Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 75 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nizhamul Latif
Abstrak :
Dalam penelitian ini dilakukan study tentang pengaruh ion chlorida terhadap pemanfaat inhibitor nitrit dan betz didalam air pendingin. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa : 1. Pemakaian inhibitor nitrit, efektif untuk air baku tanpa NaCl dan yang mengandung NaCl 20,200 & 400 ppm setelah konsentrasi inhibitor masing-masing melebihi 150 ppm, 200 ppm, 300 ppm dan 500 ppm. 2. Pemakaian inhibitor betz, efektif untuk air baku tanpa NaCl dan yang mengandung NaCl 20,200 & 400 ppm setelah konsentrasi inhibitor masing-masing melebihi 100 ppm, 150 ppm, 400 ppm dan 600 ppm. 3. Pada konsentrasi NaCl yang rendah pemakaian inhibitor Betz lebih efektif dibanding inhibitor nitrit. 4. Sedangkan pada konsentrasi NaCl yang tinggi pemakaian inhibitor nitrit lebih efektif dibanding inhibitor betz.
Depok: Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Utomo
Abstrak :
Nanofluida adalah jenis fluida baru, yaitu pencampuran partikel nano dalam fluida dasar (air), dimana partikel nano ini tetap tersuspensi secara permanen dalam fluida dasarnya, akibat adanya gerakan Brownian dari partikel nano tersebut. Dalam menentukan karakteristik operasi dari alat penukar kalor dengan metoda grafik, penelitian dilakukan pada air-air dan menjelaskan hubungan kalor antara yang hilang dengan parameter - parameter lainnya, seperti aliran fluida dan sifat-sifat termal pada alat double pipe heat exchanger. Penelitian dilakukan pada nanofluida A1203, hasilnya menunjukkan peningkatan dalam koefisien perpindahan kalor konveksi dibandingkan dengan fluida dasarnya 2.1%-11.86% untuk konsentrasi partikel nano 1% dan 4.2% 17.38% untuk konsentrasi partikel nano 4%. Rasio peningkatan koefisien perpindahan kalor konveksi dari nanofluida juga meningkat, seiring dengan peningkatan temperatur (40°C - 60°C).
Nano fluids are a new kind of fluids; they are dispersion if nano particles in liquids that are permanently suspended by Brownian motion. To assign operation characteristic from heat exchanger with graphic method, Research shown at water to water assignment shows correlation between heat loss and other parameters, such as: fluids flow and thermal characteristic in double pipe heat exchanger. Research shown at nano fluid A1203 water 1% and 4%, the result shown the enhancement of heat transfer convective coefficient compared to the base fluids 2.1%- 11.86% for 1% particles concentration and 4.2% -17.38% for 4% particles concentration. The rate of increase of enhancement shows adrainatic increase with elevated temperature (40°C-60°C).
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T14739
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irawan Sentosa
Abstrak :
ABSTRAK
Termoakustik merupakan metode dimana suara dapat menghasilkan perbedaan temperatur dan sebaliknya, perbedaan temperatur dapat menghasilkan osilasi suara. Terdapat tiga bagian utama pada temoakustik gelombang berdiri yaitu stack, penukar kalor, dan tabung resonator. untuk mendapatkan osilasi suara yang optimal dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti dimensi dan posisi stack, bentuk dan panjang dari tabung resonator serta fluida yang digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati pengaruh dari panjang dan posisi stack terhadap osilasi yang dihasilkan. Pengujian dilakukan dengan menggunakan resonator berupa tabung pyrex 200 mm dan stack berbahan steel wool dengan panjang 30 mm, 35 mm, 40 mm dan 45mm. Posisi stack ditempatkan bervariasi yaitu pada 0 ,10 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90 dan 100 mm dari ujung tertutup resonator.Pada pengujian diperoleh bahwa pada posisi 0-10mm dari ujung tertutup. Suara dan daya akustik maksimal diperoleh saat menggunakan stack dengan panjang 40 mm dengan posisi 50mm dari ujung tertutup yaitu 1.15 Watt.
ABSTRACT
Termoacoustic is a method in which voice can generate a temperature difference and vice versa, the temperature difference can produce sound oscillations. There are three main parts of thermoacoustic standing wave, the stack, heat exchangers, and tube resonator. Optimal sound oscillation is influenced by several aspects such as the dimensions and position of the stack, shape and length of tube resonator and fluid used. This study aimed to observe the effect of position and length of stack to acoustic power generated by thermoacoustic-standing wave. Experiment did using pyrex tube 200 mm in length as a resonator and using steel wool as a stack. Variations of stack lenght are 30 mm, 35 mm, 40 mm and 45 mm. Stack was placed at 0 ,10 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90 and 100 mm from closed end aof resonator. The experiment show that sound could not generated with stack position at 0-10 mm from closed end. Maximum sound and acoustic power produced when using stack 40 mm in length and position 50 mm from closed end with 1.15 watt
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T32743
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Universitas Indonesia, 1993
S27924
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Andi Bakhtiar
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S36328
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Calim
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S36338
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Reza Dirgantara
Abstrak :
ABSTRAK
Perhitungan perancangan alat penukar kalor pelat bersirip dengan metode konvensional (integral) di mana suatu alat penukar kalor dianggap sebagai satu keseluruhan, dan sifat-sifat aliran di evaluasi pada lemperatur rata-rata aliran, tidak menunjukkan kondisi yang sebenarnya terjadi sepanjang alat penukar kalor tersebut, sehingga hasil perhitungan ini memungkinkan terjadinya ketidak cocokan dengan kondisi aktual di lapangan saat di operasikan.

Untuk mengatasi permasalahan di alas make suatu alat penukar kalor dapat di bagi ke dalam banyak segmen, di mana perhitungan di lakukan secara bertahap pada tiap segmen dengan melibatkan variasi sifat-sifat terrnohidrolis aliran. Metode ini dinamakan metode diferensial sehingga dengan demiklan seorang pefancang akan mendapatkan hasil perhitungan yang lebih akurat dan realistis serta dapat memperkirakan karakteristik kerja alat penukar kalor tersebut sepanjang aliran fluida.

Sebuah kode program dibuat untuk menerapkan metode perhitungan di atas dan dilakukan perbandingan dengan metode perhitungan konvensional (integral) pada bagian studi kasus. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa tidak terjadi perbedaan yang cukup signifikan antara hasil perhitungan metode integral dengan diferensial pada perhitungan kalor (thermal performance) sedangkan pada perhitungan jatuh tekan (pressure drop performance) perbedaan yang terjadi cukup besar.

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode diferensial pada perancangan alat penukar kalor pelat bersirip memiliki tingkat akurasi yang lebih balk, mengingat perhitungan yang dilakukan di dasarkan pada pendekatan kondisi operasi alat penukar kalor yang sesungguhnya. Hal ini terlihat pada perhitungan jatuh tekan di bagian studi kasus, dimana variasi sifat-sifat termohidrolis cukup besar (khususnya densitas fluida, p) maka akan terjadi perbedaan cukup besar pada harga jatuh tekan dibandingkan dengan metode konvensional/integral.
1996
S36258
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Walfajri Anwar
Abstrak :

ABSTRAK
Penelitian yang akan dibahas pada skripsi ini merupakan hasil pengamatan di lapangan yang berfungsi untuk meneruskan faktor pengotoran pada alat penukar kalor shell and tube.

Pengotoran adalah merupakan endapan yang memberikan tambahan tahanan termal terhadap aliran kalor dari udara panas ke udara dingin di dalam alat penukar kalor. Akibat adanya pengotoran, maka panas (energi yang dipindahkan akan berkurang sehingga terjadi pemborosan energi.

Penentuan besarnya faktor pengotoran dari teori-teori yang ada didalam buku masih sulit. Banyak sekali parameter-parameter yang dibutuhkan sehingga proses penentuannya akan memakan waktu yang lama.

Dengan bantuan teori analisa non-dimensional, akan dicari metode lain yang lebih mudah dan lebih cepat untuk menentukan faktor pengotoran tersebut. Yaitu dengan mendefinisikan sebuah bilangan non-dimensional yang mernpakan hubungan antara parameter-parameter awal yang didapat dari data lapangan (aliran massa dan temperatur). Bilangan tersebut adalah bilangan Fa Kemudian dicari hubungan antara bilangan Fa dan faktor pengotoran yang dihitung dengan teori yang diambil dari buku Process Heat Transfer karangan D. Q. Kern (tahun 1950).

Dengan bantuan label dan grafik didapatkan hubungan antara faktor pengotoran dan bilangan Fa, yang berupa hubungan linear sehingga membentuk suatu persamaan linear.

Melalui persamaan linear ini, kita dapat menirukan besarnya faktor pengotoran alat permlra kalor dengan mengetahui bilangan non-dimensional.
1997
S36619
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>