Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agus Mulyana
"ABSTRAK
Disertasi ini berjudul "Melintasi Pegunungan, Pedataran, Hingga Rawa-Rawa Pembangunan Jalan Kereta Api di Priangan 1878-1924". Spasial yang diteliti adalah Priangan sebagai suatu keresidenan sedangkan periodisasi yang digunakan adalah periode pembangunan jalan kereta api pada awal hingga akhir pembangunan. Masalah utama dalam penelitian ini adalah bagaimana jalan kereta api dibangun? Metodologi yang digunakan adalah pendekatan struktural. Dalam pendekatan struktural sejarah dilihat sebagai proses perubahan yang ditulis secara deskriptif-analitis. Pembangunan jalan kereta api merupakan bagian dari perubahan teknologi transportasi.
Berdasarkan masalah penelitian yang diajukan tersebut ditemukan jawaban-jawabannya yang merupakan temuan dari penelitian ini. Temuan tersebut yaitu pertama, latar belakang pembangunan kereta api di Priangan dilatarbelakangi oleh kepentingan ekonomi dan pertahanan militer. Kedua, seluruh lajur kereta api di Priangan dibangun oleh pemerintah atau Staatsspoorwegen (SS). Banyak pihak swasta yang mengajukan konsesi tetapi mereka tidak mampu melaksanakan pembangunan. Hal ini disebabkan, keterbatasan dana yang dimiliki oleh pihak swasta. Pembangunan jalan kereta api di Priangan membutuhkan dana yang sangat besar karena kondisi geografis Priangan sebagian besar merupakan daerah pegunungan atau dataran tinggi. Ketiga, lajur kereta api yang dibangun meliputi lajur utama dan lajur simpangan. Arah pembangunan lajur utama yaitu dari barat ke timur, sedangkan lajur simpangan banyak yang mengarah ke selatan terutama ke daerah-daerah perkebunan. Keempat, pembangunan jalan kereta api di Priangan banyak melibatkan tenaga kerja. Tenaga kerja yang terlibat meliputi tiga golongan yaitu orang pribumi, Cina dan Eropa. Orang pribumi sebagian besar bekerja sebagai kuli. Katagori kuli yang bekerja pada pembangunan jalan kereta api yaitu kuli wajib, kuli bebas tetap dan kuli bebas tidak tetap atau musiman. Kuli yang terlibat dalam pembangunan jalan kereta api sebagian besar diperoleh dari daerah sekitar lokasi pembangunan. Ada pula kuli yang didatangkan dari daerah lain, manakala di daerah lokasi pembangunan tidak cukup tersedia kuli atau masyarakat sekitar menolak untuk menjadi kuli. Ketertarikan orang pribumi mau menjadi kuli disebabkan oleh pembayaran upahnya lebih besar dibandingkan dengan menjadi kuli pekerjaan lainnya. Selain itu, ada pula orang pribumi yang bekerja selain menjadi kuli. Orang Cina terlibat sebagai pemborong dan ada pula yang menjadi kuli. Hal yang diborongkan kepada orang Cina yaitu pekerjaan pembangunan dan bahan material pembangunan. Orang Eropa bekerja dalam pembangunan jalan kereta api sebagai Insinyur dan pemborong. Barang-barang yang diborongkan kepada orang Eropa sebagian besar merupakan barang-barang berat seperti besi yang didatangkan dari Eropa. Barang dan pekerjaan yang dilelangkan baik kepada orang Cina maupun kepada orang Eropa dilakukan rnelalui proses pelelangan. Lelang yang dilakukan meliputi lelang terbuka dan lelang gelap. Kelima, pembangunan jalan kereta api di Priangan menghadapi beberapa kesulitan. Kesulitan-kesulitan tersebut disebabkan oleh faktor geografis lokasi pembangunan dan musim atau cuaca yang berlangsung ketika proses pembangunan. Faktor kesulitan tersebut berpengaruh pula kepada kesulitan pengerahan tenaga kerja."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005
D558
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iman Sulaeman
"
ABSTRAK
Relief-relief yang dipahatkan pada kepurbakalaan abad 10 - 15 Masehi di Indonesia bergaya naturalis, dinamis maupun tokoh pipih adalah merupakan salah satu hiasan ornamental. Hal ini sesuai di dalam kitab Manasara, yang di dalamnya tidak mengatur ketentuan tentang jenis yang dipahatkan pada suatu bangunan suci, hanya disebutkan bahwa bangunan suci dapat diberi hiasan agar terlihat indah.
Berdasarkan latar belakang permasalahan penelitian, timbulah pertanyaan penelitian sebagai berikut, Apakah sebagai hiasan ornamental, relief cerita terlepas dan aturan-aturan yang ada dalam masyarakat pendukungnya ?
Metode yang digunakan untuk menjawab portanyaan penelitian diatas adalah sebagai berikut : 1. Pengumpulan pustaka yang relevan dan memanjang data di lapangan 2. Studi lapangan dan perekaman data di lapangan. 3. 1nterpretasi data. Alasan dipilihnya kepurbakalaan abad 10 - 15 masehi dalam penelitian adalah sebagai berikut : a. Jenis-jenis relief cerita yang terdapat dalam periode ini lebih beragam. B. Kepurbakalaan yang berasal dari periode ini lebih banyak dihiasi oleh relief cerita. Hasil akhir dari penelitian ini adalah, walaupun hanya sebagai hiasan ornamental, relief cerita ternyata dalam pemahatannya memiliki kecenderungan-kecendenmgan sebagai berikut, 1. Dalam hal penempatan di bangunan, relief cerita tokoh manusia selalu ditempatkan lebih utama ( di atas) dibandingkan relief cerita tokoh binatang. Seandainya relief cerita tokoh manusia dan binatang pada sebuah bangunan, ada dalam posisi yang sejajar maka proporsi ruang yang diberikan pada cerita tokoh mamusia lebih besar dibanding cerita binatang. 2. Dalam hal arah pembacaan, baik relief cerita tokoh manusia maupun binatang adalah prasawya. Hal ini dimungkinkan karena tema cerita pada masa Jawa Timur adalah ruwat. Teori lain menyebutkan kebiasaan tulis dan baca sutra Jawa Kuna diterapkan dalam pembacaan relief 3. Dalam hal jumlah adegan, relief cerita tokoh manusia lebih banyak ( 463 adegan dari 15 cerita) sedangkan relief cerita tokoh binatang hanya 61 adegan dari 11 cerita. Hal ini sangat dimungkinkan karena seniman pada masa itu telah mengenal asas tema dan tata jenjang.
"
1997
S11759
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Esti Utami
"Pada bangunan-bangunan kuna yang mempunyai halaman serta pager berlapis-lapis biasanya akan ditemukan gapura atau pintu gerbang yang berfungsi sebagai pintu masuk maupun pintu penghubung antar halamannya. Bangunan-bangunan tersebut pada umumnya memakai gapura candi bentar sebagai pintu gerbang pertama kemudian untuk rnemaauki_ halaman kedua dan seterusnya digunakan gapura bentuk paduraksa. Penelitian gapura-gapura yang terdapat pada kompleks bangunan kraton Yogyakarta bertujuan untuk rnengetahui adanya hubungan antara bentuk gapura dengan bangunan_bangunan di sekitarnya, bagaimana bentuk hubungan tersebut serta untuk mengetahui hubungan antara bentuk gapura dengan keletakannya di dalam kompleks kraton. Adapun metode penelitian yang digunakan meliputi tahap pengumpulan data, pengolahan data dan tahap eksplanasi. Pertama-tama, dilakukan pengumpulan data kepustakaan kemudian ke-16 gapura kraton dicatat, diukur dan dipotret. Pada tahap pengalahan data dilakukan pemilahan-pemilahan bentuk serta ragam hias gapura kemudian dicari hubungan antara gapura dengan bangunan di sekitarnya. Pada tahap eksplanasi diadakan tinjauan bentuk, keletakan dan tinjauan kronologi gapura kraton. Hubungan antara gapura dengan bangunan-bangunan di sekitarnya terlihat pada persamaan penggunaan nama, bentuk asap tradisional rumah Jawa, ragam hias serta adanya penyelarasan bentuk serta ukuran antara gapura dengan pagar dan bangunan di dalamnya. Penerusan tradisi seni bangunan Hindu pada gapura-_gapura kompleks kraton Yogyakarta ternyata hanya terlihat pada bentuk gapuranya saja, yaitu dengan dikenalnya gapura candi bentar dan gapura paduraksa. Sedangkan pengaruh tradisi tentang bentuk dan ketetakan sudah tidak terlihat lagi karena gapura A dan gapura M yang merupakan pintu masuk pertama dari arah utara dan selatan memiliki bentuk paduraksa. Tata letak gapura tersebut mungkin terjadi akibat dari perkembangan jaman"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S11849
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuruddin
"Seorang ahli arsitektur Belanda N.P. van der Wall di dalam sebuah bukunya mengenai keberadaan bangunan-bangunan perumahan di Indonesia pada abad ke-17 - ke-18, mengemukakan bahwa bangunan-bangunan perumahan tersebut dibangun dengan gaya neo-klasik, baik neo-klasik Yunani maupun neo-klasik Romawi. Penelitian terhadap bangunan Gedung Kesenian Jakarta, sebagai salah satu bangunan dari abad ke-19 di Batavia terbatas pada penelitian terhadap unsur-unsur arsitektural dan ornamental secara deskriptif. Tiga topik yang menjadi tujuan utama adalah; (1) mengetahui aspek-aspek fungsi beberapa komponen arsitektural, dan mengidentifikasi pemakaian unsure-_unsur ornamental yang variatif, (2) mengidentifikasi pengaruh gaya seni bangunan pada bangunan GKJ, dan (3) mengetahui pengaruh bangunan tambahan terhadap bangunan lama. Cara atau alat untuk mencapai tujuan-tujuan di atas, maka dalam penelitian ini digunakan metode penelitian arkeologis yang terdiri atas tiga tahapan kerja, yaitu(l) pengumpulan data, (2) pengolahan data, dan (3) penafsiran data. Pada tahap pengumpulan data, yang dilakukan adalah observasi data kepustakaan dan observasi data lapangan yang meliputi perekaman data secara verbal dan piktorial. Analisa terhadap data yang terkumpul dilakukan dengan melakukan analisis fungsional dengan maksud untuk mangungkapkan fungsi beberapa komponen bangunan arsitektural dan ornamental. Pengolahan data juga menggunakan teknik analogi, yaitu suatu proses penyamaan (mencari kesamaan) antara data-data penelitian dengan data-data visual di dalam kepustakaan, terutama penyamaan dalam hal atribut-atribut langgam bentuk (form;., langgam (style) dan teknologi (technology). Hal-hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi eksistensi bangunan GKJ secara keseluruhan, terutama mengenai langgam atau gaya dan makna seni dekoratifnya, serta pengaruh gaya seni bangunannya dengan indikator berupa unsur-unsur bangunan yang dianalisa. Setelah melalui suatu proses analisa (analisis), maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa selain komponen-komponen bangunan yang berfungsi teknis, terdapat juga komponen-_komponen ornamental yang selain berfungsi sebagai unsur estetika bangunan juga berfungsi sebagai simbol aktivitas bangunan. Berdasarkan atas analisa komponen-komponen arsitektural dan ornamental menunjukkan adanya percampuran gaya yang terdapat pada bangunan Gedung Kesenian Jakarta, yaitu gaya neo-klasik Yunani dan neo-klasik Romawi (Greco-Roman). Pengaruh gaya seni bangunan Romawi atau neo-klasik Romawi lebih dominan, baik untuk komponen arsitektural maupun komponen ornamentalnya. Munculnya bangunan baru di bagian belakang yang menempel bangunan lama secara teknis tidak mempengaruhi bentuk bangunan lama. Dibuatnya bangunan baru ini hanya karena, pada bangunan lama tidak memungkinkan untuk dibuat ruang baru untuk tempat penyimpanan peralatan. Selain itu juga mengingat masalah keaslian ruangan bangunan lama."
Depok: Universitas Indonesia, 1993
S11934
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maharani Qadarsih
"Skripsi ini membahas tentang tinjauan keletakan dan bentuk bangunan-bangunan sudut di Bandung pada tahun 1900-1940 dengan meninjau dari segi bentuk dan keletakan. Jumlah objek penelitian yang digunakan adalah 50 bangunan sudut. Metode penelitian yang dilakukan dengan cara mangelompokan bangunanbangunan sudut dalam keletakan, yaitu letak di persimpangan jalan (pertigaan, perempatan, perlimaan jalan), dan bentuk, (denah, keberadaan menara, bangunan bertingkat, jumlah tampak muka, keberadaan halaman depan) di setiap sektor. Hasil analisis berupa jumlah dominan bangunan sudut di setiap kelompok dan sektor. Setelah itu hasilnya dikaitkan dengan perkembangan kota dan arsitektur di Bandung.

Focus of this undergraduate thesis is about observation location and form of corners building at Bandung in 1900 until 1940. Total objects of this research are fifty corners building at Bandung. Method used in this research make groups of corners building in two parts, such as location (locate building at crossroad) and form (ground plan, have a tower, high building, total fa_ade, and have yard in front of building) each sector. Analysis result indicated that is total dominant of corners building each groups and sector. Then, analisys result relate with development of city and architecture at Bandung."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S11749
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library