Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
R. Agus Murdiyoto
"Pada daerah tropis,tingginya temperatur pada permukaan bumi merupakan suatu hal yang perlu diperhitungkan, agar orang dapat bekerja dengan nyaman. Berbagai alat dipergunakan untuk mengatasi hal tersebut. Posisi lain agar beban alat pendingin tidak bertambah berat,perlu dipasang bahan penyekat ruangan antara ruangan bagian dalam dengan bagian luar yang mempunyai perbedaan temperatur yang besar. Isolasi panas sebagai penyekat ruangan dapat terbuat dari berbagai macam bahan. Pada penelitian ini dipergunakan bahan dari tanaman ilalang yang dicampur dengan semen portland. Dipilih tanaman ilalang, sebab tanaman ini banyak terdapat di lingkungan kita dan merupakan tanaman liar yang tidak disenangi oleh manusia. Setelah daun ilalang dijemur kurang lebih 2-3 hari,kemudian dicampur dengan PC dan air. Setelah itu di cetak pada suatu cetakan yang telah dipersiapkan. Proses pengeringan bahan ini, kurang lebih 7 hari. Pada hari kedelapan dilakukan percobaan untuk mendapatkan harga konduktivitas thermal dari benda uji tersebut. Dari percobaan didapat harga konduktivitas thermal bahan kecil (lebih kecil dari 1), sehingga dapat dikatakan bahwa tanaman ilalang yang dicampur dengan PC + air dapat dipergunakan sebagai bahan isolasi panas untuk penyekat ruangan."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1993
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Taufan
"ABSTRAK
Material sebagai unsur pernbentuk alat produk telcnologi yang diperlukan
dalam hidup manusia sampai saat ini telah mengalami perkembangan yang pesat,
bempa peningkatan kualitas material yang telah dikenal sebelumnya maupun
dengan adanya inovasi baru dari jenis-jenis material yang sebelumnya tidak lazim
dipergunakan sebagai alat produk teknologi. Pengaruh perlakuan panas
mempakan salah satu metode yang digunal-can dalarn rangl-ca peningkatan kualitas
material besi tuang kelabu, yang dapat dilcatakan hampir selalu hadir dalam besi
tuang kelabu tetapi pengaruhnya yang pasti masih menjadi penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk rnempelajari pengaruh temperatur terhadap
kekerasan, distribusi pengerasan, dan struktur mikro pada proses perlalcuan panas
besi tuang lcelabu. Parameter penelitian adalah temperatur 700, 750, 800, 850, dan
900°C dengan masing-masing waktu tahan 30 menit_ ?
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan kekerasan pada
temperatur 700, 750, dan SO0°C masing-masing sebesar 12,44 %, 8,61 %, dan
8,61 % dan teijadi peningkatan kekerasan pada temperatur 850 dan 900°C
masing-masing sebesar 73,47 % dan 117,22 %. Distribusi pengerasan ketika
sampel clipanaskan pada temperatur austenisasi dan kemuclian clicelup dalam oli
menunjukkan bahwa bagian atas sampel memiliki kekerasan yang lebih besar
dibandingkan bagian tengahnya Struktur mikro sampel yang dipanasl-can pada
temperatur 700, 750, clan 800°C adalah grafit clengan matriks perlit clan ferit.
Sedangkan struktur mil-:ro sampel yang dipanaslcan pada temperatur 850 dan
900°C adalah grafit dan bainit."
2000
S41583
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Agung JF
"Penggunaan baja cor tahan panas banyak dijumpai pada komponen-komponen industri yang beroperasi pada temperatur tinggi lebih dari 650 "C. Sayangnya saat ini sebagian besar kebutuhan baja ini di tanah air dipenuhi oleh material impor, hanya sebagian kecil saja industri yang mampu membuat baja lahan panas ini, itupun bahan baku proses yang dipergunakan sebagian besar merupakan bahan baku impor. Disisi lain Indonesia merupakan negara penghasil bahan baku utama proses pembuatan baja tahan panas tersebut yaitu bahan baku Ferro Nikel, sehingga peluang untuk pengembangan material tahan panas ini di tanah air untuk dapat mensubstitusi produk impor sangatlah besar. Penelitian ini dilakukan untuk mengkarakterisasi S0211 creep rupture baja cor tahan panas HK 40 berbahan baku Ferro nikel Iokal yang akan berguna dalam proses desain serta perkiraan umur pakai dari komponen-komponen industri yang mempergunakan material baja cor tahan panas ini. Pengujian creep rupture baja HK 40 berbahan baku Ferro Nike/ lokal dilakukan pada temperatur 700, 733, 766 dan 800 "C dengan beban konstan 182 MPa dengan menggunakan standar uji ASTM E 139-96. Pemilihan temperatur uji ini didasarkan atas perilaku dari baja cor tahan panas HK 40 yang akan membentuk endapan karbida jenis MBC6 dan M6C pada range temperatur 600 sampai dengan 950 °C yang sangat berpengaruh terhadap sifat creep rupture baja cor HK 40 ini. Data-data sifat creep rupture baja cor tahan panas berbahan baku Ferro Nikel Lolfal tersebut kemudian dibandingkan dengan HK 40 berbahan baku Ni impor dan data Iiteratur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat creep rupture baja cor lahan panas HK 40 berbahan baku Fe-N7 lokal lebih baik dibandingkan dengan yang berbahan baku Ni impor dan melebihi dura creep rupture HK 40 standar AC! pada range temperatur 700 - 800 °C. Akan tetapi di sisi lain baja cor HK 40 berbaham baku Ferro Nlkel lokal ini memiliki duktililas yang relatif rendah Serta banyak mengandung impurities non metalic inclusion jenis olrsida."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S41318
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Purba G., Edward Hasoloan
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T39695
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Wahyuningsih
"[ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian sifat listrik bahan perovskit SrFeO3 dan LaFeO3 pada
temperatur tinggi pada kisaran temperatur ruang hingga 250 0C. Sampel disinter
950 0C selama 6 jam. Hasil karakterisasi XRD menunjukkan SrFeO3 memilik fase
tunggal dan memiliki struktur kristal kubik dengan space grup pm3m dan
grainsize 20 nm, dan LaFeO3 memiliki struktur kristal orthorombik dengan space
grup Pbnm dan grainsize 22 nm. Data impedansi disajikan dalam bentuk nyquist
plot dan bode plot yang digunakan untuk mengidentifikasi parameter rangkaian
ekivalen. Sifat listrik bahan SrFeO3 dan LaFeO3 dapat dideskripsikan dengan
rangkaian R, RC paralel maupun kombinasi dari keduanya yang menunjukan
adanya kontribusi grain dan grain boundary. Energi aktivasi diperoleh dari
hubungan konduktivitas dc sebagai fungsi temperatur. Energi aktivasi sampel
SrFeO3 dan LaFeO3 adalah 0,1817 eV dan 0,0158 eV.

ABSTRACT
The electrical properties of SrFeO3 and LaFeO3 perovskite materials are
investigated at high temperatures from room temperature to 250 0C. Samples are
sintered at 950 0C for 6 hours. XRD characterization show SrFeO3 has a single
phase and having cubic structure with pm3m space group and grainzise 20 nm.
LaFeO3 having orthorombic structure with Pbnm space group and grainsize 22 nm.
Impedance data are presented in the nyquist plot and bode plot which is used to
identify an equivalent circuit. The electrical properties of SrFeO3 and LaFeO3
perovskite materials can described by R, RC parallel or both combination that
seem a grain and grain boundary. The value of the activation energy which is
evaluated from dc conductivity as a function of temperature. The activation
energy of SrFeO3 and LaFeO3 is 0.1817 eV and 0.0158 eV., The electrical properties of SrFeO3 and LaFeO3 perovskite materials are
investigated at high temperatures from room temperature to 250 0C. Samples are
sintered at 950 0C for 6 hours. XRD characterization show SrFeO3 has a single
phase and having cubic structure with pm3m space group and grainzise 20 nm.
LaFeO3 having orthorombic structure with Pbnm space group and grainsize 22 nm.
Impedance data are presented in the nyquist plot and bode plot which is used to
identify an equivalent circuit. The electrical properties of SrFeO3 and LaFeO3
perovskite materials can described by R, RC parallel or both combination that
seem a grain and grain boundary. The value of the activation energy which is
evaluated from dc conductivity as a function of temperature. The activation
energy of SrFeO3 and LaFeO3 is 0.1817 eV and 0.0158 eV.]"
2015
T43840
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Al Fauzan Jannatunnaim Yasfi
"Penerapan Zirkonium Silikat (ZrSiO2) sebagai bahan utama refractory coating dapat meningkatkan kehalusan permukaan pengecoran dan mengatasi die soldering. Harganya yang mahal menyebabkan dibutuhkannya alternatif bahan untuk mengurangi biaya produksi. Alumina (Al2O3) dapat dianggap sebagai alternatif bahan karena temperatur leleh tinggi dan bebas kandungan besi. Penelitian ini bertujuan mengetahui variasi konsentrasi, distribusi partikel alumina sebagai substitusi parsial filler utama pada lapisan pengecoran, dan perlakuan pengeringan sampel coating yang tepat. Variasi konsentrasi yang digunakan pada alumina adalah 16%, 18 %, dan 20%. Distribusi partikel yang digunakan adalah bahan filler yang tidak dilakuan milling dan yang telah dilakuan milling .Untuk optimalisasi sampel coating juga dikeringkan pada temperatur kamar dan 100oC.
Karakterisasi yang digunakan adalah Particle Size Analyzer (PSA), nilai viskositas, Differential Thermal Analysis (DTA) untuk menguji ketahan panas coating, dan pemindai permukaan dengan Scanning Electron Microscope (SEM). Konsentrasi alumina 16% menghasilkan nilai viskositas yang lebih tinggi yang memudahkan pendepositan coating, distribusi partikel alumina yang lebih lebar menghasilkan keberagaman ukuran partikel yang menunjang kualitas pelapis pengecoran karena saling kuncian antar butir dan lewatnya gas keluar coran logam, dan pengeringan sampel coating pada temperatur 100oC menghasilkan kerapatan morfologi. Hasil penambahan alumina dinilai sebanding dengan pelapis cetakan pengecoran berbahan utama zirkon silikat.

The application of Zirconium Silicate (ZrSiO2) as refractory coating material can improve smoothness of casting surface and overcome die soldering. The cost is quite expensive causing the need for alternative materials to reduce production costs. Alumina (Al2O3) can be considered as an alternative material because of its high melting temperature and free of iron content. This study aims to determine proper concentration variation, distribution of alumina particles as a partial substitution of the main fillers in the casting layer, and drying treatment of coating samples. The variation in concentration used in alumina is 16%, 18%, and 20%. Particle distribution used is filler material that is not treated with milling and which has been treated with milling. To optimize this research, coating samples are also dried at room temperature and 100oC.
The characterization used was Particle Size Analyzer (PSA), viscosity value, and Differential Thermal Analysis (DTA) to test the heat resistance of the coating. The surface is scanned by Scanning Electron Microscope (SEM). The 16% alumina concentration results in a higher viscosity value which facilitates better coating depositition, a wider distribution of alumina particles resulting in a variety of particle sizes that support the quality of the casting coating due to grain interlocking and passing gases out of metal castings, and drying coating samples at temperatures 100oC produces morphological densities. The result of adding alumina is considered comparable to the refractory coating made from zircon silicate.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Hanifa
"Geopolimer pada aplikasinya sebagai material alternatif memerlukan kemampuan ketahanan panas yang baik sebagai bahan bangunan apabila terjadi kebakaran atau bahkan dapat dijadikan sebagai bahan refraktori. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui  ketahanan panas geopolimer berbasis metakaolin (GM) yang ditambahkan filler zirkon terhadap ketahanan panas yang dibandingkan dengan semen tahan api yaitu calcium aluminate cements (CAC). Sampel yang diteliti merupakan mortar geopolimer berbasis metakaolin dengan larutan NaOH + Na2SiO3 dengan ditambahkan sebanyak 20% pasir zirkon dan pasir ottawa sebagai pembanding. Kemudian setelah curing 28 hari sampel dilakukan variasi perlakuan panas yaitu yang tidak dipanaskan dan yang dipanaskan pada suhu 200°C selama 2 jam. Hasil pengujian kuat tekan pada suhu ruang sampel GM-zirkon memiliki kuat tekan lebih tinggi dibandingkan sampel GM-ottawa, hal ini dapat disebabkan karena pasir zirkon berperan sebagai filler yang dapat masuk di antara jaringan polisialat dan mengisi ruang kosong sehingga sifat mekanis GM dapat meningkat. Namun pada penelitian ini, kuat tekan sampel GM-zirkon lebih rendah dibandingkan dengan sampel CAC-zirkon sehingga dibutuhkan formula larutan aktivator yang lebih baik. Hasil pengujian TG-DTA terlihat sampel GM memiliki 3 peak dan sampel CAC memiliki 2 peak yang menggambarkan reaksi eksoterm dan endoterm. Selain itu, sampel GM mengalami penurunan berat dalam % lebih signifikan diakibatkan karena air yang menguap dibandingkan dengan sampel CAC. Hasil XRD juga menunjukkan sampel GM dan CAC dengan tambahan pasir zirkon tidak membentuk fasa baru baik yang di suhu ruang maupun di suhu 400°C. Dengan demikian, pasir zirkon yang ditambahkan tidak terlalu memberikan efek yang signifikan terhadap ketahanan panas geopolimer berbasis metakaolin, tetapi suhu 200°C merupakan pemanasan yang baik untuk mendapatkan nilai kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak dipanaskan setelah curing.

Geopolymers in its application as an alternative material requires good heat resistance ability as a building material in the event of a fire or even as a refractory material. This research was conducted to determine the heat resistance of metakaolin-based geopolymer (GM) with the addition of zircon filler compared to fire-resistant cement, namely calcium aluminate cements (CAC). The samples studied were metakaolin-based geopolymer mortars with NaOH + Na2SiO3 solution, with the addition of 20% zircon sand and Ottawa sand as a comparison. After 28 days of curing, the samples underwent heat treatment variations, namely those not heated and those heated at a temperature of 200°C for 2 hours. The compressive strength test results at room temperature showed that the GM-zircon samples had higher compressive strength compared to the GM-Ottawa samples. This could be due to zircon sand acting as a filler that can enter the polysialate network and fill the voids, thereby improving the mechanical properties of the GM. However, in this study, the compressive strength of the GM-zircon samples was lower compared to the CAC-zircon samples, indicating the need for a better activator solution formula. The TG-DTA test results showed that the GM samples had 3 peaks, while the CAC samples had 2 peaks, indicating exothermic and endothermic reactions. In addition, the GM samples experienced a more significant decrease %weight due to evaporation of water compared to the CAC samples. The XRD results also showed that both the GM and CAC samples with the addition of zircon sand did not form new phases, both at room temperature and at 400°C. Thus, the addition of zircon sand did not have a significant effect on the heat resistance of metakaolin-based geopolymers. However, heating at 200°C was found to be beneficial in achieving higher compressive strength compared to samples that were not heated after curing."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library