative dengan wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen terhadap dengan menggunakan informan yang berjumlah 9 orang dari staf pelayanan farmasi hingga direktur rumah sakit. Dari hasil triangulasi sumber, metode dan data diperoleh hasil bahwa saat ini sistem pencatatan dan pelaporan obat belum optimal. Untuk mendapatkan alternatif strategi pemecahan masalah maka dilakukan analisis dengan matriks QSPM yang sebelumnya telah dilakukan analisa SWOT dan pembobotan dengan matriks EFAS/IFAS. Alternatif strategi pemecahan masalah dari hasil pembobotan yaitu memperbaiki kelemahan internal dan menggunakan kesempatan eksternal dengan melakukan pemanfaatan dan memperbaiki sistem informasi yang sudah ada. Selanjutnya akan dijadikan sebagai bahan rekomendasi kebijakan RS Anna Medika Bekasi dalam mengatasi permasalahan terkait sistem pencatatan dan pelaporan obat di instalasi farmasi RS Anna Medika Bekasi. ...... Hospital Management Information System has an important role to accurately provides information for Hospital. As today, Anna Medika Hospital has one of the system, but has not been optimally implemented for it has been a difference on manual drugs recordings with digital version. Hence, implementation evaluation of the system in Pharmacy Installation must be needed. This study evaluated the information system in Pharmacy Installation on Drugs recordings at Anna Medika Hospital in 2012, by means in system quality, information quality, service quality. This study conducted with interpretative qualitative design with in depth interviews, direct observations, and document's reviews. There were 9 interviewee from pharmacy staff until the board of directors. From triangulation analysis of source, methods and data we concluded that the system of drug report and drug records were notoptimally used. Using QSPM matrix preceeding with SWOT analysis and weighted with EFAS/IFAS Matrix, we found an alternative problem solving strategic by internal weakness repairment and using provided external opportunities, with information system fixing and optimally use. Therefore, it will be a policy recommendation to Anna Medika Hospital regarding drug recording and drug report.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T32652
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfian Husin
Abstrak :
Tesis ini menganalisis efisiensi ketersediaan obat-obatan dan bahan habis pakai di Balai Kesehatan Kerja Pelayaran Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan pada tahun 2012. Penelitian ini menggunakan perhitungan Analisis Indeks Kritis ABC, yakni dengan menggabungkan nilai pemakaian barang farmasi, nilai investasi barang farmasi dan nilai kritis dari dokter pengguna (user). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai investasi yang digunakan hanya limapuluh persen saja dari anggaran barang farmasi yang dibelanjakan dan terdapat sepuluh persen dari nilai investasi barang farmasi yang tidak terpakai sama sekali (Death Stock). Maka dapat disimpulkan bahwa ada ketidakefisienan didalam hal pengadaan barang farmasi di Balai Kesehatan Kerja Pelayaran (BKKP). ...... This thesis analyzes the efficiency of the availability of medicines and consumables in the Occupational Health Clinic Shipping Directorate General of Sea Transportation, Ministry of Transportation in 2012. This study used calculations ABC Critical Index analysis, by combining the value of pharmaceutical consumption goods, investment goods and the critical value of the pharmaceutical physician user (user). The results showed that the value of investments used only fifty percent of the budget is spent pharmaceutical items and there are ten percent of the value of investment goods unused pharmaceuticals at all (Death Stock). It can be concluded that there are inefficiencies in the procurement of pharmaceuticals in the Occupational Health Clinic Shipping (BKKP).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T32659
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Palupi
Abstrak :
Persaingan antar rumah sakit memberikan pengaruh dalam manajemen rumah sakit baik milik pemerintah, swasta dan asing dengan tujuan akhir adalah untuk meningkatkan pelayanan Sarana pelayanan kesehatan di era globalisasi ini, berupaya meningkatkan kualitas jasa yang ditawarkan kepada masyarakat. Hal ini disebabkan karena kualitas jasa dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai keunggulan kompetitif. Pelayanan farmasi di rumah sakit merupakan suatu bagian atau fasilitas di rumah sakit. Unit farmasi adalah salah satu revenue center di rumah sakit dimana mempunyai pengaruh besar terhadap pendapatan rumah sakit. Kinerja layanan unit farmasi dapat diukur dari lamanya waktu tunggu pelayanan dalam proses penyiapan obat sesuai resep dokter. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab ketidak berhasilan pencapaian Key Performance Indikator (KPI) unit farmasi rawat jalan,melakukan pengembangan standar yang dibutuhkan, mengidentifikasi gap analysis yang ada dan membuat action plan guna peningkatan kualitas pelayanan. Penelitian ini bersifat deskriptif, dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif secara pengamatan (observasional), telaah dokumen dan wawancara mendalam. Teknik penelitian ini adalah teknik triangulasi data, guna penguatan informasi-informasi dengan beberapa cara untuk mengurangi bias yang ada. asil penelitian ini menunjukkan tren jumlah resep yang masuk pada hari, shift dan jam tertentu, dimana berguna untuk pengaturan komposisi staf yang ada. Selain itu penelitian ini menunjukkan adanya ketidak efisen an waktu proses pada tahap penerimaan resep dan penyerahan resep. Dan penelitian ini menyarankan adanya pengitungan ulang terhadap pola ketenaan unit farmasi rawat jalan. ......Competition among hospitals provide hospital management influence in both government-owned, private and foreign with the ultimate goal is to improve health care facilities in this era of globalization, working to improve the quality of services offered to the public. This is because the quality of service can be used as a tool to achieve competitive advantage. Pharmacy services in hospitals is a part of the hospital or facility. Pharmaceutical unit is one revenue center at the hospital, which had a major impact on hospital revenue. Pharmaceutical unit service performance can be measured by the length of the waiting time in the service of the process of preparing the drug as prescribed. This study aims to determine the cause of the unsuccessful achievement of Key Performance Indicators (KPI) outpatient pharmacy unit, to develop the required standards, identifying a gap analysis of existing and create action plan to improve the quality of care. This is a descriptive study, with quantitative and qualitative approaches in the observations (observational), document review and in-depth interviews. This research technique is the technique of triangulation of data, in order to strengthen the information in several ways to reduce the bias that exists. Results of this study show a trend in the number of prescriptions coming days, shifts and hours specified, which is useful for setting the composition of existing staff. Moreover this study showed a lack of time efisen an admission process at the stage of recipes and recipe submission. And this study suggests a re-calculation of the pattern ketenaan outpatient pharmacy unit.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35421
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emma Ratnawati
Abstrak :
Standar waktu pelayanan resep racik diRumah Sakit Hermina Bekasi belum tercapai. Penelitian ini untuk mengetahui lama waktu pelayanan resep racik pasien anak rawat jalan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Desain penelitian cross sectional; pendekatan kualitatif dan kuantitatif, Sampel resep racik pasien anak rawat jalan sebanyak 120 resep diambil secara random. Hasil penelitian didapatkan rerata waktu pelayanan resep racik 27 menit 30 detik, dengan rincian rerata waktu pelayanan atau komponen proses 7 menit 20 detik (26,69%) dan komponen delay 73,31% atau rerata waktu pelayanan 20 menit 10 detik. Terbatasnya personil, kemampuan tidak merata serta sarana merupakan faktor yang berpengaruh terhadap lamanya waktu pelayanan resep racik. Saran : evaluasi standar pelayanan resep dan penghitungan ketenagaan serta peningkatan pendidikan dan sarana prasarana. ......Standard time of dispensing of compounding prescription at Hermina Bekasi Hospital has not yet been achieved. This research is to find out a total time used in dispensing of a compounding prescription child-outpatient and the attributed factors. The research design involved a cross sectional with qualitative and quantitative approaches, a sample size of 120 compounding prescription of child-outpatient taken as random. The research has shown that the dispensing activity time averaged 27 minutes 30 seconds. The component of the process is 26,69% (the average of process time is 7 minutes 20 seconds). And the 73,31% of total dispensing time was due to delay components (the average of delay time is 20 minutes 10 seconds). The lack of personnel, capability of uneven and also the facility are some of factors attributed the delay components. Suggestions: evaluation of service standard prescription and calculating workload as well as improved education and infrastructure.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35754
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariati Dewi
Abstrak :
Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal SPM bidang farmasi di Instalasi Farmasi RS Bhakti Yudha Depok dan RSUD Depok dipengaruhi oleh faktor input yang meliputi SDM jenis pasien jenis resep ketersediaan obat peresepan dokter sarana dan prasarana formularium obat kebijakan atau SOP pelayanan resep serta faktor proses pelayanan resep yang meliputi penerimaan resep dan pemberian harga obat pembayaran pengambilan dan peracikan obat pemberian etiket obat dan penyerahan obat kepada pasien. Hasil penelitian didapatkan rata rata waktu tunggu pelayanan resep jadi tunai RS Bhakti Yudha Depok adalah 29 46 menit resep racikan tunai 49 92 menit tidak adanya kejadian kesalahan pemberian obat 100 penulisan resep sesuai formularium 99 Dan rata rata waktu tunggu pelayanan resep jadi tunai RSUD Depok 46 81 menit resep racikan tunai 80 69 menit tidak adanya kejadian kesalahan pemberian obat 100 penulisan resep sesuai formularium 97 25 Kata Kunci Standar Pelayanan Minimal SPM Rumah Sakit Bidang Farmasi Waktu Tunggu Pelayanan Resep ......The implementation of the minimum service standard in the pharmacy section at Bhakti Yudha Depok hospital and RSUD depok influenced by input factors which includes human resources types of patients kinds of prescription drugs availability of medicines doctor's prescribing facilities medicines the payment the receipt and extraction of medicines the average waiting period needed to change a prescription into cash is 29 46 minutes medicines extraction into cash 49 92 minutes prescription delivery with no mistakes is 100 the accuracy of prescription with medicine formulation 99 In RSUD Depok the average waiting period needed to change a prescription into cash is 46 81 minutes medicines extraction into cash 80 69 minutes prescription delivery with no mistakes is 100 the accuracy of prescription with medicine formulation 97 25
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T38921
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Vitaloka
Abstrak :
Jumlah stok akhir seluruh obat di Instalasi Farmasi RS PMI Bogor disetiap bulannya selalu dinilai tinggi, meskipun perencanaan perbekalan sudah dilaksanakan sesuai dengan system dan prosedur yang telah diterapkan. Tujuan Penelitian ini berupaya mendapatkan informasi tentang system perencanaan kebutuhan obat dan mengidentifikasi penggolongan obat berdasarkan analisis ABC serta mampu melakukan perhitungan perkiraan perencanaan dengan menggunakan metode konsumsi. Penelitian dilakukan melalui metode kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa stok akhir dari obat tidak stabil ada yang jumlahnya tinggi bahkan ada yang berjumlah 0, dan perencanaan tidak detail untuk peritem obat karena tidak adanya analisis penggolongan obat secara ABC. Hal ini disebabkan karena terlalu banyaknya jumlah item obat yang mencapai 2740 item di Instalasi Farmasi disertai dengan tidak stabilnya jumlah pemakaian disetiap bulannya. Belum pernah dilakukannya penggolongan obat secara pareto mempersulit pula dalam melakukan prioritas perencanaan untuk detail obat. Akibatnya stok awal obat sering kali untuk beberapa obat kosong tanpa adanya stok pengaman. Bahkan ada beberapa obat stok awal cukup besar dikarenakan stok akhir obat bulan sebelumnya besar. Penelitian ini menyarankan bahwa RS harus merampingkan jumlah item obat dengan minimal melakukan analisis ABC dulu, lalu frekuensi pemesanan dapat di kurangi dari seminggu 2 (dua) kali menjadi seminggu sekali, diharapkan jumlah perencanaan lebih terkontrol dan stok pengaman bisa dimanfaatkan dengan baik. ......The amount of the stock end of the entire drug Pharmacy Installation RS PMI Bogor every month always rated high, even though the supply planning has been carried out in accordance with the system and procedures have been applied. The purpose of this research was trying to obtain information about system planning needs of medicines and identify drug categorization based on analysis of ABC as well as able to do calculations using the method of planning with estimates of consumption. The research was done through qualitative methods. The results of this study indicate that the stock of the drug is not stable there are a high number of even numbered 0, and no detail for planning drug peritem absence of drug classification analysis for ABC. This is because too high number of drug items which reach 2740 items on Pharmaceutical Installations accompanied by the relative number of not discharging every month. Have never done a drug categorization is also undermines the pareto priority planning for details on the drug. As a result the initial stock of the drug often to empty some of the drugs in the absence of a safety stock. There are even some sizable the initial stock of the drug because the stock end of the drug the month before. This research suggests that the HOSPITAL should streamline the number of items of drugs with a minimum conduct analysis for ABC first, then the frequency reservations can be reduce from week 2 (two) times to once a week, it is expected the number of more controlled planning and safety stock can be put to good use.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T39358
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Made Koen Virawan
Abstrak :
ABSTRAK
Tingginya kasus Kejadian yang Tidak Dinginkan (KTD) dan Kejadian Nyaris Cedera (KNC) di Rumah Sakit Umum Surya Husadha disebabkan karena pemberian obat, terjadi peningkatan yang bermakna dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 Telah dilakukan penerapan 6 Benar, Benar Pasien, Benar Obat, Benar Dosis, Benar Cara Pemberian, Benar Waktu dan Benar dokumentasi, keseluruh staf perawat dan farmasi, tetapi terjadinya kesalahan pemberian obat semakin meningkat setiap tahunnya.

Metode penelitian ini menggunakan analisa kuantitatif dan kualitatif dengan mengamati cara penggunaan 6 Benar di Rumah Sakit Umum Surya Husadha dan mengambil seluruh sampel di rumah sakit. Untuk pengamatan dilakukan oleh observer terdiri dari 3 observer keperawatan dan 1 orang observer farmasi. Sedangkan penelitian kualitatif dengan menggunakan kelompok perawat 4 orang dan kelompok farmasi 4 orang.

Hasil yang didapatkan adalah adanya hubungan yang bermakna antara benar dosis dengan pendidikan, jenis kelamin, kawin, sosialisasi 6 Benar, frekuensi audit dan benar waktu dengan beban kerja. Hasil wawancara mendalam didapatkan bahwa sosialisasi dan audit seharusnya tidak dilakukan saat jam kerja.

Kesimpulan dari penelitian ini, Rumah Sakit Umum Surya Husadha memperoleh gambaran tentang karakteristik terhadap 6 Benar di Rumah Sakit Umum Surya Husadha, akan dilakukan pembenahan terhadap komponen 6 Benar yang potensial menimbulkan KTD dan KNC, pembenahan terhadap orientasi, sosialisasi dan audit kepada staf dan lebih menekankan pada pemecahan masalah. Sedangkan pengembangan karir SDM dilakukan dengan Compentency Base Human Resources Manager (CBHRM). Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan dengan mengembangkan hasil penelitian kepatuhan 6 Benar dengan pendidikan dan beban kerja SDM.
ABSTRACT
High incident of adverse events and near miss in Surya Husadha General Hospital were caused by administering medicines, significantly increasing from 2008 to 2010. Implementation of such 6 rights had been carried out, including right patient, right medication/drug, right dose, right administration, right time and right documentation towards all nursing and pharmacy staff. Medication error, however, was increasing every year.

This research used qualitative and quantitive methods by observing the way to implement such 6 rights in Surya Husadha General Hospital and taking all sample in the hospital. Observation was conducted by four observers, there were 3 nurses and 1 staff from the pharmacy. Qualitative research were done in two groups, 4 nurses and 4 staff of pharmacy department.

The study found relationship between right dose with education, gender, marrital status, socialization of six right, the frequency of audit, and right time with workload. Outcomes taken from any thorough-going interview obtained that socialization and audit should not be carried out when the work time/hour was effective.

We conclude, that any remedial measures must be taken towards the components of 6 rights potentially bring about adverse events and near miss, correction in orientation, socialization and audit against the staff and that any trouble shooting must also be emphasized. Human resources career development is carried out through Competency Based Human Resources Management. Further studies can be done by developing outcomes obtained from the research of such compliance towards the 6 rights through education and workload.
2012
T31308
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>