Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ida Supriyatni
Abstrak :
ABSTRAK
Dari penelitian yang dilakukan oleh Kholkute (1977), diketahui bahwa pemberian ekstrak benzena bunga Hibiscus rosa-sinensis L. pada tikus jantan selama 30, 45, dan 60 hari berturut-turut dengan dosis 250 mg/kg berat badan/hari mempengaruhi proses spermatogenesis dan fungsi endokrin testis tikus. Pada penelitian ini ekstrak benzena bunga tersebut dicobakan pada mencit (Mus musculus L.) jantan strain LMR untuk dilihat pengaruhnya terhadap jumlah dan viabilitas spermatozoa hewan tersebut. Mencit percobaan dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok eksperimen yang diberi ekstrak bunga H. rosa-sinensis L. dengan cara dicekok dengan dosis 713 mg/kg berat badan/hari selama 21 hari berturut turut (E), sedangkan kelompok kedua adalah kelompok kontrol yang diberi perlakuan minyak kacang setiap hari selama 21 hari berturut-turut (K1), dan kelompok ketiga adalah kelompok kontrol tanpa perlakuan (K2). Dua puluh empat jam setelah pencekokan terakhir, semua kelompok mencit ditimbang dan kemudian dibius sampai mati. Setelah itu mencit dibedah dan dipotong sepasang organ vas deferensnya mulai dari bagian kauda epididimis sampai bagian ampula. Kamudian untuk mengeluarkan spermatozoanya, salah satu ujung vas deferens dijepit dengan menggunakan pinset halus dan dengan menggunakan pinset halus lainnya dilakukan penekanan sepanjang saluran vas deferens secara hati-hati selama beberapa kali. Spermatozoa yang keluar ditampung pada lempeng uji yang berisi larutan NaCl 0,9%. Selanjutnya dengan menjepit ujung vas deferens lainnya, dilakukan hal yang sama seperti semula. Spermatozoa tersebut kemudian diperiksa secara mikroskopik untuk dihitung jumlah dan viabilitasnya. Hasil perhitungan anva satu faktor memperlihatkan bahwa pemberian ekstrak benzena bunga Hibiscus rosa-sinensis L. dengan dosis 713 mg/kg berat badan/hari selama 21 hari berturut-turut tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna terhadap jumlah dan viabilitas spermatozoa mencit (Mus nusculus L.) strain LMR pada taraf kepercayaan 95%. Selain itu, pemberian ekstrak bunga tersebut juga tidak manunjukkan perbedaan yang bermakna terhadap berat badan mencit pada taraf kepercayaan 95%. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini menunjukkan, tidak ada pengaruh pemberian ekstrak benzena bunga H. rosa-sinensis L. dengan dosis 713 mg/kg berat badan/hari selama 21 hari berturut-turut terhadap jumlah dan viabilitas spermatozoa mencit (Mus nusculus L.) strain LMR. Diduga, tidak adanya pengaruh pemberian ekstrak tersebut di atas terutama disebabkan oleh dosis pemberian yang masih kurang dan waktu pemberian yang lebih singkat jika dibandingkan dengan dosis dan waktu pemberian pda penelitian Kholkute (1977).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Prihatiningsih
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian terhadap tiga variasi bentuk bunga Hibiscus rosa¬sinensis L. (single, crested dan double) di kampus UI depok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiganya berbeda dalam jumlah petal, stamen dan pistillum. Bunga single memiliki 5 petal, stamen 46--101 (x=78,68). Bunga crested memiliki petal tambahan berupa staminodium petaloid (7--28, x=19,01), intermediet stamen-petal (1--21, x=9,2), dan stamen (0--44, x=12). Bunga double memiliki staminodium petaloid (5--36, x=18,6), intermediet stamen-petal (0--14, x=5,32), dan stamen (3--88, x= 38). Jumlah petal tambahan berkorelasi negatif dengan jumlah stamen. Bunga single memiliki ovarium normal, bunga crested dan double dapat memiliki ovarium yang tereduksi dan bermodifikasi menjadi sepalodi. Seluruh variasi bunga H. rosa-sinensis memiliki morfologi polen yang seragam yaitu polen soliter, berbentuk globose, prolat sferoidal hingga oblat sferoidal, apertur polypantoporate, ornamentasi eksin berupa ekinet dengan ujung tumpul, membulat, bercabang dua, dan berlekuk. Ukuran polen berbanding lurus dengan ukuran bunga. Bunga single kecil memiliki polen terkecil (dv= 152,156 µm, dh= 178,312 µm), dan single besar memiliki polen terbesar (dv=174,985 µm, dh=206,023 µm). Gen AGAMOUS terekspresi pada bunga single, crested, dan double. ......The single-, crested-, double-flowers type of Hibiscus rosa sinensis L. that grown at University of Indonesia, Depok have been studied. The three varieties of flower differ in terms of additional petal, stamen number, and pistillum. Single-flowers have 5 petals, 46--101 (x = 78,68) stamens. Crested-flowers have additional petal such as staminodium petaloid 7--28 (x = 19,01), and intermediate stamen-petal 1--21 (x = 9,2), and 0--44 (x = 12) stamens. Double-flowers have 5--36 (x = 6,18) staminodium petaloid, 0--14 (x=5,32) intermediate stamen-petal, and 3--88 (x = 38) stamens. Number of additional petal negatively correlated with the number of stamenS.Si.ngle-flowers have normal ovaries. Crested-and double-flowers can have a reduced ovaries and modified into sepalodi. All of the H. rosa sinensis varieties have similarity in pollen morphology, that is solitary, globose -, spheroid prolate-, dan spheroid oblate-shaped, with polypantoporate aperture, echinate (spine) with blunt, rounded, bifurcated, and grooved apex. Pollen size has positive correlation with the size of flowers. Small single-flowers have the smallest pollen (dv = 152,156 µm, dh = 178,312 µm), and large single-flowers have the largest pollen (dv = 174,985 µm, dh = 206,023 µm). AGAMOUS gene expressed in single-, crested-, and double-flowers.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S800
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Prabowo
Abstrak :
ABSTRAK
Serbuk mucilago Hibiscus rosa-sinensis L. (MHR) merupakan salah satu eksipien alami yang menjadi superdisintegran. Penelitian ini bertujuan mengkarakterisasi serbuk MHR, mendapatkan konsentrasi optimum dan membandingkan waktu disintegrasi antara formulasi tablet terdisintegrasi cepat (TDC) yang menggunakan konsentrasi optimum serbuk MHR dengan sodium starch glycolate (SSG). Serbuk MHR dilakukan karakterisasi fisik, kimia dan fungsional. TDC domperidon diformulasikan dengan memvariasikan konsentrasi serbuk MHR, digunakan SSG sebagai pembanding, kemudian hasil uji waktu disintegrasi dan pembasahannya dibandingkan. Serbuk MHR yang dihasilkan berupa serbuk kecokelatan, beraroma khas, tidak berasa, mempunyai swelling ratio 25 kali dibanding volume awal, kelarutan 0,426 ± 0,034 mg/ml, viskositas 1360 cps, ukuran partikel berkisar 0,991 ? 380 μm, tidak dapat mengalir, dan indeks kompresibilitas 26,75 ± 1,79%. Konsentrasi optimum serbuk MHR untuk pembuatan TDC domperidon adalah 1%. Evaluasi TDC domperidon menggunakan superdisintegran serbuk MHR 1% adalah waktu disintegrasi 39,67 ± 4,73 detik dan waktu pembasahan 66,33 ± 14,29 detik, waktu disintegrasi dan pembasahan tersebut lebih cepat dibanding formulasi TDC domperidon menggunakan superdisintegran SSG 1% yaitu 109,33 ± 18,8 detik dan 120,00 ±
ABSTRACT
Hibiscus rosa-sinensis L. mucilage (MHR) powder is a natural superdisintegrant. This experiment?s purposes is to characterize MHR powder, get the optimum concentration of MHR powder and compare disintegration and wetting time between fast disintegration tablet that used optimum concentration's MHR powder and SSG as superdisintegrant. Characterization was consisted of physical, chemistry and function. TDC formulation was prepared by varied MHR powder's concentrations and sodium starch glycolate as comparison and then compared its disintegration and wetting time test. Characterization?s results were brownish powder, spesific odor, tasteless, swelling ratio 25 times bigger than initial volume, solubility 0.426 ± 0.034 mg/ml, particle size 0.991 ? 380 μm, flowless, and index compressibility 26.75 ± 1.79%. Optimum concentration of MHR powder in TDC domperidon formulation was 1%. Disintegration time and wetting time of TDC domperidone that used 1% MHR powder were 39.67 ± 4,.73 seconds and 66.33 ± 14.29 seconds respectively, those results was faster than disintegration time and wetting time of formulation that used SSG 1% were 109.33 ± 18.8 seconds and 120.00 ± 3.00 seconds respectively.
2016
T46169
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library