Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fawaz Syaefullah
Abstrak :
Tesis ini dilatarbelakangi perkembangan teknologi informasi membuat perilaku memilih menjadi terpengaruh muatan informasi yang disebar oleh teknologi. Terutama perkembangan media sosial yang membuat pemilih memiliki akses informasi sekaligus berpotensi terpapar beberapa konten yang memang sengaja dicari berupa konten yang benar berisikan informasi politik maupun tidak sengaja yakni konten yang tidak benar berisikan hoaks karena algoritma media sosial. Belum lagi, hoaks yang hadir juga membawa isu primordial. Sehingga hal ini perlu dilihat dampaknya terhadap generasi yang paling sering menggunakan media sosial dan berpotensi terpapar informasi politik dan hoaks bertema primordial lebih masif, yakni generasi milenial. Selanjutnya, penulis memilih melihatnya di Pilkada DKI 2017 putaran kedua karena merupakan kasus yang paling lengkap untuk menjelaskan seluruh isu yang ingin ditulis dalam penelitian ini, yakni mengenai internet dan media sosial, informasi politik dan hoaks, isu primordial, dan generasi milenial. Penelitian ini akan menguji tingkat keterpaparan informasi politik dan tingkat keterpaparan hoaks bertema primordial dalam mempengaruhi perilaku memilih generasi milenial pada pilkada DKI 2017 putaran kedua. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori model partisipasi politik media sosial (SMPPM) sebagai variabel independen dan perilaku memilih sebagai variabel dependennya. Metode yang digunakan yaitu metode kuantitatif dengan jumlah sampel sebanyak 400 responden, tingkat kepercayaan 95% dan Margin of Error (MoE) 5%. Hipotesis dalam penelitian ini terpatahkan karena justru yang terjadi sebaliknya, Semakin tinggi keterpaparan informasipolitik, yang mengaktifkan tujuan rasional milenial, maka milenial akan cenderung semakin memilih pasangan Anies-Sandi dan semakin tinggi keterpaparan hoak bertema primordial, yang mengaktifkan tujuan primordial milenial, maka milenial akan cenderung semakin memilih pasangan Ahok-Djarot. Implikasi teoritis menunjukkan bahwa teori model partisipasi politik media sosial (SMPPM) dapat menjelaskan perilaku memilih milenial di Pilkada DKI 2017 putaran kedua.
This thesis is inspired by the development of information technology to make voting behavior to affect by the information content from technology. Especially the development of social media that makes voters have access to information and potentially exposed some content that intentionally sought is the correct content that contained political or accidental information. The content did not correctly contain hoax because of social media algorithms. Moreover, the hoax also present primordial issues. So it needs to know the impact on the generation who use the most social media and potentially exposure to political information and more massive primordial-themed hoaxes, i.e. millennials. Furthermore, the author chose to saw it in the second round of DKI 2017 because it is the most complete case to explain all the issues that want to be written in this research, namely about the Internet and social media, political and hoax information, primordial issues, and millennials. The study will test the exposure level of political information and the primordial themed hoaxes exposure level in influencing the behavior of choosing millennials in the second round DKI 2017 elections. The theory used in this study was the theory of social media political participation model (SMPPM) as an independent variable and the voting behavior as its dependent variable. Method used is a quantitative method with a number of samples are 400 respondents, confidence level is 95% and Margin of Error (MoE) is 5%. Hypothesis in this study is not proven because precisely the opposite is the higher exposure of political information, which activates the rational goal of millennials, then millennials will be increasingly to choose Anies-Sandi pairs and the higher The exposure of the primordial-themed hoax, which activates the millenniums primordial objective, it will be the millennial energy to choose the Ahok-Djarot pair. Theoretical implications suggest that the theory of social media political participation model (SMPPM) can be used to describe the behavior of selecting a millennial in the second round of DKI elections 2017.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T55374
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Micah Davis Mahardika
Abstrak :
Skripsi ini membahas tentang studi terhadap pengendalian sosial kejahatan siber hoax yang dilakukan oleh Komunitas Masyarakat Anti Fitnah Indonesia atau MAFINDO. Studi dilakukan dengan wawancara mendalam kepada beberapa anggota presidium, manajemen, dan relawan MAFINDO, serta pihak eksternal yang merupakan ahli di bidang identifikasi hoax di ruang digital. Penelitian ini berusaha menganalisis bagaimana peran aktivitas dan inisiatif yang dilakukan oleh MAFINDO dari sudut pandang konsep teori transisi ruang, pengendalian sosial informal, dan pemolisian komunitas. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa fact-checking journalism, hoax debunking, pengembangan teknologi, edukasi literasi, dan aktivasi komunitas MAFINDO adalah bukti dari transisi ruang dari fisik ke digital tidak hanya terjadi pada kejahatan, tetapi juga pengendaliannya. Kesimpulan yang didapatkan oleh peneliti terkait bagaimana MAFINDO dapat terus berjalan sebagai komunitas sekaligus meningkatkan kapabilitas operasional lewat pembentukan entitas legal media resmi dapat menjadi landasan bagi implementasi untuk inisiatif pemeriksaan fakta dan penangkalan hoax selanjutnya. ...... This undergraduate thesis discusses the study of social control of hoax cyber crimes carried out by the Indonesian Anti-Defamation Community or MAFINDO. The study was conducted using in-depth interviews with several of MAFINDO's presidium members, management, volunteers, and external parties who are experts in identifying hoaxes in the digital space. This study seeks to analyze the role of activities and initiatives carried out by MAFINDO from the point of view of the concept of spatial transition theory, informal social control, and community policing. This study found that fact-checking journalism, debunking hoaxes, technology development, literacy education, and MAFINDO community activation are evidence of the spatial transition from physical to digital, not only occurring in crime but also its control. The conclusions reached by researchers regarding how MAFINDO can continue to operate as a community while simultaneously increasing its operational capabilities through establishing an official legal media entity can become the basis for implementing further fact-checking initiatives and hoax countermeasures.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Agung Rahmadi
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang kecerdasan adversity dan motivasi hidup Jemat Ahmadiyah di tengah arus informasi hoax, karena diasumsikan bahwa adanya kesenjangan antara fenomena kecerdasan adversity dan motivasi hidup Jemaat Ahmadiyah dengan Teori Adversity Quotient Paul G. Stoldz dan Teori Motivasi Abraham A. Maslow. Metode Penelitian adalah metode fenomenologi kualitatif di mana data primer diperoleh dari hasil wawancara mendalam dan observasi non partisipatif. Lokasi penelitian berada di dua wilayah yaitu wilayah diskriminatif dan wilayah kondusif. Data primer diperoleh dari wawancara dan observasi psikologi yang dilakukan untuk sepuluh orang seagai perwakilan dari lima kelompok informan penelitian, yaitu Atfal, Nasirat, Ghudam, Lajna Imailah, Anshar, kemudian data sekunder berasal dari buku / jurnal. Hasil penelitian mendeskripsikan bahwa Jemaat Ahmadiyah Manislor memiliki kecerdasan adversity yang kurang baik sebab adanya trauma yang timbul karena diskriminasi, dan memiliki motivasi yang melompati hirarki motivasi seharusnya, sedangkan Jemaat Ahmadiyah Lenteng Agung memiliki kecerdasan adversity yang kurang baik sebab lingkungan yang terlalu kondusif serta berada pada hirarki motivasi yang sesuai teori. Kesimpulan ini dapat ditarik sebab pada Atfal dan Nasirat Jemaat Ahmadiyah Manislor yang belum mengalami diskriminasi terdapat kecerdasan adversity yang tidak terganggu oleh trauma dan memiliki gejala psikologi yang serupa dengan Jemaat Ahmadiyah dalam lingkungan kondusf seperti di Lenteng Agung. Lompatan hirarki dalam motivasi konatif pada Jemaat Ahmadiyah Manislor timbul sebab dalam tradisi Jemaat Ahmadiyah penanaman nilai being tidak harus melewati hierarki motivasi sebelumnya.
ABSTRACT
This study aims to get an overview of the adversity quotient and life motivation of Ahmadiyya Jama'at in the middle of hoax information flow, because it is assumed that there is a gap between the phenomenon of adversity quotient and the life motivation of the Ahmadiyya JemaĆ¢€™at with Paul G. Stoldz's Adversity Quotient Theory and Abraham A. Maslow's Motivation Theory. The research method is a qualitative phenomenology method, where primary data is obtained from the results of in-depth interviews and non-participatory observation. The research locations are in two regions, namely discriminatory regions and conducive regions. Primary data were obtained from interviews and psychological observations conducted for ten people as representatives of five research subject groups, namely Atfal, Nasirat, Ghudam, Lajna Imailah, Ansar, then secondary data came from books / journals. The results of the study describe that the Ahmadiyya Jamaat Manislor has poor adversity quotient because of the trauma that arises due to discrimination, and has the motivation to leapfrog the motivational hierarchy should, while the Lenteng Agung Ahmadiyya Jama'at has less adversity quotient because the environment in too conducive while the Lenteng Agung Ahmadiyah Community is at the hierarchy stage of motivation that fits the theory. This conclusion can be drawn because the Atfal and Nasirat of the Ahmadiyya Jamaat that have not experienced discrimination have adversity quotient that is not disturbed by trauma and has psychological symptoms similar to the Ahmadiyya JemaĆ¢€™at in a conducive environment such as in Lenteng Agung. The leap of hierarchy in the conative motivation of the Ahmadiyah adherents arises because in the tradition of the Ahmadiyya Jama'at, planting the value of being done does not have to go past the previous hierarchy of motivation.
Depok: Universitas Indonesia. Sekolah Kajian Stratejik dan Global, 2019
T51942
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library