Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bako, Rifa Mutiara
Abstrak :
ABSTRACT
Kering alur sadap (KAS) merupakan salah satu penyakit fisiologis utama yang menyerang tanaman karet. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan mengembangkan marka DNA terkait KAS untuk seleksi klona karet toleran KAS. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Putranto in prep., terdapat primer marka ekspresi dari genom Hevea brasiliensis yang diduga terkait dengan KAS. Primer HbMQ1, HbMQ2, HbMQ3, HbMQ4, dan HbMQ5 dipilih karena primer tersebut mentarget gen terkait etilen (HbERFs) yang berperan dalam ketahanan terhadap KAS yaitu HbERF-IXc4, HbERF-IXc5, HbERF-VIIa12, HbERF-VIIIa13, dan HbERF-VIIIa14. Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah mengetahui profil hasil ekspresi HbERF-IXc4, HbERF-IXc5, HbERF-VIIa12, HbERF-VIIIa13, dan HbERF-VIIIa14 pada dua klona tanaman karet (PB 260 dan PR 300) serta mendesain primer untuk marka DNA yang digunakan dalam deteksi penyakit KAS. Hasil ekspresi kelima gen yang didapatkan dari hasil real-time qRT-PCR dengan kelima primer tersebut, dijadikan pertimbangan untuk kandidat marka DNA. Selanjutnya, marka DNA didesain secara in silico. Secara umum, hasil profil regulasi ekspresi menunjukkan bahwa kelima gen tersebut teregulasi positif pada tanaman karet yang terserang KAS pada kedua klona pohon karet (PB 260 dan PR 300) dan kelima gen teregulasi negatif pada tanaman yang terjangkit JAP pada kedua klona, kecuali gen HbERF-VIIa12. Oleh karena itu, gen HbERF-IXc4, HbERF-IXc5, HbERF-VIIIa13, dan HbERF-VIIIa14 berpotensi dikembangkan sebagai marka DNA. Profil regulasi ekspresi gen HbERF-IXc4, HbERF-IXc5, HbERF-VIIIa13, dan HbERF-VIIIa14 menunjukkan gen-gen tersebut merupakan marka ekspresi dari tanaman karet yang terserang KAS dan telah berhasil dikembangkan sebagai marka DNA di tingkat in silico.
ABSTRACT
Tapping panel dryness (TPD) is the main physiological disease attacking rubber tree clones. To overcome the problem, the development of rubber tree clones tolerant to TPD is important. The breeding programs can now be accelerated by developing molecular markers. Based on the research conducted by Putranto in prep., there are expression markers primers from the Hevea brasiliensis genome related to tapping panel dryness (TPD). The primer of HbMQ1, HbMQ2, HbMQ3, HbMQ4, and HbMQ5 were chosen because the primers had ethylene-related target genes (HbERF-IXc4, HbERF-IXc5, HbERF-VIIa12, HbERF-VIIIa13 and HbERF-VIIIa14) that are suspected to play a role in TPD response. The purpose of this study was to determine the profile expression of HbERF-IXc4, HbERF-IXc5, HbERF-VIIa12, HbERF-VIIIa13 HbERF-VIIIa14 from two clones of rubber plants (PB 260 and PR 300) and to design primers for DNA markers to be used in the detection of TPD disease. The expression profile of the five genes obtained from real-time qRT-PCR results, will be taken into consideration for candidate DNA markers. Next, DNA markers are in silico designed. In general, the results of expression regulation profile showed that the five genes were up-regulated in TPD-affected rubber trees in both clones. The five gene expression regulation profiles were also down-regulated in both WRR-infected rubberclones, except for the HbERF-VIIa12 gene. Therefore, the HbERF-IXc4, HbERF-IXc5, HbERF-VIIIa13 and HbERF-VIIIa14 genes have the potential to be developed as DNA markers. The expression ratio of HbERF-IXc4, HbERF-IXc5, HbERF-VIIIa13, and HbERF-VIIIa14 showed that these genes are expression markers of rubber plants that have TPD and have been successfully developed as DNA markers at the in silico level.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Hasanah
Abstrak :
Indonesia merupakan salah satu penghasil karat alam yang besar di dunia. Karat merupakan komodltas parkabunan yang panting sabagai penghasil davisa nagara, dan merupakan panyadia lapangan karja sarta sakaligus sabagai sumbar pandapatan. Usaha-usaha untuk manggali sifat fisiko-kimia minyak biji karat balum banyakdilakukan, walaupun biji karat barpotansi digunakan sabagai sumbar minyak nabati. Dalam panalitian ini, sarbuk biji karat diakstraksi dangan manggunakan paralatan dastilasi soxhiat dan palarut yang digunakan adalah n-haksana. Hasil akstraksi yang barupa minyak dianalisis sifat-sifat fisiko-kimianya dan komponen asam lennak penyusun trigliseridanya ditentukan dengan menggunakan peralatan Kromatografi-Gas (GC). Minyak yang berhasil diekstraksi dari kedua jenis bji karet yang diteliti, mempunyai rendemen kurang lebih 51,57 % dari berat serbuk kering biji karet. Komposisi asam lemak penyusun trigliserida minyak biji karet terdirl dari: asam laurat, asam miristat, asam palmitat, asam stearat, asam oleat, asam linolenat. Namun, untuk klon PR 300, asam miristat tidak terdeteksi dan untuk klon PR 307, asam linolenat dan asam stearat tidak terdeteksi.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Ristiani
Abstrak :
Asap cair telah banyak digunakan sebagai koagulan latex, pengawet makanan, dan insektisida. Telah ditemukan cendawan patogen Fusarium oxysporum yang menginfeksi bidang sadap karet pada perkebunan rakyat di Dusun Alur Mentawak. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aplikasi asap cair sebagai fungisida nabati. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu pengamatan langsung pada tegakan kebun karet seluas 2.000 m2 dengan tiga perlakuan yaitu asap cair, fungisida kimia sebagai kontrol positif, dan tanpa perlakuan sebagai kontrol negatif. Pengamatan dilakukan 7 harisetelah pengaplikasian perlakuan selama empat minggu, pada parameter intensitas penyakit yang berbeda-beda. Hasil regresi menunjukkan bahwa perlakuan asap cair tempurung kelapa tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan F. oxysporum, demikian juga dengan perlakuan fungisida kimia tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan F. oxysporum. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara perlakuan asap cair tempurung kelapa dengan pertumbuhan F. oxysporum, demikian juga dengan perlakuan fungisida kimia. Menurut hasil pengamatan mingguan, asap cair tempurung kelapa dapat menurunkan intensitaspenyakit pada bidang sadap tanaman karet yang terinfeksi F. oxysporum di kisaran 13-21, sedangkan fungisida kimia menurunkan intensitas penyakit di kisaran 1-10. Fungisida kimia Derosal 60 WP dapat menghambat pertumbuhan F. oxysporum dalamwaktu yang lebih lama dari pada Fungisida nabati asap cair tempurung kelapa. Penggunaan asap cair tempurung kelapa sebagai fungisida nabati menunjukkan hasil yang menguntungkan, karena rasio benefit: cost lebih besar dari 1 dan net benefit bernilai positif, yang berarti menguntungkan. Keuntungan yang diperoleh dari pemanfaatan asap cair lebih kecil dari pemanfaatan fungisida kimia. Hal ini dipengaruhi oleh biaya produksi yang tinggi. ......Liquid smoke commonly used as latex coagulant, food preservative, and insecticide.Pathogenic fungal Fusarium oxysporum have been discovered to infect the paneltapping of rubber tree at Alur Mentawak Village. This study aims to examine theapplication of liquid smoke as biofungicide. The method used in this study is directobservation of rubber plant over an area of 2.000 m2 with three types of treatment whichare liquid smoke, chemical fungicide as positive control and no treatment as negativecontrol. The observation was conducted over 7 days after 4 weeks of the treatmentapplication, with varying intensities of disease. Regression results showed that coconutshell liquid smoke treatment had no significant effect on growth of F. oxysporum,neither did the chemical fungicide treatment significantly affect the growth of F.oxysporum. Pearson correlation test results showed that there was no significantrelationship between coconut shell liquid smoke treatment with growth of F.oxysporum, as well as chemical fungicide treatment. According to the results of weeklyobservations, coconut shell liquid smoke can reduce the disease intensity occurred onthe panel tapping infected by F. oxysporum in the range of 13 mdash 21 , whereas chemicalfungicides reduce disease intensity in the range of 1 mdash 10 . The coconut shell liquidsmoke has proven to inhibit the growth of F. oxysporum. The inhibitory potency of theDerosal 60 WP chemical fungicide is longer than coconut shell liquid smoke ininhibiting the growth of F. oxysporum. Using coconut shell liquid smoke asbiofungicideis profitabel, becaouse the result of this study show that benefit cost ratiois more than 1 and net benefit have positive value. The benefit received from usingcoconut shell liquid smoke less than from using chemical fungicide. This is influencedby high production costs.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 2018
T49529
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nautika Sriwidjaya
Abstrak :
Untuk raengetahui komposisi jenis rayap subteran, kelimpahan jenis dan sebarannya di areal tegakan karet (Hevea brasiliensis M.A.) dan areal Pennisetum polystachyon (L.) Schult., di Kampus UI-Depok:/ .telah dilakukan pengumpulan sampel rayap dengan metode pancingan (baiting technique)... Pengumpulan sampel dilakukan dengan menanam potongan kayu karet sebagai umpan pada setiap petakan terpilih. Pengamatan dilakukan setiap 3 mxnggu selama bulan September-November 1987. Jumlah rayap yang terdapat pada setiap kayu umpan dihitung, kemudian diidentifikasi dengan menggunakan kunci identifikasi Tarumingkeng (1971) yang dimodifikasi. Selain itu juga dilakukan pengukuran beberapa faktor lingkungan, antara lain pH tanah, kelembaban udara, suhu udara, dan tekstur tanah. Di kedua areal penelitian diperoleh 4 jenis rayap sub teran. Macrotermes gilvus dan Microtermes insperatus ditemukan di areal tegakan Karet maupun areal P. polystachyon, sedangkan Odontotermes javanicus dan Schedorhinotermes javaniaus hanya ditemukan di areal tegakan karet. Perbedaan kelembaban udara, dan tipe vegetasi ternyata berpengaruh terhadap kom posisi jenis, dan kelimpahan jenis rayap subteran di dua areal yang diteliti.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Awang Pemuji
Abstrak :
ABSTRAK
Sifat koloid lateks yang cenderung mengalami koagulasi mengakibatkan lateks sulit untuk dimodifikasi pada saat proses hidrogenasi. Hal ini disebabkan oleh sifat koloid lateks yang cenderung tidak stabil terhadap perlakuan temperatur, kecepatan pengadukan, dan penambahan zat kimia. Penelitian ini bertujuan mempelajari suatu kondisi proses yang optimum dengan mempertahankan kestabilan koloid untuk meningkatkan derajat hidrogenasi. Uji turbiditas dilakukan untuk mengetahui tingkat kekeruhan larutan lateks yang mengindikasikan terdispersinya koloid didalam larutan lateks. Sedangkan, uji viskositas dilakukan sebagai uji pendukung. Berdasarkan hasil penelitian dalam menentukan kondisi optimum stabilitas koloid pada fasa lateks dengan pengujian turbiditas dan viskositas, diketahui koloid cenderung stabil pada temperature 50?C, kecepatan aduk 200 rpm dan kadar karet kering KKK 20.
ABSTRACT
The tendency to coagulate, which is the colloid characteristic of latex makes it difficult to be modified when hydrogenation process is running. This was caused by the latex colloid characteristic which is unstable to thermal treatment, stirring velocity, and the addition of chemical compounds. This research aims to learn the optimum process condition by maintaining the colloid stability to increase the hydrogenation degrees. Turbidity test was done to know the turbidity level of latex solution indicates the dispersed colloid inside the latex solution, while viscosity test was done as a supporting test. Based on the research result in determining the optimum condition of the colloid stability in the latex phase with the turbidity and viscosity test, colloid has the tendency to be stable at the temperature of 50oC, stirring speed of 200 rpm, and the dry rubber content of 20.
2017
S68195
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Eria Aryanti Effendi
Abstrak :
Penyakit Gugur Daun Pestalotiopsis (PGDP) mengakibatkan defoliasi daun secara terus menerus hingga 75—90% dan memicu terjadinya penipisan kanopi. Oleh karena itu, diperlukan analisis terkait aspek molekular melalui pengembangan klon baru yang diawali dengan analisis ekspresi gen ketahanan Coronatine Insensitive 1 (COI1). Gen Coronatine Insensitive 1 (COI1) merupakan salah satu gen ketahanan yang berkaitan dengan pensinyalan jasmonat dan diekspresikan ketika tanaman dalam kondisi tercekam secara biotik maupun abiotik. Penelitian terkait ekspresi gen COI1 pada Hevea brasiliensis menyatakan bahwa gen tersebut diekspresikan ketika tanaman karet diberi perlukaan. Namun, analisis terkait ekspresi gen ketahanan COI1 pada H. brasiliensis ketika diinfeksi dengan Pestalotiopsis sp. belum dilakukan. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menganalisis perbandingan ekspresi gen HbCOI1 dari sampel daun sehat, perlukaan, dan diinfeksi dengan Pestalotiopsis sp. dan melakukan analisis perbandingan antar klon GT 1 yang bersifat rentan dan klon IRR 112 yang bersifat moderat. Infeksi dilakukan pada hari ke-3 dan 6 secara in planta. Tahap setelah inokulasi secara in planta adalah esktraksi RNA untuk memperoleh isolat RNA dari seluruh sampel yang digunakan. Selanjutnya, dilakukan sintesis cDNA untuk analisis qPCR dengan metode Livak. Hasil penelitian belum dapat digunakan untuk menyimpulkan tingkat ekspresi gen HbCOI1 dari sampel daun sehat, perlukaan, dan perlukaan serta infeksi dengan Pestalotiopsis sp. Hal tersebut disebabkan oleh tidak dilakukan perhitungan dan pembentukan kurva standar dan tidak dilakukan elektroforesis untuk mengetahui integritas RNA serta untuk membuktikan bahwa isolat yang diekstraksi adalah isolat RNA H. brasiliensis dan replikasi yang digunakan tidak memenuhi syarat perhitungan Livak. Hasil penelitian hanya berupa dugaan adanya perbedaan ekspresi gen HbCOI1 pada tanaman H. brasiliensis sehat, diberi perlukaan saja, dan diberi perlukaan serta infeksi Pestalotiopsis sp.. Oleh karena itu, perlu dilakukan penpenelitian lebih lanjut untuk memperoleh data korelasi ekspresi gen HbCOI1 dan infeksi Pestalotiopsis yang akurat. ......Pestalotiopsis Leaf Decay (PGDP) causes continuous leaf defoliation of up to 75-90% and triggers canopy thinning. Therefore, an analysis related to molecular aspects is needed through the development of new clones which begins with analysis of the expression of the Coronatine Insensitive 1 (COI1) resistance gene. The Coronatine Insensitive 1 (COI1) gene is one of the resistance genes related to jasmonate signaling and is expressed when plants are under biotic and abiotic stress conditions. Research related to the expression of the COI1 gene in Hevea brasiliensis states that the gene is expressed when the rubber plant is injured. However, an analysis regarding the expression of the COI1 resistance gene in H. brasiliensis when infected with Pestalotiopsis sp. not done. The aim of the study was to analyze the comparison of HbCOI1 gene expression from samples of healthy, injured, and infected leaves with Pestalotiopsis sp. and carried out a comparative analysis between the GT 1 clone which was susceptible and the IRR 112 clone which was moderate. Infection was carried out on day 3 and 6 by in planta. The stage after in planta inoculation is RNA extraction to obtain RNA isolates from all the samples used. Next, cDNA synthesis was carried out for qPCR analysis using the Livak method. The results of this study could not be used to conclude the expression level of the HbCOI1 gene from samples of healthy leaves, wounds, and injuries as well as infections with Pestalotiopsis sp. This was due to the fact that the primary efficiency curve was not calculated and the formation of the standard curve was not carried out and electrophoresis was not carried out to determine the integrity of the RNA and to prove that the extracted isolate was H. brasiliensis RNA isolate and the replication used did not meet the Livak calculation requirements. The results of this study only suggest that there is a difference in HbCOI1 gene expression in healthy H. brasiliensis plants, only injured, and injured and infected with Pestalotiopsis sp. acccurate.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library