Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 29 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siahaan, M. Rondang
Abstrak :
Fenomena sosial di perkotaan yang kini menarik perhatian dari berbagai pihak yaitu anak jalanan yang merupakan bagian dari komunitas kota. Anak jalanan menyatu dengan kehidupan jalanan dimana jalanan menjadi lapangan hidup, tempat memperoleh pengalaman hidup dan sarana untuk mencari penyelesaian masalah ekonomi maupun sosial. Kampanye sosial penanggulangan Anak JaIanan Studi yang dilakukan oleh Direktorat Kesejahteraan Anak, Departemen Sosial RI di satu sisi bertujuan untuk membangkitkan perhatian masyarakat luas agar mereka mengetahui, dan memanfaatkan program penanganan anak jalanan khususnya kelompok sasaran yaitu keluarga miskin dan anak jalanan; sedangkan di segi lain bertujuan untuk membangkitkan kepedulian masyarakat terhadap masalah-masalah sosial khususnya penanganan anak jalanan. Analisa kebijakan program jaring perlindungan sosial Melalui rumah singgah bagi kehidupan anak jalanan menggunakan tahapan analisis kebijakan penanganan anak jalanan yang diawali dari tahap verifikasi, definisi dan rincian masalah kebijakan program penanganan anak jalanan, kedua, penentuan kriteria dan evaluasi program penanganan anak jalanan, ketiga, melakukan identifikasi alternatif kebijakan program penanganan anak jalanan, keempat, melakukan evaluasi kebijakan program penanganan anak jalanan, kelima, display dan seleksi diantara alternatif program penanganan anak jalanan dan keenam, monitoring outcomes dan kebijakan program penanganan anak jalanan. Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengungkapkan informasi-informasi yang belum didapatkan dari jawaban yang ada dalam kuesioner. Pendekatan kualitatif menggunakan wawancara kualitatif (terbuka atau berstruktur) agar dapat memberikan gambaran lebih detail dengan cara wawancara intensif, observasi dan partisipasi. Pendekatan kualitatif digunakan untuk melihat bagaimana kampanye sosial penanggulangan anak jalanan yang dilakukan oleh Departemen Sosial RI terhadap tanggung jawab sosial masyarakat kepada anak jalanan di empat kota di Indonesia yaitu kota Jakarta, Bandung, Surabaya dan Makasar. Hasil penelitian memberikan gambaran bahwa peran pemerintah pusat dalam merumuskan kebijakan penanganan anak jalanan tampak dominan. Peran tersebut didelegasikan kepada departemen-departemen pemerintah yang terkait. Sejak tahun 1995, Departemen Sosial RI merupakan departemen yang paling bertanggung jawab dalam merumuskan kebijakan penanganan anak jalanan. Namun demikian, Departemen Sosial RI sebenarnya bukanlah sebagai aktor tunggal. Sebagian besar kebijakan yang dirumuskan adalah hasil tawar menawar dengan Sappenas dan DPR. Institusi lainnya seperti pemerintah daerah dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat belum berperan banyak dalam merumuskan kebijakan mengenai anak jalanan secara nasional. Namun akhir-akhir ini mulai ada upaya Departemen Sosial RI untuk membangun kemitraan dengan para wakil rakyat untuk turut serta merumuskan kebijakan anak jalanan. Model pemusatan kebijakan itu dikenal dengan model imperalif atau kebijakan terpusat (Dye, I976). Namun sekarang ini telah bergeser paradigma dari kebijakan imperatif ke kebijakan Endikalif atau partisipatif, dimana pemerintah pusat hanya menentukan besaran kebijakan dan pelaksanaannya diserahkan kepada LSM dan masyarakat lokal. Kondisi ini merupakan hal yang seharusnya dilaksanakan di masa depan sejalan dengan berlakunya Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah. Produk legislasi tersebut menjadi tantangan bagi Pemda, masyarakat maupun LSM untuk berpartisipasi melahirkan kebijakan yang sesuai dengan kondisi di daerah, Namun apakah kebijakan terpusat sudah sepenuhnya ditinggalkan, atau integrasi kedua model kebijakan itukah yang menjadi alternatif terbaik bagi pemecahana permasalahan anak jalanan. Dalam hal ini sangat diperlukan restrukturisasi kebijakan pada tingkat makro (nasional), mezzo (propinsi) sampai mikro (kabupatenikota); yang dapat memadukan perencanaan dari atas dan dari bawah secara proporsional. OIeh karena itu, tujuan peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan anak tetap harus memadukan komitmen nasional yang hams didukung dengan kebijakan operasional yang sesuai dengan kondisi daerah yang beragam. Untuk mengantisipasi berkembangnya permasalahan yang dialami anak-anak jalanan, perlu ditindaklanjuti pengembangan program penanganan anak jalanan, beberapa alternatif yang dapat ditawarkan melalui pertama, Pengembangan Sistem Pelayanan Rumah Singgah, Kedua, Child Protection Program (CPP) terdiri dari Residential Care Program (Home Life), Program Pendidikan, Program Pemeliharaan Kesehatan dan Gizi, Program Manajemen Kasus, Program Pengembangan Jaringan Kerja, Konsultasi dan Advokasi, Pusat Pelayanan Kesejahteraan Anak (Child Centre) dengan Sistem Terbuka, Ketiga, Family Support Programs (FSP), Keempat, Community Building Program.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12394
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frita Diah Paramita Wati
Abstrak :
Penelitian ini berfokus pada posisi kaum homuresu sebagai orang-orang yang tersisih dalam kebanyakan masyarakat Jepang secara umum. Selanjutnya , tesis ini juga menampilkan beberapa gambar rumah-rumah kardus yang dihuni kaum homuresu serta beberapa aktivitas yang dilakukan kaum homuresu dalam lingkungan mereka diantara kaum homuresu yang lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk menyumbangkan hasil satu kajian, tentang kehidupan, permasalahan dan eksistensi kaum homuresu dalam lingkungan kehidupan masyarakat di Jepang yang ternyata memiliki satu karakter yang berbeda dengan kaum homuresu yang dikenal sebagai homeless di negara selain Jepang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11389
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alwi Alimuddin
Abstrak :
Krisis moneter yang terjadi menyebabkan kesejahteraan keluarga menurun dan mengakibatkan anak terpisah dari orang tuanya. Hal ini yang menyebabkan anak turun kejaian. Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia merupakan persoalan sosial yang kompleks. Hidup menjadi anak jalanan memang bukan merupakan pilihan yang menyenangkan, karena mereka berada dalam kondisi yang tidak bermasa depan jelas, dan keberadaan mereka tidak jarang menjadi "masalah" bagi banyak pihak, keluarga, masyarakat dan negara. Namun, perhatian terhadap anak jaianan tampaknya belum begitu besar dan solutif Padahal mereka adalah saudara kita. Mereka adalah amanah Allah yang harus dilindungi, dijamin hak- haknya, sehingga tumbuh kembang menjadi manusia dewasa yang bermanfaat, beradab dan bermasa depan cerah. Dalam kaitan ini peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana peranan Rumah Singgah insan Mandiri dalam membina anak jalanan. Tujuan penelitian ini pertama adalah mengidentifikasi karakteristik anak jalanan yang dibina oleh Rumah Singgah Insan Mandiri, mengevaluasi keberhasilan Rumah Singgah Insan Mandiri, mengetahui peranan Rumah Singgah Insan Mandiri dalam upaya meningkatkan Ketahanan Wilayah DKI Jakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif yang menghasilkan data diskriptif yang menggambarkan tentang peranan Rumah Singgah dalam membina anak jalanan. Penelitian ini dilakukan di Rumah Singgah Insan Mandiri, Kelurahan Bukit Dud, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan. Untuk mendapatkan data, peneliti menggunakan teknik pengamatan partisipatif terhadap objek penelitian, teknik wawancara terhadap informan sebagai narasumber yang terkait langsung. Teknik analisa data dilakukan dengan mendiskripsikan data yang diperoleh balk data primer maupun sekunder dengan analisis secara kualitatif untuk melihat keberhasilan Rumah Singgah. Berdasarkan hasil penelitian bahwa Anak Jalanan Binaan Rumah Singgah Insan Mandiri memiliki karakteristik Umur, terbanyak 11-19 tahun (67,53%), Pekerjaan di jaian, terbanyak pengarnen (50,6%), Penghasilan anak, terbanyak Rp. 11.000- Rp. 15.000 (54,5%), Lama dijalan 1-6 jam (63%), Pendidikan pelajar sekolah ( 67,53 %), Pekerjaan orang tua, pemulung (48%). Memiliki ciri fisik; warna kulit sawo mating, pakaian tidak terurus, rambut tidak terurus, kondisi badan tidak terurus, Ciri Psikis; mobilitas tinggi, kreatif, semangat hidup tinggi, berwatak keras, berani menangg ung resiko, mandiri. Berdasarkan pembentukannya, Rumah Singgah Insan Mandiri telah berhasil mencapai tujuan dad apa yang diharapkan dalam rangka pembinaan anak jalanan, 26 orang sudah tidak di]aian lagi, ada 5 orang di bina ke panti sosial Bambu Apus, 4 orang dibina ke Panti Sosial Asuhan Anak ( PSAA) Putra Utama Lima Duren Sawit, 34 orang sedang mengikuti pelatihan. Keberadaan Rumah Singgah Insan Mandiri dapat mendidik dan mengembangkan moral anak jalanan menjadi warga masyarakat yang produktif dan berguna sehingga mampu memberikan konstribusi terhadap peningkatan Ketahanan Wilayah DKI Jakarta.
Monetary crisis which has happened cause family welfare decrease and many children separated from their parents. Those cause children come to the street to find job. Those phenomenon spread in all over Indonesia and become as complex social problems. Life as street children is not a comfortable option, because they are in the condition of unclear future, their existing is often become problems for many parties, families, public and nation. However, attention to street children look like not yet too enough to find solution. Whereas they are as apart of us. They are as a mandate from Allah which should be protected, guaranteed their rights, so they can grow as a useful, civilized adult and have good future. In relation to those matters, the author intend to study how the role of Rumah Singgah Insan Mandiri is in building those street children. The purpose of this research, firstly, is to understand the success of Rumah Singgah, to know the implementation of vision and mission of Rumah Singgah Insan Mandiri, to understand the role of Rumah Singgah in giving contribution to the tenacity of DKI Jakarta area. Research Method used is qualitative method, which produce descriptive data explain concerning the role of Rumah Singgah in building street children. This research is done in Rumah Singgah Insan Mandiri, village of Bukit Duri, sub-district of Tebet, Jakarta Selatan. To collect data, this research use participative observation technique to research objects, interview technique for informants as resource person who have direct relation. Data analysis technique is done by describing data collected, either primary or secondary data to analysis qualitatively in order to see the success of Rumah Singgah. Based on the result of research, that Street Children of Rumah Singgah Insan Mandiri has characteristics of age, the most 11-19 years old (67,53%), has job on the street (50,6%), the most income around Rp 11.000 - Rp. 15.000 (54,5%), period in. the street 1-6 hours (63%), school education (56,53%), their children as rubbish picker (48%). Based on the established of Rumah Singgah, Rumah Singgah Insan Mandiri has attained their purposes and objectives to build street children. There are 26 children have not been on the street anymore, and 5 children in social house Bambu Apus, 4 children are built in Social Agency Duren Sawit, 34 children is in training. The existing of Rumah Singgah Insan Mandiri can educate and develop morality of street children become productive and beneficial people, so they can give contribution to the increasing of tenacity of DKI Jakarta area.
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2007
T20737
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kris Hendrijanto
Abstrak :
Krisis ekonomi yang berlanjut dengan krisis multidimensi yang dialami Indonesia, telah mengakibatkan melonjaknya jumlah keluarga miskin. Tekanan ekonomi yang dialami oleh keluarga miskin tersebut, menempatkan 'anak' sebagai pihak yang paling sering dikorbankan, mulai dari anak yang harus berhenti sekolah di usia dini, hingga anak yang terpaksa harus ikut bekerja untuk membantu perekonomian keluarga. Tak urung, jalanan menjadi pilihan yang rasional bagi anak-anak tersebut untuk mencari nafkah. Kehidupan sebagai anak jalanan menghadapkan anak-anak tersebut pada kondisi yang rawan bagi terjadinya berbagai bentuk tindak kekerasan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi berbagai dimensi dan pola kekerasan yang dialami oleh anak jalanan, berikut siapa saja pihak-pihak yang menjadi pelaku kekerasan tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu sebuah pendekatan penelitian yang bertitik tolak dari paradigma fenomenologis yang objektivitasnya dibangun atas rumusan tentang situasi tertentu sebagaimana yang dihayati oleh individu atau kelompok sosial tertentu. Pendekatan kualitatif dipilih karena sasaran atau obyek penelitian dalam penelitian ini dibatasi, yang hal ini dimaksudkan agar penggalian data dapat dilakukan secara lebih mendalam. Interaksi antara peneliti dan .informan menjadi hal yang sangat esensial dan menjadi fokus dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian studi kasus, dengan menempatkan 3 (tiga) anak jalanan yang tinggal di Yayasan SEKAR Tanjung Priok Jakarta Utara sebagai subyek kasus. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam (depth interview), observasi, dan studi dokumentasi. Analisa data dilakukan melalui proses mulai dari pembuatan transkrip wawancara, membuat terra-tema dan sub tema berdasarkan instrumen penelitian dan pengembangannya di lapangan, kernudian mengkategorisasikan keseluruhan informasi (transkrip) berdasarkan tema yang ditetapkan dan mereduksi informasi yang tidak sesuai dengan tema-tema tersebut, sampai dengan melakukan interpretasi untuk menyimpulkan temuan-temuan di lapangan tersebut berdasarkan pertanyaan penelitian. Teori-teori yang diperlukan untuk memperluas wawasan peneliti sebelum turun ke lapangan dan sebagai dasar pijakan teoritis bagi pelaksanaan analisis terhadap hasil penelitian ini meliputi teori tentang anak jalanan (pengertian anak jalanan, karakteristik anak jalanan, dan faktor penyebab menjadi anak jalanan), serta teori tentang kekerasan (pengertian kekerasan, kekerasan terhadap anak, dimensi-dimensi kekerasan, pola kekerasan, pelaku kekerasan, dan faktor penyebab terjadinya kekerasan, serta hak-hak dan kebutuhan anak). Selanjutnya, teori yang dikemukakan oleh Galtung menjadi teori utama yang digunakan untuk menganalisis tentang dimensi dan pola kekerasan, berikut pelaku kekerasan terhadap anak jalanan, sebagaimana yang menjadi tujuan penelitian ini. Berdasarkan hasil analisis penelitian, dapatlah disimpulkan bahwa anak jalanan memang hidup dalam situasi yang penuh dengan kerawanan. Mereka seringkali menjadi korban dari berbagai bentuk tindakan kekerasan, baik kekerasan yang bersifat personal maupun struktural, baik yang menampakkan dimensi fisik maupun psikologis, baik yang ada obyek maupun tanpa obyek, serta baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Kekerasan personal atau disebut juga dengan kekerasan langsung adalah kekerasan yang menyangkut pribadi (person), karena baik subyek maupun obyek- dari kekerasan tersebut adalah manusia konkrit. Kekerasan personal memiliki sifat dinamis, mudali diamati, memperlihatkan fluktuasi yang hebat yang dapat menimbulkan terganggunya 'realisasi jasmani dan mental aktual' seseorang berada di bawah 'realisasi potensialnya'. Adapun kekerasan struktural atau disebut juga dengan kekerasan tidak langsung adalah kekerasan yang terjadi karena munculnya situasi-situasi negatif seperti ketimpangan-ketimpangan dalam sumber daya, pendapatan, kepandaian, pendidikan dan monopoli kekeasaan pada sekelompok orang tertentu yang mengakibatkan terjadinya kemiskinan atau ketidakadilan sosial. Situasi seperti itu menyebabkan sekelompok orang tertentu berada pada posisi sub-ordinat, tersisih, termarginalkan, dan tereksploitasi, sedemikian hinga realisasi aktualnya berada di bawah realisasi potensialnya. Penelitian ini juga berhasil memetakan bahwa terdapat pihak-pihak yang dapat menjadi pelaku kekerasan terhadap anak jalanan. Pihak-pihak tersebut terdiri atas; orang tualkeluarga anak jalanan, anak jalanan yang lain (sesama anak jalanan), masyarakat umum, dan pemerintah (aparat). Oleh karena itu, tesis ini mengakhiri tulisannya dengan memberikan rekomendasi terhadap pihak-pihak tersebut, dengan harapan keberadaan anak jalanan maupun tindakan kekerasan yang terjadi terhadapnya dapat diminimalisir di waktu-waktu ke depan.
Economic crisis which is continued by multidimensional crisis that is suffered by Indonesia, has increased quantity of poverty family. The economic pressure which is suffered by that poverty family, put children as injured party, start on children which must stop their school in young age, until children which must work to increase family's income. For sure, street is a rational choice for that children to get income. Living as street children make them very anxious for many violence. This research is aimed to identify all dimension and violence model which is suffered by street children, and also who do the violence. This research use qualitative approach, it is a research approach which is based on phenomenological paradigm that it's objectivity is built on formulation about certain situation as being felt by person or any social community. A qualitative approach is choused because of target or object of research in this research is limited, in order to gather data can be done deeper. Interaction between researcher and informant is being very essential and being focus of research. This research use case study research type, which put 3 (three) street children that live in Yayasan SEKAR Tanjung Priok, North Jakarta as case subject. Data gathering is done by depth interview, observation and documentation study. Data analyzing is done by process, start on making interview transcript, making themes and sub theme base on research instrument and its field improvement, and then categorizing all information (transcript) base on decided theme and information reduction which not correspond with the themes, until interpretation to summarize data in the field by research question. Theory which is needed to extend the researcher knowledge before to go to field and as base of theoretical stepping for implementation of analyze by result of this research including the theory about street children (definition, characteristic, and cause factor its become to the street children), and also theory about violence (definition of violence, violence for the street children, violence's dimension, violence's pattern, violence perpetrator, and cause factor of violence, also rights and child requirement). Hereinafter, theory which is opened by Galtung has become the major theory which is used to analyze about dimension and violence's pattern, following violence perpetrator to street children, as becoming this research target. Pursuant to result of analyze the research, inferential that the street children it is true live in the situation which is full of crisis. They oftentimes have become the victim from various form of violence action, including of violence having the character of personal and also structural, both of looking at physical dimension and psychological, both of there is object and without object, and also both of willful and do not willful. Personal violence or referred as also direct violence is violence which is concerning personal, because of both of subject and also object from the violence is human real. Personal violence have a dynamic quality, it is easy to perceived, showing good fluctuation which can generate annoying of 'physical realization and the actual of mentality' somebody under its 'potential realization'. As for structural violence or referred as also indirect violence its happened because of negative situations appearance like lameness in resource, income, cleverness, education and the power monopolies at certain community which is resulting both of poverty and social injustice. Its condition have caused it certain community to be at sub-ordinate position, excluded, marginal, and exploited, thus the actual realization its under the potential realization. This research also succeed to map the presence of violence perpetrator to the street children, that are; their parent or their family, other street children, public society, and government. Therefore, this thesis terminate its article by giving recommendation to all of them with expectation that the existence of street children and also violence action that happened for them can be minimized to the future.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2007
T19279
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Prabowo Damanik
Abstrak :
Jika berbicara tentang gelandangan maka yang akan terlintas dalam pikiran adalah orang orang dengan kesejahteraan di bawah standar sosial dan kelompok masyarakat yang hidupdi jalan. Selain itu gelandangan juga digambarkan sebagai orang orang pemalas serta perusak tatanan kota sehingga keberadaannya selalu dikaitkan dengan hal hal negatif. Pandangan negatife ini dapat terlihat dari penggusuran atau pengusiran terhadap gelandangan berupa kebijakan dan peraturan yang diberlakukan oleh pemerintah atau pengusiran yang dilakukan secara pribadi oleh individu terhadap gelandangan. Namun demikian gelandangan kerap kembali ke lokasi mereka meskipun sudah mendapatkan pengusiran baik dari pemerintah atau individu. Dengan melihat gelandangan dari sudut pandang yang mereka miliki maka kembalinya mereka ke lokasi kita akan melihat perbedaan dari dalam melihat gelandangan dari sudut pandang kita selama ini. Kembalinya gelandangan ke lokasi yang mereka tempati dapat berupa upaya mereka mempertahankan lokasi pencarian rongsokan yang dilakukan oleh mereka serta kemudahan kemudahan yang mereka dapatkan selama di lokasi tersebut yang tidak dapat kita pahami jika tidak menggunakan sudut pandang yang mereka miliki. Dengan keberadaan gelandangan di suatu lokasi akan melahirkan ruang ruang sosial bagi gelandangan di lokasi tersebut. Dalam penelitian ini, saya berusaha melihat bagaimana gelandangan selalu bertahan pada suatu tempat walaupun sudah digusur berkali kali, apa yang menjadi alasan mereka dan bagaimana mereka bertahan dalam kehidupan yang berada di bawah standar sosial tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan penelitian kualitatif dengan melakukan wawancara terhadap lima orang informan yang berada di Tanah Abang. Penelitian ini menemukan bahwa keberadaan gelandangan di suatu lokasi kemudian melahir ruang sosial mereka dimana dalam ruang ini gelandangan kemudian menemukan kenyaman dan keamanan sehingga mereka berupaya mempertahankan lokasi ruang mereka kendati mendapatkan perlakuan penggusuran. ......When talking about homeless people, what comes to mind is people with substandard social welfare and community groups living on the streets. In addition, homeless people are also described as lazy people and destroyers of urban order, so their presence is always associated with negative things. This negative view can be seen in the eviction or expulsion of homeless people in the form of policies and regulations imposed by the government or evictions carried out personally by an individual against homeless people. However, homeless people often return to their locations despite being evicted from either the government or individuals. By looking at the homeless from their point of view, when they return to their location, we will see a difference in seeing the homeless from our perspective. The return of homeless people to the location where they live can be in the form of their efforts to defend the location of the search for junk that they carried out and the facilities they get while at that location which we cannot understand if we do not use their point of view. The existence of homeless people in a location will create social spaces for homeless people in that location. This study tries to see how homeless people always stay in a place even though they have been evicted many times, their reasons, and how they survive below social standards. This research was conducted using qualitative research by conducting interviews with five informants in Tanah Abang. This study found that the presence of homeless people in a location produces their own social space. In this space, the homeless found comfort and security, so they tried to maintain their spatial location despite eviction treatment.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tubalawony, Fransina
Abstrak :
Menarik diri adalah perilaku klien Skizofrenia sebagai percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain. Tujuan karya ilmiah akhir ini adalah gambaran tentang hasil terapi spesialis Sosial Skill Tranning terhadap klien psikotik gelandangan yang mengalami isolasi sosial dengan menggunakan pendekatan teori King. Latihan keterampilan sosial adalah proses belajar dimana seseorang belajar cara fungsional dalam berinteraksi. Analisa dilakukan dengan menggunakan model teori King (theory of goal attainment). Jumlah klien terdiri dari dari 5 klien psikotik gelandangan. Hasil dari Karya Ilmiah Akhir ini adalah kemampuan klien dalam melakukan interaksi dengan orang meningkat, hal ini tampak dari respon klien secara kognitif, fisiologis, afektif, perilaku, sosial dan motivasi klien psikotik gelandangan meningkat. Rekomendasi dari Karya Ilmiah Akhir ini adalah mengembangkan terapi spesialis keperawatan jiwa untuk meningkatkan kesehatan dan kemandirian klien psikotik galandangan dalam perawatan di Rumah Sakit.
Withdrawal is the behavior of Schizophrenia clients as an experiment to avoid interaction with others, avoid relationships with others. The purpose of this final paper is the description of the results of the Tranning Social Skills specialist therapy on homeless psychotic clients who experience social isolation using the King theoretical approach. Social skills training is a learning process whereby a person learns a functional way of interacting. The analysis is done by using King (theory model theory of goal attainment). The number of clients consists of 5 clients homeless psychotics. The result of this Final Scientific Writing is the client 39;s ability to interact with people increases, as evidenced by the client 39;s cognitive, physiological, affective, behavioral, social and motivational responses. The recommendation of this Final Scientific Work is to develop the therapy of mental nursing specialists to improve the health and independence of psychotic psychiatric clients in hospital care.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Bellanti Nur Elizandri
Abstrak :
ABSTRAK
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui apakah manusia gerobak di Kota Bekasi, yang dikategorikan sebagai tuna wisma, melakukan kegiatan bertempat tinggal. Bertempat tinggal bersifat dinamis dan ditandai dengan diperolehnya sense of home. Sense of home bukan hasil dari house. Sebaliknya, house dibentuk karena kehadiran sense of home sehingga homeless tidak selalu disebabkan oleh houseless. Sebagai tuna wisma, manusia gerobak di Kota Bekasi bertempat tinggal dan memiliki house serta home, yang diwujudkan melalui pemanfaatan bangunan dan fasilitas umum serta kegiatan perpindah, terkait kondisi fisik dan non-fisik Kota Bekasi.
ABSTRACT
The purpose of this study was to assess whether manusia gerobak in Bekasi City are conducted dwelling practice, as roofless. Dwelling is dynamic and appointed by obtaining the sense of home. Sense of home is not the result of house. Instead, the house is formed by the presence of a sense of home so homeless are not always caused by houseless. As roofless, manusia gerobak in Bekasi city are dwelling and having a house and home that implemented by utilization of public building and public facilities and moving, related physical and non physical condition in Bekasi city.
2017
S66134
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pancasiwi, H. Hermawan
Abstrak :
This study ducusses anak pinggiran who survive for life in the city of Jakarta which is growing into a capitalistic city. The existence of such children in big cities, especially in the cities of developing countries, as a matter of fact, has been a global phenomenon, that means their presence in such cities is almost unavoidable. The term of anal: pinggiran here refers to urban children Who because of poverty have got very bad living conditions and very limited access to societal resources, such as education and play grounds, provided by the city. Anak pinggiz-an covers two groups of poor children surviving for life in Jakarta, namely street children and those living in slum areas. Among thousanm of such chddren found in Jakarta, some are recruited by Sanggar Anal: Akar, one of the non-govemmental institutions which takes care of the children?s life. Those who are recruited are then called anak Sanggar. Sanggar recruits the children and gathers them in some rumah terbulaz (open houses) situated close to the locations where the children live or survive. The children of the commtmities around the open houses are called basic C0¢'lllI?llII\ili¢8~, and so far Sanggar has had coordination with five basic communities, namely Jatinegara, Cakung, Penas Lama, Rawa Panjang, and Bantar Gebang Bckasi, Within these communities the children are tnined and educated with an intention of elaborating and developing their potentials. Periodically. usually on Sundays, they are brought to Sanggar, a bigger open house, which has been the center of activities and information In Sanggar the children have some exercises in, among other things, dramatnrgy, music, journalism, and English classes. The children are freed to choose what activity(ies) they prefer to join. The freedom of choosing activity(ies) is intended to create children?s intrinsic motivation became such a motivation will be able to make them join the activities happily, seriomiy, and fill! of enthusiasm. This study is intended to observe and explore the changes of the ehi1dren's behavior and attitude afler being trained and educated through the various activities which take place in Sanggar and other places as well. Besides, it is also intended to sec, if any, the childrcn's aspiration for a better life in the future. During the research period, from December 1999 to July 2000, I tried to bc among the children as much as possible
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T5614
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aep Rusmana
Abstrak :
Anak jalanan merupakan sosok anak yang selalu berada dan tinggal di jalanan secara mcnggelandang dan berpindah-pindah_ Dari kondisi tersebut mereka masih banyak hak dan kebutuhannya yang belum terpenuhi. Keberadaan mereka di jalanan secara kuantitatif terus bertambah, berdasarkan prediksi kasar Unicef (1997) di Indonesia kurang lebih terdapat lima puluh nbu anak yang menghabiskan waktu produktifnya di jalanan Jumlah ini diperkirakan akan tems meningkat setiap tahun terutama dalam kondisi perekonomian Indionesia yang semakin sulit. Pemxasalahannya, dalam pemenuhan hak anak, dimana anak masih dijadikan sasaran tindakan kckcrasan dan ekploitasi khususnya dalam bidang pekcrjaan oleh pihak-pihak yang iidak bertanggung jawab sepeni anak supaya bekerja mencari nafkah di jalanan, karena mereka masih berusia terlalu dini dan akan banyak mengganggu kepada tingkat perkembangan hidupnya, dimana dengan banyaknya waktu untuk mclakukan pekerjaan di jalanan mereka tidak bisa mengikuli pendidikan di sekolah, rentan terhadap perlakuan kejam dan tindakan kekerasan serta usia mereka yang masih belum layak untuk bekerja Pada awalnya mereka bcrharap kchidupan jalanan akan bisa membedkan peluang bagi dirinya supaya bisa hidup lcbih menyenangkan, namun temyata kehidupan jalanan penuh dcngan tckanan-tekanan yang mengarah pada penampilan pcrilaku negatif, antara lain meminum minuman bemlkohol dan obat terlarang atau menghsap lem, melakukan tindakan krirninal scpcrti mencuri, memalak, berkelahi, merusak dan tidak merawat din sepcrti jarang bahkan tidak pemah mandi dan rnalas mengikulj kegiatan belajar di sekolah. Pelayanan yang diberikan kepada anak jalanan dengan meningkatkan kemampuan didnya (capaciry buildmg) melaiui pendidikan, pelatihan keterampilan dan pendidikan moral dan advokasi ini diupayakan untuk bisa mendorong dan menstimulasi supaya anak jalanan tersebut bisa mendapatkan hak dan perlindungan, dan bisa mcnampilkan penlaku positif sesuai dengan nonna dan etika yang ada di lingkungan masyarakatnya. Metode penclitian 'yang digunakan aclalah kualitatif, yang sifatnya deslcriptitl sehingga dalam pelaksanaannya tidak menguji suatu hipotesis. Unluk mendapatkan informasi yang lengkap dan utuh mcngcnai pelaksnaan pemberdayaan tcrhadap anak jalanan, dalam penelitian ini dilaksanakan wawancara mendalam dan pengamatan terhadap infonnan. Kemudian dianalisis secara kualitatif, ditafsirkan dan diintcrpretasikan terhadap data tersebut Sena ditarik implikasi teoritiknyan Data yang terkumpul selain disegikan dalam bentuk narasi juga disajikan dalam bentuk kutipan-kutipan langsung dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan kemudian dibuat pembahasannya. Hasil penelitian bahwa pelaksanaan pemberdayaan yang dilakukan belum memadai sesuai dengan harapan anak jalanan. Temyata masih ada hak dan kcbutuhan mereka yang masih bclum tcrpenuhi sesuai dengan hak mereka sebagai anak. diantara mereka masih dikendalikan kehidupannya oleh para preman jalnnan o\eh karena itu diantara anak jalanan masih belum bisa menentukan sendiri atas scgala pilihan dari kegiatannya dan diantara anak jalanan juga masih belum bisa memanfaatkan sumber lingkungan masyarakat. Untuk bisa mengikuti kegiatan yang ada di Iingkungan masyarakat sepertinya diantara anak jalanan masih ada batas tertentu dengan anggota masyarakat sekitamya. Mereka baru bisa memanfaatkan sumber yang hanya masih ada kailannya dengan pelaksanaan kegiatan yayasan Keadaan tersebut masih belum mcmbenikan peluang kepada anak jalanan untuk bisa rnemanfaatkan hak-haknya sebagai anak, bisa memanfaatkan sumber-sumber yang ada sccara maksinal dan belmn bisa mnencntukan sendiri apa yang meniadi pilihannya terutama yang berkaitan langsung dengan kegiatan yang dilakukan di Iingkungan masyarakat. Kesimpulan bahwa kehidupan jalanan yang nampaknya menyenangkan bagi anak jalanan ternyata penuh dengan tekanan-tekanan yang mengarah pada hilangnya kesempatan bagi anak untuk mendapatkan hak-haknya sebagai anak. Anal: masih dijadikan lahan untuk diekploitasi khususnya dalam bidang pekeljaan dan masih bclum rnendapatkan perlindungan tcrutama dalam menempati tempat linggal yang memadai yang rawan tcrhadap tindakan-tindakan kqiahatan serta penampilan perilaku negatif dan orang yang tidak benanggung jawab scpcrti para preman jalanan. Anak perlu dibcrikan keperoayaan untuk ikut 1erlibat dalam berbagai kegiatan dcngan memberikan kebebasan kepada mereka mmtuk menenlukan pilihan tenentu yang sesuai dengan keinginannya, hal tersebut dilakukan supaya pada diri anak tertanarn rasa tanggung jawab dan rasa percaya diri_ Anak jalanan juga perlu mendapalkan kcsempatan mmtuk mengembangakan kemampuan dirinya melalui pelaksanaan pendidikan, pelatihan keterampilam mauplm belajar berusaha dalam memanfaatkan sumbcr yang ada di lingkungan masyarakat.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T6303
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>