Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nopja Atni Radjlin
Abstrak :
Pencemaran logam berat pada air sungai memberikan dampak kontaminasi pada tanah pertanian yang menggunakan sistem irigasi. Dalam menentukan logam berat dalam tanah, dapat dilakukan dengan pemisahan logam berat dari tanah dengan metode ekstraksi bertingkat, dimana untuk logam Zn dan Ni paling besar konsentrasinya pada fraksi yang terikat dengan Fe/Mn (fraksi 3). Pada penelitian ini, digunakan perangkat DGT untuk pengukuran spesi Logam berat Ni dan Zn dengan resin chelex-100 sebagai gel pengikat dan modifikasi kitosan dan poli(asam)akrilat sebagai pembanding. Didapatkan bahwa kitosan-PAA memiliki kemampuan yang hampir sama Chelex-100 dalam pengikatan logam Zn dan Ni. Semakin besar kosentrasi logam yang di spike, semakin besar pula logam tersebut terjerap di tanaman dan DGT. Korelasi antara bioavailabilitas logam berat di tanaman dan DGT dilihat dari nilai R, dimana korelasi logam Zn lebih besar dari pada Ni, baik untuk binding gel Chelex-100 maupun Kitosan-PAA. R logam Zn 0.86 dan 0.87 dan Ni sebesar 0.65 dan 0.64 berturut-turut untuk Chelex-100 dan Kitosan-PAA. ......Heavy metal pollution in river water has a contaminating impact on agricultural land that uses irrigation systems. In determining heavy metals in the soil, it can be done by separating heavy metals from the soil with a sequential extraction method, where Zn and Ni metals have the greatest concentration in the fraction bound to Fe / Mn (fraction 3). In this study, DGT was used for the measurement of heavy metal species Ni and Zn with chelex-100 resin as a binding gel and modified chitosan and poly (acid) acrylic as a comparison. It was found that chitosan-PAA has almost the same ability as Chelex-100 in binding Zn and Ni metals. The greater the metal concentration in the spike, the greater the metal is absorbed in plants and DGT. The correlation between the bioavailability of heavy metals in plants and DGT was seen from the R value, where the correlation of Zn metal was greater than that of Ni, both for Chelex-100 and Chitosan-PAA binding gel. R metal Zn 0.86 and 0.87 and Ni of 0.65 and 0.64 for Chelex-100 and Chitosan-PAA, respectively.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juniar Putri
Abstrak :
Logam berat merupakan unsur kimia yang mempunyal sifat racun (toksik) terhadap hewan dan manusia (zootoxiclty), juga tumbuhan (fitotoxiclty). Sebuah penemuan yang turut berperan panting daiam mengatasi pencemaran lingkungan oleh logam berat adalah dengan ditemukannya mineral zeolit. Dengan kemampuan adsorpsi dan.desorpsi serta pertukaran ion yang dimiliki zeolit, ia dapat digunakan untuk menyerap logam-logam berat pencemar. |V\»LIK pERPUSTAKft&N fmipa-u I Penelitian ini menggunakan aktivasi dengan basa dan impregnasi dengan mangan serta KMn04 dalam memodifikasi zeolit untuk menyerap logam berat yaitu kobalt (Co), timbal (Pb), dan krom (Cr). Tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh aktivasi basa dan impregnasi mangan dan KMn04 ' ; tersebut pada daya serap zeolit alam bayah terhadap logam berat Co^"*", Cr^"",, dan Pb^"". Ketiga unsur tersebut merupakan logam berat yang berbahaya karena mempunyal efek buruk pada kesehatan. Zeolit dimodifikasi dengan berbagai jenis perlakuan. Yaitu zeolit tanpa perlakuan (Zo), zeolit yang hanya teraktivasi (Za), zeolit tanpa aktivasi dengan impregnasi (Zoi), zeolit teraktivasi dan terimpregnasi (Zai), zeolit tanpa aktivasi yang diimpregnasi dan dioksidasi (Zoix). dan zeolit yang diaktivasi, diimpregnasi dan dioksidasi (Zaix) n Aktivasi basa menggunakan NaOH yang optimum pada kondisi ukuran zeolit 150 mesh dan perbandingan antara berat zeolit (g) dengan volume NaOH (ml) yaitu 1:4. Impregnasi zeolit menggunakan MnCl2.4H20 2M, kemudian oksidasi mangan zeolit menggunakan KMn04 0,5 % dalam suasana basa yang dibuat melalui penambahan KOH 1,25 M dengan perbandingan volume 1:1 dengan volume KMn04. Zeolit dengan berbagai jenis perlakuan tersebut kemudian digunakan untuk menyerap logam berat Cr(lll), Co(ll), dan Pb(ll) dengan mengalirkan masing-masing 10 ppm atau dalam mek : 576,92 x 10"^; 338,98 x 10"^ ; dan 96 X 10'® mek melalui kolom berdiameter 10 mm. Zeolit dengan perlakuan aktivasi, impregnasi, dan oksidasi menunjukkan kondisi paling baik karena mampu menyerap seluruh logam berat yang melewatinya, dan dapat meminimalisir mangan yang terdesorpsi dari zeolit. Bahkan, untuk zeolit yang digunakan untuk menyerap Cr(lll) dan Pb(li) tidak ditemukan adanya mangan yang terdesorpsi. Proses yang terjadi dalam penyerapan logam berat ini adalah sebagian kecil pertukaran kation dan sebagian besarnya adsorpsi (penjerapan) logam dalam rongga zeolit yang telah diimpregnasi oleh oksida mangan
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatrin Edelwine Shafira Putri
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian terkait analisis kandungan logam berat Pb, Cd dan Zn pada spons Stylissa massa, air laut, dan sedimen di perairan Pulau Pramuka dan Pulau Semak Daun, Kepulauan Seribu. Sampel S. massa dikering-bekukan, dan dimaserasi menggunakan larutan HNO3 pekat selama 48 jam untuk mendapatkan larutan ekstraksi. Sampel air laut diekstraksi menggunakan HNO3 pekat sedangkan sampel sedimen diekstraksi menggunakan larutan HF. Larutan ekstraksi S. massa, air laut dan sedimen selanjutnya dianalisis menggunakan alat ICP-MS (Inductively Coupled Plasma – Mass Spectrometry) untuk mengetahui kandungan Pb, Cd dan Zn. Hasil analisis logam berat pada S. massa, air laut dan sedimen menunjukkan bahwa kandungan Pb, Cd dan Zn pada perairan Pulau Pramuka lebih tinggi dibandingkan Pulau Semak Daun. Logam berat Zn memiliki konsentrasi tertinggi pada setiap sampel S. massa, air laut, dan sedimen. Konsentrasi Zn pada spons yaitu sebesar 11.603,2 ppb untuk sampel Pulau Pramuka dan 8.406,29 ppb untuk sampel Pulau Semak Daun, pada air laut sebesar 9,52 ppb untuk Pulau Pramuka dan 2,68 ppb untuk Pulau Semak Daun, sedangkan pada sedimen sebesar 2.968,38 ppb untuk Pulau Pramuka dan sebesar 1.312,95 ppb untuk Pulau Semak Daun. Sementara itu, konsentrasi Pb pada sampel spons Pulau Pramuka sebesar 498,08 ppb dibanding spons Pulau Semak Daun sebesar 313,46 ppb. Pb pada air laut Pulau Pramuka sebesar 0,51 ppb dan Pulau Semak Daun sebesar 0,43 ppb, sedangkan pada sedimen Pulau Pramuka sebesar 583,73 ppb dan 364,01 ppb pada sedimen Pulau Semak Daun. Konsentrasi Cd pada spons Pulau Pramuka yaitu sebesar 62,33 ppb dibanding Pulau Semak Daun sebesar 62,06 ppb. Pada air laut, Cd terkandung sebesar 0,02 ppb di Pulau Pramuka dan sebesar 0,03 ppb di Pulau Semak Daun, sedangkan sedimen Pulau Pramuka mengandung Cd sebesar 16,05 ppb dan 4,58 ppb pada sedimen Pulau Semak Daun ......Research related to the analysis of the heavy metal content Pb, Cd and Zn on Stylissa massa sponge, seawater and sediment in the waters of Pramuka Island and Semak Daun Island, Seribu Islands have been carried out. The S. massa samples were freeze-dried, and macerated using HNO3 solution for 48 hours to obtain the extraction solution. Seawater samples were extracted using HNO3 solution, while sediment samples were extracted using HF solution. The extraction solution of S. massa, seawater and sediment were then analyzed using the ICP-MS (Inducively Coupled Plasma - Mass Spectrometry) to see the content of Pb, Cd and Zn. The result of heavy metals analysis on S. massa, seawater and sediment showed that the content of Pb, Cd and Zn in Pramuka Island were higher than Semak Daun Island. Heavy metal Zn had the highest concentration in each sample of S. massa, seawater, and sediment. The Zn concentration in the sponge amounted to 11.603,2 ppb for the Pramuka Island’s sample and 8.406,29 ppb for the Semak Daun Island’s sample, in seawater Zn amounted to 9,52 ppb for Pramuka Island and 2,68 ppb for the Semak Daun Island, while in sediment was 2.968,38 ppb for Pramuka Island and 1.312,95 ppb for Semak Daun Island. Meanwhile, the Pb concentration in the Pramuka Island’s sponge amounted to 498,08 ppb compared to the Semak Daun Island’s sponge amounted to 313,46 ppb. Pb in Pramuka Island’s seawater was 0,51 ppb and Semak Daun Island’s was 0,43 ppb, while in Pramuka Island’s sediment amounted to 583,73 ppb and 364,01 ppb in Semak Daun Island’s sediment. The concentration of Cd in Pramuka Island’s sponge was 62,33 ppb compared to Semak Daun Island’s sponge, which was 62,06 ppb. In seawater, Cd amounted to 0,02 ppb in Pramuka Island and 0,03 ppb in Semak Daun Island, while Pramuka Island’s sediment contained 16,05 ppb of Cd and 4,58 ppb in the Semak Daun Island’s sediment
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Welly
Abstrak :

Pada penelitian ini telah dilakukan sintesis Ion Imprinted Polymer (IIP) logam Fe3+ dengan asam galat sebagai monomer fungsional dan logam Fe3+ sebagai template. Gugus hidroksil (OH) yang terdapat dalam asam galat berperan sebagai donor elektron (ligan) untuk membentuk kompleks dengan template logam Fe3+. Kompleks yang terbentuk dipolimerisasi dengan metode polimerisasi bulk dengan penambahan inisator AIBN dan crosslinker EGDMA. Sintesis IIP dilakukan dengan melakukan variasi perbandingan ligan:monomer (1:1, 1:2, dan 1:3). Hasil sintesis IIP dan NIP (IIP tanpa logam) kemudian dikarakterisasi menggunakan spektrometer Fourier Transform Infra Red (FTIR), Scanning Electron Microscopy (SEM-EDS), dan Thermogravmetric Analysis (TGA). Uji adsorpsi menunjukkan bahwa perbandingan sintesis yang optimum dihasilkan pada rasio perbandingan ligan:monomer 1:2 dengan kapasitas adsorpsi 122,26 mg/g pada pH 5 dan waktu kontak 60 menit. Persamaan regresi dari IIP mengikuti isoterm Freundlich dengan nilai R2 = 0,9789. Uji selektivitas IIP dilakukan terhadap ion logam campuran menunjukkan urutan adsorpsi yaitu Fe(III) > Ag(I) > Cr(III) dengan nilai relatif faktor selektivitas (αr) dari Fe(III) / Cr(II) dan Fe(III)/ Ag (I) masing masing adalah 3,410 dan 0,707. Kemampuan recovery IIP diuji dengan menggunakan sampel air Danau Kenanga UI dan didapatkan persen recovery sebesar 102,02 %, 97,04%, dan 96,61%.

 


In this study, the synthesis of Fe3+-Ion Imprinted Polymer (IIP) with gallic acid as organic ligand and Fe3+ metal as a template. The hydroxyl (OH) group contained in gallic acid acts as an electron donor (ligand) to form complexes with Fe3+ metal templates. The formed complex then polymerized using bulk polymerization method with the addition of AIBN initiators and EGDMA as crosslinkers. IIP synthesis was carried out by varying the ratio of ligands: monomers (1:1, 1:2, and 1:3). The synthesis results of IIP and NIP characterized using Fourier Transform Infra-Red Spectrometer (FTIR), Scanning Electron Microscopy (SEM-EDS), Thermogravimetric Analysis (TGA). The Fe3+ metal template is leached from the polymer matrix by adding HNO3. Adsorption test exhibit the optimum ratio of 2:1 synthesis with maximum adsorption capacity of 122.264 mg / g at pH 5 with 60 minutes contact time. The adsorption mechanism followed the Freundlich equation with R2 = 0.9789. The IIP selectivity test for adsorption binary metals carried out: Fe (III)> Ag (I)> Fe (Cr) with the relative value of selectivity factor (αr) from Fe (III) / Cr (II) and Fe (III) / Ag ( I) are 3.41 and 0.707, respectively. The recovery test was obtained from water sample with percent recovery 102,02 %, 97,04%, and 96,61%.

 

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiana Helvy Sumanti
Abstrak :
Logam berat merupakan bahan pencemar yang berbahaya karena bersifat non-biodegradable sehingga mudah terakumulasi di perairan dan biota laut. Biomonitor logam berat penting dilakukan untuk mempertahankan kualitas perairan ekosistem laut. Spons merupakan biota laut yang cocok dijadikan biomonitor logam berat karena hidup sesil dan hewan filter feeder. Penelitian dilakukan terkait deteksi dan analisis logam Cd dan Zn pada spons Petrosia ficiformis pada kedalaman 10 m dan 20 m Pulau Pramuka. P. ficiformis merupakan spesies spons yang tersebar luas hingga di beberapa kedalaman. Analisis logam Cd dan Zn juga dilakukan pada sampel air dan data parameter lingkungan untuk mendukung data penelitian. Kadar logam sampel air dan P. ficiformis dianalisis menggunakan alat ICP-OES. Konsentrasi logam Cd dan Zn pada sampel air di kedalaman 20 m (56,82 ± 3,71 ppb dan 313,92 ± 300,01 ppb) lebih tinggi dibandingkan dengan 10 m (54,14 ± 1,39 ppb dan 132,88 ± 48,78 ppb). Konsentrasi rata-rata logam Cd pada P. ficiformis pada kedalaman 10 m yaitu 3.394,52 ± 982,69 ppb lebih tinggi dibandingkan dengan 20 m adalah 3.339,98 ± 740,69 ppb. Sedangkan, konsentrasi rata-rata logam Zn pada P. ficiformis pada 20 m adalah 52.831,90 ± 13.406,37 ppb lebih tinggi dibandingkan kedalaman 10 m yaitu 41.503,35 ± 13.636,58 ppb. Hasil menunjukkan bahwa konsentrasi rata-rata logam Cd dan Zn pada sampel air berbeda nyata pada kedalaman 10 m dan 20 m. Sedangkan, konsentrasi Cd dan Zn pada P. ficiformis pada kedalaman 10 m dan 20 m tidak berbeda nyata. ......Heavy metals are dangerous pollutants because they are non-biodegradable thus they easily accumulate in waters and marine life. Heavy metal biomonitor is important to maintain the quality of marine ecosystem waters. Sponges are marine biota that is suitable to be used to monitor heavy metals because they are sessile filter feeders. Research regarding Cd and Zn analysis in Petrosia ficiformis sponges in the depth of 10 m and 20 m have been done in Pramuka Island. P. piciformis is a species of sponge that can be found in different depths. Analysis of Cd and Zn metals on water samples and environmental parameter data was also carried out to support the research data. Water samples and P. ficiformis were analyzed using the ICP-OES tool. The concentration of Cd and Zn metals in water samples at a depth of 20 m (56,82 ± 3,71 ppb and 313,92 ± 300,01 ppb) was higher than that of 10 m (54,14 ± 1,39 ppb and 132,88 ± 48,78 ppb). The concentration of Cd in P. ficiformis at 10 m (3.394,52 ± 982,69 ppb) was higher than that of 20 m (3.339,98 ± 740,69 ppb). Meanwhile, the concentration of Zn in P. ficiformis was higher at 20 m (52.831,90 ± 13.406,37 ppb) than that of 10 m (41.503,35 ± 13.636,58 ppb). The results showed that the mean concentrations of Cd and Zn metals in water samples were significantly different at 10m and 20m depths. Meanwhile, the concentrations of Cd and Zn in P. ficiformis at a depth of 10m and 20m were not significantly different.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Zahara
Abstrak :
Timbal merupakan salah satu logam berat yang sangat berbahaya di lingkungan karena bersifat karsinogenik, dapat terakumulasi dalam tubuh, dan toksisitasnya yang tinggi. Pemisahan logam berat dapat dilakukan dengan beberapa metode, diantaranya ekstraksi, filtrasi membran dan adsorpsi. Metode adsorpsi digunakan dalam pemisahan logam timbal karena proses sintesis adsorbennya yang mudah dan efisien. Salah satu jenis adsorben yang dapat digunakan yaitu Ion Imprinted Polymer. IIP adalah polimer yang porinya dicetak dengan template logam agar dapat menjadi adsorben yang selektif pada ion target. IIP terdiri dari polimer dengan pengikat silang , yang rongganya diisi dengan kompleks yang terdiri dari ligan dengan template logam setelah pencucian ion template dapat selektif mengikat ion target. Pada penelitian ini dilakukan sintesis IIP menggunakan metil metakrilat (IIP-MMA) yang bersifat netral dan 4-vinil piridin (IIP-4VP) yang bersifat basa. Sintesis dilakukan dengan pembentukan kompleks logam Pb(II) dengan asam galat sebagai ligan, EGDMA sebagai crosslinker, AIBN sebagai insiator dan etanol sebagai porogen. Sebagai control IIP disintesis dengan metoda yang sama dengan IIP namun tanpa penggunaan template. Hasil sintesis dikarakterisasi menggunakan spektrometer Atomic Absorption Spectrometry (AAS), Fourier Transform Infrared (FTIR), Scanning Electron Microscope (SEM), dan Thermogravimetric Analysis (TGA). IIP mengadsopsi ion Pb(II) optimum pada pH 5 dengan waktu kontak 90 menit. Proses adsorpsi NIP-MMA, NIP-4VP, IIP-MMA, dan IIP-4VP sesuai dengan kinetika pseudo orde kedua dengan nilai R2 = 0.9596, 0.9624, 0.8904, dan 0.8525, IIP dan NIP sesuai dengan isoterm adsorpsi Freundlich dengan nilai R2 = 0.8045, 0.8489, 0.6738, 0.5737 yang menunjukan bahwa adsopsi terhadap Pb(II) lapisan multilayer. Kapasitas adsopsi tertinggi terhadap Pb(II) diperoleh dengan IIP-4VP yaitu sebesar 5.92 mg/g. IIP-MMA dan IIP-4VP menunjukan selektifitas yang baik terhadap interferensi logam Cd(II) dan Cr(III) ......Lead is a heavy metal that is very dangerous in the environment because it is carcinogenic, can accumulate in the body, and has high toxicity. Separation of heavy metals can be done by several methods, including extraction, membrane filtration and adsorption. The adsorption method is used in the separation of lead metal because the adsorbent synthesis process is easy and efficient. One type of adsorbent that can be used is Ion Imprinted Polymer. IIP is a polymer whose pores are molded with a metal template so that it can become a selective adsorbent on the target ion. IIP consists of a crosslinked polymer, whose cavity is filled with a complex consisting of ligands with a metal template after washing the template ion can selectively bind to the target ion. In this study, IIP synthesis was carried out using neutral methyl methacrylate (IIP-MMA) and 4-vinyl pyridine (IIP-4VP) which was alkaline. Synthesis was carried out by forming a metal complex of Pb (II) with gallic acid as a ligand, EGDMA as a crosslinker, AIBN as an initiator and ethanol as a porogen. As a control, IIP was synthesized using the same method as IIP but without the use of templates. The synthesis results were characterized using Atomic Absorption Spectrometry (AAS), Fourier Transform Infrared (FTIR), Scanning Electron Microscope (SEM), and Thermogravimetric Analysis (TGA). IIP adsorbs optimum Pb (II) ion at pH 5 with a contact time of 90 minutes. The adsorption processes of NIP-MMA, NIP-4VP, IIP-MMA, and IIP-4VP are in accordance with second-order pseudo kinetics with values of R2 = 0.9596, 0.9624, 0.8904, and 0.8525, IIP and NIP correspond to Freundlich's adsorption isotherm with R2 = 0.8045, 0.8489, 0.6738, 0.5737 which showed that the adsorption of Pb (II) multilayer layers. The highest adsorption capacity for Pb (II) was obtained by IIP-4VP, which was 5.92 mg/g. IIP-MMA and IIP-4VP showed good selectivity against Cd (II) and Cr (III) metal interference.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas Josef Ridwan
Abstrak :
Keberadaan cemaran logam berat dalam ikan asin yang umum dikonsumsi masyarakat Indonesia dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kadar kadmium (Cd) dan timbal (Pb) dalam ikan teri kering dan ikan asin tenggiri yang diperoleh di Muara Angke. Logam berat dianalisis dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) pada panjang gelombang yang spesifik yaitu 283,3 nm untuk timbal dan 228,8 nm untuk kadmium. Penelitian ini menunjukkan bahwa kadar timbal pada ikan teri kering 0,7151? 0,7158 µg/g berat basah, sementara pada ikan asin tenggiri 0,9412?0,9516 µg/g berat basah. Kadar kadmium pada ikan teri kering 0,1060? 0,1179 µg/g berat basah dan pada ikan asin tenggiri 0,0394?0,0424 µg/g berat basah. Berdasarkan batas aman yang ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional 2009, ikan teri kering (Stolephorus spp.) dan ikan asin tenggiri (Scomberomorus sp.) melewati batas aman yang ditetapkan.
Abstract
Contamination of heavy metals in salted fish that commonly consumed by Indonesian people may cause various health problems. The study aimed to determine levels of cadmium (Cd) and lead (Pb) in dried anchovy (Stolephorus spp.) and salted mackerel (Scomberomorus sp.) from Muara Angke. Heavy metals were analyzed by Atomic Absorption Spectrometry (AAS) at specific wavelenght, which were 283,3 nm for lead and 228,8 nm for cadmium. This research showed that dried anchovy contained lead 0,7151 to 0, 7150 µg/g wet weight, and salted mackerel 0,9412 to 0,9516 µg/g wet weight. While dried anchovy contained cadmium 0,1060 to 0,1179 µg/g wet weight and salted mackerel 0,0394 to 0,0424 µg/g wet weight. Under the safe limit set by Badan Standarisasi Nasional 2009, dried anchovy (Stolephorus spp.) dan salted mackerel (Scomberomorus sp.) do not pass the safe limit set.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S196
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Cahaya Dani
Abstrak :
Logam berat seperti nikel dan kadmium yang berasal dari limbah-limbah hasil kegiatan manusia (industi, domestik) dapat mengakibatkan pencemaran dan mengendap pada sedimen dasar laut. Perubahan pH perairan, dapat menyebabkan terjadinya proses pelepasan (leaching) logam di sedimen ke badan perairan kemudian terbioakumulasi pada biota di lingkungan tersebut. Untuk melihat adanya pengaruh perubahan pH pada proses pelepasan (leaching) logam tersebut, dilakukan ekstraksi pada sedimen dengan berbagai variasi pH (TCLP method). Dari hasil studi pelepasan tersebut terdeteksi adanya logam kadmium (Cd) dan nikel (Ni), untuk melihat sifat bahaya dari logam kadmium dan nikel, dilakukan uji simulasi bioakumulasi logam pada biota perairan dengan menggunakan bioindikator Cyprinus carpio (OECD Guideline 305). Berdasarkan hasil data analisa didapatkan kadar nikel dalam sedimen pada ekstrak pH 3, 5 dan 7 mencapai 2,55 - 27,94 μg/g sedangkan untuk kadmium mencapai 4,31- 4,68 μg/g. Pengamatan bioakumulasi logam nikel dan kadmium pada ikan dilakukan selama 28 hari dengan melihat kadar kadmium dan nikel pada daging dan insang ikan. Pada daging ikan, konsentrasi kadmium tertinggi yaitu sebesar 3,179 μg/g sedangkan pada insang adalah 5,392 μg/g. Konsentrasi nikel tertinggi pada daging ikan adalah sebesar 4,557 μg/g sedangkan untuk insang adalah sebesar 10,417 μg/g. Hasil studi menunjukkan adanya akumulasi logam kadmium dan nikel pada biota. ......Heavy metals such as nickel and cadmium from the waste of human activities (industry, domestic,) can lead the pollution and sediments deposited on the seabed. Water pH changing, can lead to the release (leaching) metals in the sediment into the water body and then it will be bioaccumulated on biota arround the environment. To see the effect of pH changing on the release (leaching) of these metals, extracting the sediment at pH variations has done (TCLP method). From the results of detection metals cadmium (Cd) and nickel (Ni) release studies, to see the hazards of cadmium and nickel metal, carried out a simulation of bioaccumulation test on biota using bioindikator Cyprinus carpio (OECD Guideline 305). Based on the analysis of data obtained in the nickel content in the sediment extract pH 3, 5 and 7 reached 2.55 to 27.94 μg/g, while for cadmium reaches 4.31 to 4.68 μg/g. Observation of metallic nickel and cadmium bioaccumulation in fish hass done for 28 days by looking at levels of cadmium and nickel on the gills of fish and meat. In the flesh of fish, the highest cadmium concentration of 3.179 μg/g while in the gills is 5.392 μg/g. The highest nickel concentrations in fish flesh is equal to 4.557 μg/g while for gill is equal to 10.417 μg/g. The study results indicate the presence of cadmium and nickel metal accumulation on biota.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42602
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Afdhal Adidharma
Abstrak :
Logam Berat merupakan jenis pencemar di perairan yang berkaitan erat dengan Total Padatan Tersuspensi (TSS). Eratnya hubungan dari kedua parameter tersebut dapat menjadi potensi dalam menilai secara tidak langsung logam berat di perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara TSS dan berat Nikel (Ni) dan Tembaga (Cu) yang terikat didalamnya, kemudian distribusi TSS di perairan diestimasi menggunakan teknik penginderaan jauh untuk menggambarkan secara tidak langsung distribusi kedua logam berat tersebut, dan mengetahui pengaruh dari parameter perairan terhadap distribusi kandungan TSS dan logam berat. Penelitian ini dimulai dengan pengambilan sampel yang dilakukan pada 31 Maret – 1 April 2023 di 36 titik sampling yang telah ditentukan. Sampel air dianalisis kandungan TSS-nya menggunakan metode gravimetri serta kandungan logam berat Ni dan Cu yang terikat dalam TSS tersebut dianalisis menggunakan metode Inductively Coupled Plasma - Optical Emission Spectrometry (ICP-OES). Parameter perairan yang mencakup kedalaman, arus, gelombang, pasang surut, suhu, pH dan salinitas diukur dan dianalisis untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kandungan dan pola sebaran TSS maupun logam berat di perairan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan TSS berkisar antara 6 hingga 45 mg/l, dimana kandungan tertinggi ditemukan di sekitar daerah pertambangan di Desa Tapuemea dan muara Sungai Lasolo. Kandungan logam berat Ni dan Cu masing masing berkisar antara 0,03 – 0,1 mg/kg dan 0,006 – 0,5 mg/kg. Secara spasial, kedua logam tersebut sama-sama ditemukan tertinggi pada perairan yang jauh dari area pertambangan yaitu di pesisir Kelurahan Molawe. Pola sebaran spasial parameter TSS dan logam berat yang tidak menunjukkan korelasi mengindikasikan bahwa sebaran TSS tidak dapat menggambarkan secara tidak langsung langsung pola sebaran logam berat di Teluk Lasolo. Berdasarkan hasil analisis statistik, distribusi TSS dipengaruhi oleh pH air, logam berat Ni dipengaruhi oleh arus dan Cu tidak dipengaruhi oleh seluruh parameter. Hasil pemodelan spasial menunjukkan dugaan bahwa gelombang dan pasang surut memiliki pengaruh dalam distribusi TSS dan logam berat. ......Heavy metals are a type of pollutant in water closely related to Total Suspended Solids (TSS). The close relationship between these two parameters can be a potential indirect assessment of heavy metals in water. This research aims to determine the relationship between TSS and the weight of Nickel (Ni) and Copper (Cu) bound within it. Additionally, the distribution of TSS in water is estimated using remote sensing techniques to indirectly depict the distribution of these heavy metals. The study also aims to identify the influence of water parameters on the distribution of TSS and heavy metals. The research began with sampling on 31 March – 1 April 2023, at 36 predetermined sampling points. Water samples were analyzed for TSS content using gravimetric methods, and the content of Ni and Cu bound in TSS was analyzed using Inductively Coupled Plasma - Optical Emission Spectrometry (ICP-OES). Water parameters, including depth, current, waves, tides, temperature, pH, and salinity, were measured and analyzed to determine their influence on the content and distribution patterns of TSS and heavy metals in water. The results showed that TSS content ranged from 6 to 45 mg/l, with the highest content found around mining areas such as jetty in Tapuemea Village and the mouth of the Lasolo River. The content of heavy metals Ni and Cu ranged from 0.03 to 0.1 mg/kg and 0.006 to 0.5 mg/kg, respectively. Spatially, both metals were found highest in waters far from mining areas, specifically in the coastal area of Molawe Village. The spatial distribution pattern of TSS and heavy metals, which did not show correlation, indicates that the TSS distribution cannot directly depict the spatial distribution pattern of heavy metals in Teluk Lasolo. Based on statistical analysis, TSS distribution is influenced by water pH, Ni is influenced by currents, and Cu is not influenced by any parameter. Spatial modeling results suggest that waves and tides have an impact on the distribution of TSS and heavy metals.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Affalia Maydi Hatika
Abstrak :
ABSTRAK
Seiring dengan berkembangnya industri dan banyaknya aktivitas manusia di perairan, perlu adanya tanggung jawab terhadap kerusakan lingkungan khususnya di wilayah perairan. Akibat dari penangganan limbah yang kurang baik dari adanya kandungan toksik senyawa kimia logam berat. Ekosistem yang telah terlihat akibat pencemaran limbah dari logam berat yakni laut sebagai tempat akhir dari akumulasi toksikan. Fitoplankton merupakan produsen utama dalam memproduksi energi dan termasuk salah satu bentik yang berdampak langsung terhadap cemaran logam berat di laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui toksisitas logam berat kadmium Cd dan tembaga Cu terhadap pertumbuhan sel dari fitoplankton Chaetoceros gracilis dan Tetraselmis sp. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi logam berat, densitas sel dari fitoplankton akan semakin menurun. Berdasarkan penelitian, diperoleh nilai IC50-96 jam kadmium Cd dan tembaga Cu terhadap pertumbuhan Chaetoceros gracilis 2,39 mgCd/L dan 0,09 mgCu/L serta Tetraselmis sp adalah 5,37 mgCd/L dan 0,21 mgCu/L. Logam berat tembaga Cu memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan kadmium Cd, sehingga tembaga Cu lebih toksik dari pada kadmium Cd terhadap kedua fitoplakton uji Chaetoceros gracilis dan Tetraselmis sp.
ABSTRACT
The development of industry and the number of human activities in the waters, the need for responsibility for environmental damage, especially in the territorial waters. As a result of unsubstantiated waste subscribers from the toxic content of heavy metal chemical compounds. Ecosystems that have been seen due to pollution of waste from heavy metals such as the sea as the end of the toxic accumulation. Phytoplankton is a major producer of energy production and is one of those benthic impacts on heavy metal contamination. This study aims to determine the toxicity of heavy metals cadmium Cd and copper Cu to cell growth from phytoplankton Chaetoceros gracilis and Tetraselmis sp. The results show that the higher the concentration of heavy metals, cell density of phytoplankton will decrease. Based on the research, IC50 96 hours cadmium Cd and copper Cu were obtained on growth of Chaetoceros gracilis 2,39 mgCd L and 0,09 mgCu L and Tetraselmis sp was 5,37 mgCd L and 0,21 mgCu L. Copper heavy metal Cu has a smaller value than cadmium Cd, so copper Cu is more toxic than cadmium Cd against both test phytopathtons Chaetoceros gracilis and Tetraselmis sp.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>