Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jamila Zuraida
Abstrak :
Sebuah kota pada umumnya memiliki nilai bersejarah, baik dari asal-usul kota tersebut atau sejarah perkembangannya. Sejarah ini tersimpan dalam suatu wadah arsitektur dimana wujud bangunannya juga sebagai saksi sejarah tersebut. Namun pada perkembangannya kini sebuah kota besar semarak dengan kemajuan pembangunannya, sehingga banyak bangunan tua bersejarah terancam punah atau bentuk dan fungsinya diganti hingga menjadi bangunan baru dengan pertimbangan kebutuhan ekonomis, sehingga nilai sejarahnya terancam hilang. Sedangkan pemerintahan kota telah tegas melarang perubahan ini dengan pertimbangan pemeliharaan nilai sejarah yang terkandung dalam bangunan tua tersebut, sehingga banyak terjadi pertentangan antara pertimbangan nilai sejarah & budaya dengan kepentingan ekonomi komersil. Pada masyarakat umum terdapat anggapan bangunan tua bersejarah tidak lagi berguna untuk ruang berkegiatan manusia terutama di era persaingan ekonomi sekarang ini, sehingga banyak yang tidak lagi memperdulikan cerita dibalik wujud arsitektur masa lalu tersebut. Permasalahan yang ada adalah saat ini hal tersebut menjadi suatu pertentangan yang akan terus terjadi, sebaiknya diciptakanlah sebuah keserasian antara nilai sejarah/budaya dengan nilai komersil ekonomis sehingga diantara keduanya dapat saling mendukung. Dalam skripsi ini akan dibahas apakah dengan pemanfaatan kembali arsitektur dengan mengadakan perubahan fungsi yang lebih menekankan nilai komersilnya namun tetap mempertahankan wujud historis arsitekturnya dapat menjadi solusi dan bagaimana dampaknya terhadap bentuk arsitektur atau pada aspek non-arsitekturnya. Sebagai batasan skripsi ini akan membahas mengenai belanja sebagai salah satu bentuk kegiatan komersil menjadi pilihan dalam pemanfaatan kembali arsitektur masa lalu karena dipercaya dapat mendatangkan keuntungan besar bagi pemiliknya. Dengan adanya timbal balik dari segi ekonomi maka diharapkan pemilik atau masyarakat sekitar dapat ikut menjaga dan menyelamatkan wujud arsitektur masa lalu tersebut namun tetap dalam norma-norma yang telah ditetapkan dan kesesuaian bentuk dengan aturan arsitektur yang berlaku. Karena tentunya wadah untuk kegiatan belanja ini memiliki persyaratan desain yang telah menjadi tipologi bangunannya. Pertimbangan persyaratan ini penting untuk menilai kecocokkan bangunan masa lalu tersebut untuk menjadi sebuah wadah komersil kegiatan belanja. Sebuah wujud arsitektur masa lalu dapat tetap memberikan kontribusi keuntungan bagi masyarakat dengan tindakan pemanfaatan kembali yang mengikuti perkembangan zaman. Kedua kasus yang diangkat yaitu pada gedung museum Bank Indonesia dan gedung Ex-Imigrasi membuktikan bahwa BCB dapat menjadi tempat belanja tanpa mengurangi tujuan dari proses pelestarian. ......In general, a city has a historical value that comes from its origin and/or its development record. The city?s historical values are preserved within an architectural means whereby the shape of the building could be the witness of a city?s historical period. However, these days a city?s growth means building development in which many old buildings are replaced by the new ones to fulfill the economics needs. As a result, their historical values are threatened. The government has forbid these changes to take place in order to maintain the historical values remain within those old buildings. Accordingly, a conflict happens between maintaining the historical and cultural values with commercial economic needs. In society, there is this idea that old buildings are not useful for human activities anymore especially in today?s economic competitive era. Therefore, many people do not care about the story behind those old buildings. This kind of problem would always happen and hence a harmonization should be created between a historical or cultural value with commercial economic needs so each of them could support the other. This thesis would discuss whether adaptive use of heritage buildings by modifying its function to be more commercial but still maintain its historical values could solve the problem mentioned previously and how the impacts on the shape of the architecture or on the non-architectural aspects. This thesis would be limited to discuss shopping as one of commercial activities related to adaptive use of heritage buildings because it is believed that shopping could bring significant benefit for the owner. With this adjustment, it is expected that the society would preserve and maintain the shape of heritage buildings within norms that have been determined and the shape should be suitable with the architectural rules. This is because there are design requirements for shopping activities that have been the building?s typology. It is essential to consider those requirements in order to verify whether those heritage buildings are suitable for this type of commercial activities, which in this case is shopping. The heritage building still could bring benefits for society by adaptive use that appropriate with the era?s development. There are two cases discussed in this thesis. These are museum Bank Indonesia and old Immigration buildings. These cases demonstrated that heritage buildings could be the shopping area without reducing their conservation process.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S48411
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kharissa Putri
Abstrak :
ABSTRAK
Masa kolonial Belanda berdampak pada perkembangan arsitektur terutama di kota-kota Besar Hindia Belanda, sebutan untuk Indonesia sebelum masa kemerdekaan. Gaya bangunan peninggalan masa kolonial terlihat pada beberapa bangunan tua yang masih berdiri hingga kini, salah satunya adalah Gedung Joang 45 Jakarta. Gedung Joang 45 yang terletak di Jalan Menteng Raya No. 31, Jakarta Pusat mulanya didirikan sebagai hotel pada tahun 1938, kemudian sempat dipugar dan akhirnya diresmikan sebagai museum oleh Presiden Soeharto pada tahun 1974. Walau sempat mengalami peralihan fungsi, gaya bangunan pada gedung tersebut hingga kini masih dipertahankan sesuai dengan bentuk aslinya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik bangunan Gedung Joang 45 Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Gedung Joang 45 Jakarta mendapat pengaruh dari gaya bangunan yang dibawa oleh Daendels ke Hindia Belanda, yakni Indische Empire Style.
ABSTRACT
The Dutch colonial period affected the development of architecture, especially in big cities of the Dutch East Indies, the name of Indonesia before independence. Colonial heritage building styles seen in some old buildings that still exist until now, one of them is Gedung Joang 45 Jakarta. Gedung Joang 45 which is located at Jalan Menteng Raya No. 31, Central Jakarta was first established as a hotel in 1938, then restored and finally inaugurated as a museum by President Soeharto in 1974. Although the function of the building has changed, building style of Gedung Joang 45 Jakarta is still the same as it was originally built. The purpose of this research is to identify the building characteristics of Gedung Joang 45 Jakarta. This research uses descriptive qualitative method. The results can be concluded that Gedung Joang 45 Jakarta is influenced by building style that was brought by Daendels to the Dutch East Indies, namely Indische Empire Style.
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Dinas Museum dan Pemugaran DKI Jakarta, 2000
720.959 8 JAK g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Dinas Museum dan Sejarah, 1993
913.926 PEM g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Izazi Mulya Putra
Abstrak :
Kawasan Kampung Tongkol sebagai bagian dari bentang Kawasan Wisata Sejarah Kota Tua merupakan bagian tengah dari kawasan Sunda Kelapa di bagian utara & Glodok di bagian selatan. Bentang yang berkisar 3 km itu memiliki banyak sekali titik destinasi wisata. Sayangnya, dengan begitu banyaknya destinasi wisata, fasilitas sosial & fasilitas umum pendukung aktivitas berwisata dinilai masih kurang. Pasalnya, Kawasan Wisata Kota Tua dinilai melemah karena pengunjung merasa lelah bergerak dari utara ke selatan atau sebaliknya tanpa adanya ruang jeda untuk beristirahat. R-Cade sebagai salah satu solusi, diharapkan mampu menjadi ruang peristirahatan sejenak sekaligus penyedia fasilitas umum & fasilitas sosial. Disamping tujuan tersebut, R-Cade juga ditujukan untuk menghubungkan komplek museum dekat Stasiun Kota Tua dengan Kawasan Kampung Tongkol, sebagai objek arsitektur yang berlikasi tepat di antara kedua kawasan ini.
Kampung Tongkol area as a part of the Kota Tua Historical Tourism Area landscape is the central part of the Sunda Kelapa region in the north & Glodok in the south. The span which is about 3 km has a lot of tourist destination points. Unfortunately, with so many tourist destinations, social facilities & public facilities supporting tourism activities are still considered lacking. Because the Kota Tua Tourism Area is considered weak because visitors feel tired of moving from north to south or vice versa without any space to rest. R-Cade as one of the solutions, is expected to become a resting place for a moment as well as a provider of public facilities & social facilities. Besides these objectives, R-Cade is also intended to connect the museum complex near Kota Tua Station with the Kampung Tongkol area, as an architectural object that is located right between these two regions.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wulan Sari Puteri
Abstrak :
Kawasan Luar Batang yang berada pada Wilayah Jakarta utara ini memiliki peran yang cukup signifikan dalam sejarah pertumbuhan kota batavia dan perencanaan kawasan kota lama jakarta pada masa sekarang. Meskipun saat ini kondisi kawasan luar batang tidak begitu terkoodinir dengan baik akibat padatnya perumahan penduduk di sekitar lokasi, serta sistem perairan kanal yang juga tidak terorganisir dengan baik. Dengan kondisi tersebut, Kawasan Luar Batang ini nantinya akan menjadi zona penutup pada  kawasan Wisata Terpadu Jayakarta yang menerapkan konsep Pinisi Educational Coastal Tourism, dengan mempertimbangkan lima aspek yaitu, Aktivitas, Atraksi, Aksesibilitas, Akomodasi, dan Amenitas, serta menggunakan metode drifting dan mapping. Dengan metode tersebut didapatlah bahwa potensi yang dimiliki kawasan ini merupakan cagar budaya tak benda yaitu teknik pembuatan kapal pinisi, yang dikembangkan sebagai potensi wisata berbasis wisata edukasi, yang mengenalkan nilai historis, budaya, dan potensi sumber daya sekitar yang memiliki lima program utama pada kawasan ini, yang salah satunya merupakan Sentral Teater yang memfasilitasi acara adat, event, dan pertunjukkan budaya khususnya di Wilayah Jakarta Utara, yang berperan sebagai akomodasi yang mendukung fasilitas culture centre, dan juga sebagai wadah yang memfasilitasi seluruh the journey of pinisi dengan penempatan corridor of pinisi pada ground floor bangunan, yang ramah terhadap seluruh pengunjung baik itu anak-anak, dewasa, lansia, dan masyarakat kaum difabel. Sehingga mampu menghidupkan kawasan Luar Batang sebagai kawasan wisata yang menarik untuk dikunjungi dan juga membantu meningkatkan kualitas ekonomi sekitar dengan mempekerjakan masyarakat kampung Luar Batang dan sekitarnya.
The Luar Batang Area in the North Jakarta Region has a significant role in the history of the growth of the city of Batavia and the planning of the area of Kota Tua Jakarta at present. Although at present the condition of the Luar Batang is not so well coordinated due to the dense housing of the population around the location, as well as the canal water system which is also not well organized. Under these conditions, the Luar Batang Area will later become a closing zone in the Jayakarta Integrated Tourism area that applies the concept of Pinisi Educational Coastal Tourism, taking into account five aspects namely, Activities, Attractions, Accessibility, Accommodation, and Amity, and using the drifting method and mapping. With these method, it was found that the potential of this region is an intangible cultural heritage, namely the technique of making pinisi ships, which were developed as a tourism tourism-based tourism potentials, which introduce the historical, cultural, and potential resources around which have five main programs in this area, one of which is the Central Theatre which facilitates traditional events, events, and cultural performances, especially in the North Jakarta Region, which acts as an accommodation that supports the culture center facilities, and also as a container that facilitated of the entire journey of pinisi by placing corridor of pinisi on the ground floor building, which can be friendly and accessed comfortly by anyone regardless the age range-children, Adults, Elderly, and Disabled people. So it can be able to turn on the Luar Batang area as an attractive tourist area to visit and also help improve the quality of the surrounding economy by employing the Luar Batang village community and surrounding areas.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Satria Karunia Ramadhan
Abstrak :
Jl. Pancoran merupakan daerah yang terapit oleh kawasan bersejarah yaitu Kota Tua dan Glodok. Dalam perancangan ini, Jl. Pancoran merupakan jembatan penghubung masyarakat urban Jakarta dengan kawasan turisme Kota Tua dengan menghadirkan berbagai macam fasilitas penunjang dan juga atraksi tersendiri. Untuk merealisasikan itu, pengolahan site berupa transportasi air dilakukan pada Kali Krukut yang tehubung sampai Pelabuhan Sunda Kelapa untuk menghadirkan atraksi dan transportasi umum alternatif berupa terminal air.

Sebuah terminal air akan berfungsi sebagai penyambung daerah Pancoran dengan keseluruhan kawasan bersejarah Jakarta lainnya dan juga berfungsi sebagai penunjang kegiatan pariwisata pada konteks local Glodok dan Pancoran bersama dengan perancangan masterplan Pancoran Glodok.

 


Jl. Pancoran is an area surrounded by heritage sites that are Kota Tua and Glodok. In this design plan, Jl. Pancoran acts as a bridge to connect the urban people of Jakarta with the heritage tourism in Kota Tua by offering a multitude of supporting facilities and its own set of attractions. To realise that, a site development in the form of water transportation is done on the Krukut Canal which is connected all the way to Sunda Kelapa Harbour to create a public transport system as well as attraction in the form of a water terminal.

The water terminal aims to function as a direct connection between Pancoran and the Jakarta heritage areas as well as a supporting amenity in its own local context along with the redesign of the Pancoran Glodok masterplan.

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Indonesia Medical Education and Research Faculty Medicine Universitas Indonesia, 2022
720.959 8 IME
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Dinas Museum dan Pemugaran, 2000
R 720.959 IND bt
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library