Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Baikhati Cesariastevia Basuki
Abstrak :
Rumah sakit adalah sebuah institusi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Dalam pelayanan kesehatan tersebut rumah sakit dituntut untuk menjaga keselamatan pasiennya. Dalam proses ini peran perawat dirasa sangat penting karena memiliki waktu yang lebih lama dalam perawatan pasien dibandingkan tenaga kesehatan lainnya. Pada tahun 2018 masih ada indikator keselamatan pasien yang belum mencapai standar meliputi ketepatan memasang gelas identitas pasien, verifikasi terhadap pelaporan melalui telepon dalam waktu 24 jam, penandaan sisi operasi, kepatuhan cuci tangan dan kejadian pasien jatuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang paling berhubungan dengan kinerja perawat dalam upaya keselamatan pasien rawat inap di Rumah Sakit Imanuel Bandar Lampung Tahun 2019. Desain penelitian ini adalah crosssectional dan data dikumpulkan dari pengisian kuesioner terhadap 143 perawat ruang rawat inap. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel motivasi (p-value = 0.001) dan status kepegawaian (p-value = 0.047) memiliki hubungan paling dominan dengan kinerja perawat. Motivasi yang baik mempunyai peluang 3.210 kali lebih besar memengaruhi kinerja perawat dibandingkan motivasi yang kurang baik dan status pegawai tetap mempunyai peluang 0.311 kali lebih besar memengaruhi kinerja perawat dibandingkan pegawai tidak tetap.
The hospital is an institution that organizes health services. In these health services hospitals are required to maintain the safety of their patients. In this process the role of the nurse is considered very important because it has a longer time in patient care than other health workers. In 2018 there are still patient safety indicators that have not reached the standards including the accuracy of installing patient identification glasses, verification of telephone reporting within 24 hours, marking the operation side, hand washing compliance and falling patient events. This study aims to determine the factors most related to the performance of nurses in the effort of inpatient safety at Imanuel Bandar Lampung Hospital in 2019. The design of this study was cross-sectional and data were collected from questionnaires for 143 inpatient nurses. The results of multivariate analysis showed that motivation variables (p-value = 0.001) and employment status (p-value = 0.047) had the most dominant relationship with nurse performance. Good motivation has a 3,210 times greater chance of affecting nurse performance than poor motivation and permanent employee status has a 0.311 times greater chance of affecting nurse performance than non-permanent employees.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T54961
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitra Mukti Nanggoro
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang: Rumah Sakit Umum Hasanah Graha Afiah HGA merupakan RumahSakit rujukan di Kota Depok yang memiliki tugas dan fungsi sebagai tempat pelayanankesehatan, yang memiliki potensi terjadinya penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibatkerja yang dialami oleh petugas kesehatan, pasien maupun pengunjung Rumah Sakit.RSU HGA telah mendapatkan Akreditasi Utama akan tetapi masih ditemukannya temuandalam penilaian akreditasi pada Manajemen Fasilitas dan Keselamatan MFK sepertibelum optimalnya program K3RS yang efektif untuk mencegah cedera bagi pasien,keluarga, staf dan pengunjung serta belum sepenuhnya program deteksi dini kebakarandan asap. Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor penentu perilakutidak aman oleh pelaku pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Hasanah GrahaAfiah berdasarkan Permenkes No. 66 Tahun 2016. Metode: Penelitian ini menggunakanpendekatan kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah bersifat observasionalcross sectional. Pengumpulan data primer melalui kuesioner sedangkan pengumpulandata sekunder dilakukan dengan penelusuran dokumen. Hasil: Penelitian dilakukan padabulan April-Mei 2018 di Rumah Sakit Umum Hasanah Graha Afiah, Depok, ProvinsiJawa Barat. Sampel 127 responden yang memiliki profesi sebagai perawat, bidan, petugaslaboratorium dan petugas radiologi. Analisis chi square dan regresi logistik. Variabelyang dominan adalah pelatihan p value=0,000; OR= 4,250 dan pengetahuan pvalue=0,01; OR=3,986 . Saran: Dengan adanya penelitian ini setelah melihat hasilpenelitian diharapkan untuk dapat dipertimbangkan bagi pihak Rumah Sakit untukmengeluarkan peraturan turunan dari Permenkes No. 66 Tahun 2016 dalam bentukperaturan Rumah Sakit.
ABSTRACT
Background RSU Hasanah Graha Afiah HGA is a referral hospital in Depok City thathas duties and functions as a place of health services, which has the potential for workrelatedillnessesandaccidentsduetoworkexperiencedbyhealthworkers,patientsandvisitorsSick. RSU HGA has received Major Accreditation but still finds findings inaccreditation assessment on Facility and Safety Management such as not yet optimaleffective K3RS program to prevent injury to patient, family, staff and visitors and not yetfully fire and smoke early detection program. Objective The purpose of this study wasto decide the determinants of unsafe behavior by health service actors at RSU HasanahGraha Afiah based on Permenkes No. 66 Tahun 2016. Method This research usesquantitative approach. The research design used was observational cross sectional.Primary data collection through questionnaires while secondary data collection is doneby tracking documents. Results The study was conducted in April May 2018 at RSUHasanah Graha Afiah, Depok, West Java Province. Sample 127 respondents who haveprofession as nurse, midwife, laboratory officer and radiology officer. Chi square analysisand logistic regression. The dominant variable is training p value 0,000 OR 4,250 and knowledge p value 0.01 OR 3,986 . Suggestion Given this research afterlooking at the results of the research is expected to be considered for the Hospital to issuederivative regulations from Permenkes No. 66 Tahun 2016 in the form of Hospitalregulations.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T53647
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chandra Wirawan
Abstrak :
Bagi pasien rumah sakit, pelayanan kesehatan yang berkualitas tidak hanya dirasakan dengan sembuhnya dari penyakit secara fisik namun juga menyangkut kepuasan pasien terhadap sikap, pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan serta tersedianya sarana dan prasarana yang memadai. Pasien akan puas apabila layanan yang diterimanya setidaknya sama atau melampaui harapan pasien. Sedangkan pasien merasa tidak puas apabila layanan yang diterimanya tidak sesuai dengan harapan pasien. Berdasarkan data capaian indikator mutu di Rumah Sakit Bakti Timah (RSBT) Mentok Tahun 2022, terdapat beberapa indikator mutu yang belum mencapai target. Selain itu angka kunjungan pasien JKN di instalasi rawat jalan RSBT Mentok Tahun 2020-2022 juga mengalami penurunan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kepuasan pasien dan gambaran minat kunjungan ulang pada pasien JKN di instalasi rawat jalan RSBT Mentok Tahun 2023. Desain penelitian ini adalah Cross Sectional dengan jumlah sampel sebanyak 120 orang. Analisis statistik menggunakan uji Chi Square atau uji Fisher Exact. Berdasarkan uji statistik untuk melihat hubungan karakteristik responden dengan minat kunjungan ulang didapat hasil seluruh karakteristik responden memiliki p value > 0,05 yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara karakteristik responden dengan minat kunjungan ulang. Sedangkan hasil uji statistik antara kepuasan responden pada dimensi Tangibles dengan minat kunjungan ulang diketahui p value > 0,05 yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara kepuasan responden pada dimensi Tangibless dengan minat kunjungan ulang. Dan hasil uji statistik antara kepuasan responden pada dimensi Reliability, Responsiveness, Assurance dan Emphaty dengan minat kunjungan ulang diketahui p value ≤ 0,05 yang artinya ada hubungan yang signifikan antara kepuasan responden pada dimensi Reliability, Responsiveness, Assurance dan Emphaty dengan minat kunjungan ulang. Hubungan kepuasan pasien secara keseluruhan didapat hasil p value ≤ 0,05 yang artinya ada hubungan yang signifikan antara kepuasan pasien dengan minat kunjungan ulang. Hasil pemetaan unsur pelayanan pada diagram Kartesius didapat hasil 5 (lima) unsur pelayanan berada pada kuadran A yang artinya menjadi prioritas utama untuk dilakukan upaya perbaikan. Kelima unsur pelayanan tersebut yaitu kondisi ruang tunggu pasien, ketersediaan alat kesehatan, ketersediaan jenis pemeriksaan di laboratorium, ketersediaan obat di instalasi farmasi rumah sakit dan kehadiran dokter sesuai jadwal pelayanan. Oleh karena itu pihak RSBT Mentok harus lebih memperhatikan unsur-unsur pelayanan yang belum memberikan kepuasan maksimal kepada pasien ......For hospital patients, quality health services are not only felt by recovering from physical illness but also regarding patient satisfaction with the attitudes, knowledge and skills of health workers in providing services and the availability of adequate facilities and infrastructure. Patients will be satisfied if the service they receive at least equals or exceeds patient expectations. Meanwhile, the patient feels dissatisfied if the service he receives does not match the patient's expectations. Based on the achievement data of quality indicators at Bakti Timah Mentok Hospital in 2022, there are several quality indicators that have not reached the target. In addition, the number of JKN patient visits at the outpatient installation at Bakti Timah Mentok Hospital in 2020-2022 has also decreased. The purpose of this study was to describe patient satisfaction and interest in revisiting JKN patients at the outpatient installation at Bakti Timah Mentok Hospital in 2023. The study design was cross sectional with a sample size of 120 people. Statistical analysis using Chi Square test or Fisher Exact test. Based on statistical tests to see the relationship between the characteristics of the respondents and the interest in repeat visits, it was found that all of the characteristics of the respondents had p value > 0.05, which means that there was no significant relationship between the characteristics of the respondents and the interest in repeat visits. While the results of statistical tests between respondents' satisfaction on the Tangibles dimension and intention to revisit, it is known that p value > 0.05, which means that there is no significant relationship between respondent's satisfaction on the Tangibles dimension and intention to revisit. And the results of statistical tests between respondents' satisfaction on the dimensions of Reliability, Responsiveness, Assurance and Empathy with interest in repeat visits are known to be p value ≤ 0.05, which means that there is a significant relationship between respondents' satisfaction in the dimensions of Reliability, Responsiveness, Assurance and Empathy with interest in repeat visits. The relationship between patient satisfaction as a whole resulted in p value ≤ 0.05, which means that there is a significant relationship between patient satisfaction and interest in repeat visits. The results of the mapping of service elements in the Cartesian diagram show that 5 (five) service elements are in quadrant A, which means they are a top priority for improvement efforts. The five elements of service are the condition of the patient's waiting room, the availability of medical devices, the availability of types of laboratory examinations, the availability of drugs in the hospital pharmacy installation and the presence of doctors according to the service schedule. Therefore, the Bakti Timah Mentok Hospital must pay more attention to service elements that have not provided maximum satisfaction to patients.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marshia Zefanya Rivena Rehatalanit
Abstrak :
Puskesmas merupakan fasilitas layanan kesehatan yang bertanggung jawab untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Untuk mencapai tujuan tersebut maka puskesmas menyelenggarakan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM). Pada era JKN, saat ini puskesmas juga berperan sebagai gatekeeper di masyarakat. Meningkatnya jumlah peserta JKN, diiringi dengan peningkatan akses ke layanan kesehatan salah satunya adalah puskesmas. Dengan sumber daya yang terbatas, puskesmas harus menjalankan kedua peran penting tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan UKP dan UKM pada puskesmas di Kota Semarang. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan sumber data primer dengan metode wawancara mendalam. Sebagai triangulasi untuk keabsahan data, maka dilakukan telaah dokumen berupa peraturan kementerian kesehatan, peraturan dinas kesehatan, serta dokumen penunjang dari puskesmas lokasi penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan teori sistem dengan variabel masukan (SDM, biaya, metode, dan sarana pra sarana), proses (perencanaan, penggerakan dan pelaksanaan, serta pengawasan, pengendalian, dan penilaian), dan keluaran (kinerja puskesmas). Kesimpulan yang didapatkan adalah puskesmas telah melakukan manajemen puskesmas berpedoman pada Permenkes  no. 44 tahun 2016 tentang Pedoman Manajemen Puskesmas. Puskesmas sudah baik dalam pelaksanaan UKP dan UKM dengan sumber daya manusia, biaya, dan sarana pra sarana yang tersedia. Namun, masih terdapat beberapa hambatan yang ditemui. SDM yang tidak  sesuai standar dapat menjadi penghambat pelaksanaan UKP dan UKM. Berdasarkan hasil penelitian yang ada, maka rekomendasi bagi pelaksanaan UKP dan UKM di Puskesmas adalah perlu adanya evaluasi secara terpadu untuk kegiatan yang dilaksanakan UKP dan UKM. Pemenuhan SDM untuk memenuhi standar dapat dilakukan dengan pengangkatan SDM non ASN menggunakan dana BOK atau BLUD. Kebijakan dari dinas kesehatan terkait penambahan jam pelayanan di puskesmas perlu dikaji lebih lanjut untuk dapat menyesuaikan keadaan puskesmas sehingga pelaksanaan UKP dan UKM di puskesmas dapat berjalan maksimal. ......Puskesmas is a health service facility that has responsibility to improve the health status of the community in its working area. To achieve that goal so puskesmas organizes Individual Health Efforts (UKP) and Community Health Efforts (UKM). In this JKN era, puskesmas also acts as a gatekeeper in the community. The increasing number of JKN participants is accompanied by increased access to health services, one of which is puskesmas. With limited resources, puskesmas must carry out both important roles. This study aims to analyze the implementation of UKP and UKM at puskesmas in Semarang City. The method used is a qualitative approach with primary data sources with in-depth interviews. As a triangulation for the validity of the data, a document review was carried out in the form of regulations from the ministry of health, regulations from the health department, as well as supporting documents from the puskesmas where the research was located. This study uses sistems theory with input variabels (HR, costs, methods, and infrastructure), process (planning, mobilization and implementation, as well as supervision, control, and assessment), and output (health center performance). The conclusion is puskesmas has carried out management of the puskesmas based on Permenkes no. 44 of 2016 concerning Pedoman Manajemen Puskesmas. Puskesmas has been good in implementing UKP and UKM with human resources, costs, and available infrastructure. However, there are still some obstacles encountered. Human resources that are not up to standard can be an obstacle to the implementation of UKP and UKM. Based on the results of existing research, the recommendation for the implementation of UKP and UKM in Puskesmas is the need for an integrated evaluation for activities carried out by UKP and UKM. Fulfillment of HR to meet standards can be done by appointing non ASN HR using BOK or BLUD funds. The policy from the health department regarding the addition of service hours at the puskesmas needs to be studied further to be able to adjust the condition of the puskesmas so that the implementation of UKP and UKM in puskesmas can run optimally.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umi Kulsum
Abstrak :
Konsep green hospital merupakan manajemen perubahan yang menjadi kebutuhan di RS yang dapat mengurangi konsumsi energi secara signifikan, meningkatkan kenyamanan dan produktivitas serta menjaga kelestarian sumber daya alam berkelanjutan Dalam memberikan pelayanan kesehatan, RS menggunakan energi berupa listrik, air, bahan bakar, makanan pasien dan bahan bangunan. RS juga memproduksi limbah medis dan non medis. Hal tersebut dapat menjadi kontribusi terhadap perubahan iklim apabila tidak dikelola dengan baik. Penelitian ini menilai kesiapan Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Prof Dr. dr. Mahar Mardjono Jakarta yang mengacu pada standar nasional Greenship Green Building Council Indonesia (GBCI). Penelitian ini berupa studi kasus dengan pendekatan kualitatif melalui observasi untuk mengamati dan menelaah berbagai objek dalam penelitian, melakukan pengukuran dan mengisi ceklis pada instrumen/tools. Dari hasil penelitian diketahui bahwa RSPON dapat memenuhi total nilai nilai 58 atau 49,57% dari maksimal 117 nilai dari total kriteria yang dipersyaratkan dalam Greenship. Berdasarkan perolehan nilai tersebut maka sesuai dengan peringkat Greenship GBCI, RSPON mendapatkan peringkat Silver (Perak). Untuk memperbaiki peringkat, masih dapat dengan cara menyediakan parkir sepeda, menambah luasan ruang terbuka hijau, pemasangan sistem pemantauan energi, daur ulang sampah organik, daur ulang air olahan IPAL melakukan konservasi air bersih, mencoba menggunakan teknologi panel surya (solar cell) serta mengintegrasikan efisiensi energi ke dalam program pemeliharaan. ......The green hospital concept is change management which becomes a hospital need in order to lower energy consumption significantly, intensify amenities and productivity, along with preserve the sustainable natural resources. Hospital consumes electricity, water, fuel, patient's foods, and also building materials while giving the health service. It also produces medical and non-medical waste. If all of them are unmanaged well, they may contribute to the global warming occurrence. This research is held to assess the National Brain Hospital Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono Jakarta's readiness toward a national standard called Greenship Green Building Council Indonesia (GBCI). The study used in this research is a case study with a qualitative approach through observation to monitor and analyze the research objects, make measurements, and also checklist the instrument/tools. The research has shown that National Brain Hospital gained 58 or 49,57% from the maximum score of 117 of Greenship's requirement total criteria. Based on that score, National Brain Hospital was rated as a Silver category. In order to improve the rank, it needs to provide the bicycle parking area, add the green open space, install the energy monitoring system, do the organic waste recycle, recycle the water produced by the wastewater treatment plant, perform the clean water conservation, try to use solar cell technology, and also integrate the energy efficiency to the maintenance program.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Surya Agung
Abstrak :
Dilaksanakannya program Jaminan Kesehatan Nasional, diharapkan memberikepastian jaminan kesehatan menyeluruh bagi semua lapisan masyarakat. Sistemklaim pelayanan kesehatan di Rumah Sakit era JKN, dilakukan dengan tarif INACBGs.Namun terdapat keluhan adanya ketimpangan biaya tindakan dengan tarifINA-CBGs terutama pada tindakan bedah kelas III. Penelitian ini bertujuanmenganalisis selisih biaya aktual pelayanan dengan tarif INA-CBGS pada tindakanSectio Caesarea pasien JKN kelas III di Rumah Sakit Wisma Prashanti. Diambilsampel dari periode bulan Januari - Oktober 2017 sebanyak 27 pasien dengan kriteriainklusi pasien JKN kelas III dengan diagnosa utama maternal care due to uterinescar from previous surgery, untuk mengetahui perbandingan pemanfaatan layananaktual dengan Clinical Pathway Sectio Caesarea. Perhitungan biaya aktual dilakukandengan menggunakan metode double distribution berdasarkan data dari bagiankeuangan dan laporan rumah sakit. Hasil penelitian mendapatkan bahwa biaya aktualpelayanan tindakan SC pada pasien kelas III yakni Rp. 5.658.016,75 dengan tarifINA CBGs yang dibayarkan adalah Rp.5.019.900,00, sehingga terdapat selisihnegatif sebesar Rp. 638.116,75. Komponen biaya yang dinilai dapat dikontrol adalahkomponen biaya operasional seperti biaya listrik, air, telepon, serta bahan medishabis pakai. Meskipun demikian, belum patuhnya staf terhadap Clinical Pathway CP juga berpotensi menyebabkan variasi komponen pelayanan, yang berdampakterhadap kenaikan biaya pelayanan. Pembentukan Tim Kendali Mutu dan KendaliBiaya dan Tim Anti Fraud diperlukan agar dapat secara rutin berkoordinasi denganmanajemen sehingga diketahui lebih dini penyimpangan yang ada untuk mencegahkemungkinan kerugian rumah sakit lebih banyak. Koordinasi antara manajemendengan dokter spesialis terkait Clinical Pathway juga perlu diintensifkan agarClinical Pathway menjadi kesepakatan bersama, serta adanya sosialisasi danpengawasan pelaksanaannya. Selain itu upaya efisiensi juga dapat dilakukan melaluibriedging Sistem Informasi Manajemen RS SIMRS dengan sistem INA-CBGS, danpelaksanaan analisis unit cost setiap tahunnya untuk mengetahui tingkat efisiensi danpencapaian kinerja unit.
The implementation of the National Health Insurance JKN program, is expectedto provide health coverage for all levels of society. The claim system of health services at the Hospital, conducted by INA CBGs tariff. However, there arecomplaints of cost difference between actual cost with INA CBGs tariff especiallyfor surgical treatment on the patients of class III. This study aims to analyze thecost differences between the actual cost of Sectio Caesarea services and INACBGStariffs on patients JKN class III at Wisma Prashanti Hospital. 27 sampleswere taken from the period time of January October 2017 with the inclusioncriteria are patients of JKN class III with a primary diagnosis of maternal caredue to uterine scar from previous surgery, to determine the actual serviceutilization compare with Clinical Pathway of Sectio Caesarea. Actual costcalculation is done by using double distribution method based on data fromfinancial section and hospital report. The results of the study found that the actualcost of SC services in patients class III is Rp. 5,658,016.75 with INA CBGs tariffpaid is Rp.5.019.900,00, so there is a negative difference of Rp. 638.116,75. Costcomponents that are assessed to be controlled are the components of operationalcosts such as electricity, water, telephone, and medical consumables. However,the lack of compliance of staff to CP also has the potential to cause variations inservice components, which have an impact on the increase in service costs. It isrecommended to establish a Quality and Cost Control Team and an Anti FraudTeam that can routinely coordinate with the management so that we have knownthe irregularities earlier to prevent hospital losses. There should be acoordination between management and specialist doctors related to ClinicalPathway as a mutual agreement, as well as the socialization and supervision of itsimplementation. In addition, efficiency efforts can also be done through briedgingthe hospital management information system with INA CBGS system, andimplementation of unit cost analysis every year to know the level of efficiency andachievement of unit performance.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50563
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardhea Pramesti Ningrum
Abstrak :
Apoteker merupakan profesi tenaga kesehatan yang berperan dalam pelayanan kesehatan dan produksi obat. Untuk bidang pelayanan kesehatan, seorang apoteker dapat menjalankan perannya di fasilitas kesehatan seperti apotek dan rumah sakit. Untuk produksi obat, seorang apoteker dapat menjalankan perannya di fasilitas produksi farmasi seperti industri farmasi. Selain sektor produksi dan pelayanan, apoteker juga memiliki peran dalam regulasi obat yang beredar di Indonesia. Untuk menciptakan seorang apoteker yang profesional dalam melakukan pekerjaannya, salah satu hal penting untuk dilakukan adalah pelatihan dengan cara berpartisipasi langsung dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasian melalui Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA). Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dilakukan sebagai persiapan calon apoteker dalam melaksanakan tugas dan perannya baik di sector pelayanan, produksi obat farmasi, maupun regulasi obat di Indonesia. Praktik Kerja Profesi Apoteker dilaksanakan di Rumah Sakit Universitas Indonesia selama periode Januari – Maret 2021, di Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia pada periode Maret 2021 dan di Apotek Atrika selama periode April 2021. Melalui program Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) diharapkan calon apoteker mendapat gambaran peran apoteker di dunia kerja dan dapat menambah wawasan, keterampilan, serta pengalaman calon apoteker. ......Pharmacists are health professionals who play a role in health services and drug production. In the field of health services, a pharmacist can carry out his role in health facilities such as pharmacies and hospitals. For drug production, a pharmacist can carry out his role in pharmaceutical production facilities such as the pharmaceutical industry. In addition to the production and service sectors, pharmacists also have a role in the regulation of drugs circulating in Indonesia. To create a pharmacist who is professional in doing his job, one of the important things to do is training by participating directly in carrying out pharmaceutical work through the Pharmacist Professional Work Practice (PKPA). The Pharmacist Professional Work Practice (PKPA) is carried out as a preparation for prospective pharmacists in carrying out their duties and roles both in the service sector, pharmaceutical drug production, and drug regulation in Indonesia. The Pharmacist Professional Work Practice is held at the University of Indonesia Hospital during the period January – March 2021, at the Food and Drug Supervisory Agency of the Republic of Indonesia in the March 2021 period and at the Atrika Pharmacy during the April 2021 period. Through the Pharmacist Professional Work Practice (PKPA) program, it is hoped that prospective pharmacists will get an overview of the role of pharmacists in the world of work and can add insight, skills, and experience to prospective pharmacists.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ashford, Lori S.
Washington: Population Reference Bureau, 2004
362.1 ASH d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library