Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Noto Basuki
Abstrak :
Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang mana dalam pelaksanaannya meliputi berbagai pembangunan mencakup program, proyek dan bagian proyek. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Perubahan-perubahan yang terjadi beberapa tahun belakangan ini berlangsung sangat cepat. Paradigma lama yang menganut sistem sentralisasi sudah tidak dapat dipertahankan lagi. Laporan realisasi anggaran pembangunan secara berkala dan evaluasi namun kurang mendapat perhatian. Di sisi lain pimpinan membutuhkan informasi mengenai perkembangan realisasi anggaran pembangunan untuk menetapkan kebijakan dan umpan balik bagi penyusunan rencana dan program tahun mendatang. Semangat desentralisasi untuk mendorong pembangunan di daerah terns bersambut seiring dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahuri 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, maka kegiatan laporan dan evaluasi sangat diperlukan dan penting peranannya untuk mengontrol pemakaian dana dialokasi di daerah dan dana yang ada di Pusat. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sistem laporan anggaran pembangunan Departemen Kesehatan tahun 1998, 1999, 2000. Data diperoleh dari observasi di Biro Keuangan, Biro Perencanaan dan Kanwil Kesehatan DKI, Jawa Tengah, DI.Yogyakarta, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sumatera Barat, Sulawesi Tengah serta wawancara mendalam untuk menggali penyebab kurang tepat waktu dan akurat laporan. Responden adalah beberapa orang yang terlibat, meliputi para Pemimpin Proyek dan Bendahara, pejabat-pejabat dan staf terkait di Pusat dan Daerah. Hasil penelitian menemukan permasalahan yang salah satu sebabnya mekanisme penyampaian laporan masih secara manual, kebijakan di Pusat yang masih menggunakan pola sentralisasi. Bertitik tolak dari permasalahan tersebut peneliti mencoba untuk memberikan masukan perbaikan mekanisme pengiriman laporan, format laporan, penggunaan teknologi komputasi, kebijakan yang memberikan sangsi dan penghargaan kepada pengelola proyek apabila tidak melapor.
Evaluation on Reporting System of Development Budget Realization of Department of Health for year 1998, 1999, 2000National development has been held in order to build a better Indonesian people, that consist of development with all its aspects. Health development is part of national development. It's said in UU no. 23, 1992 that health is a state of good body, soul and social, so man can live productively both in social and economics. The changes happened so fast in the past few years. Old thoughts that contain centralization system can not be maintained. The regular development budget realization reports and evaluations are important for managerial chain. But its ignorance sometimes will make a good plan can not achieve well in result. In the other hand, chief needs information about the progress of development budget realization so that policies can be made. Decentralization spirit to speed up local development keeps continuing, hand in hand with UU no. 22, 1999 about local government and UTJ no. 25, 1999 about The Equality Finance between Local and Central Government. It makes report and evaluations are needed and important in order to control the cash flow at local and central government. The goals of this examination are to evaluate Health Department's System of Development Budget Report for year 1998, 1999, and 2000. Data was collected and gathered from finance bureau and province head office DKI, Central Java, Yogyakarta, South Kalimantan, East Kalimantan, West Sumatra, and Central Sulawesi and interview in order to know the causes of unpunctual and inaccurate reports. Respondent consist of staffs in local and central government. The examination found that problems, caused by manual and unintegrated working mechanism and central government's policies that still based on centralization pattern. From those problems, examiner try to make some advises on how to improve report delivery mechanism, report's form, computerization, an policies of rewards and penalties for insub ordinance.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T995
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lesti Nurainy
Abstrak :
Untuk menerapkan paradigma baru pelayanan kesehatan dalam era globalisasi yang akan datang, Bidang Kimia Kesehatan Balai Laboratorium Kesehatan Palembang diharapkan memiliki daya saing tinggi dan swadana. Namun, Bidang Kimia Kesehatan masih belum terakreditasi sementara jumlah pemeriksaan laboratorium yang ditargetkan masih rendah. Dalam rangka meningkatkan kinerja Bidang Kimia Kesehatan, telah dirumuskan perencanaan strategis dengan melakukan penelitian operasional. Penelitian opeasional ini dilaksanakan menggunakan model pemecahan masalah yang terbagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap masukan (input stage), tahap penyesuaian (matching stage) dan tahap keputusan (decision stage). Dalam tahap pertama, data tentang faktor-faktor internal sebagai kunci sukses dikumpulkan dari 12 orang staf Kimia Kesehatan dengan wawancara mendalam dan CDM, sedangkan data tentang faktor-faktor eksternal dikumpulkan dengan observasi dan wawancara mendalam. Dengan menggunakan matriks SWOT dan IE, dalam tahap kedua semua data yang terkumpul dianalisis untuk menetukan posisi organisasi, tujuan jangka panjang, beberapa strategi yang mungkin untuk mencapai tujuan serta strategi-strategi alternatifnya yang cocok. Akhirnya, matriks QSPM digunakan dalam tahap ketiga untuk menyusun prioritas strategis yang paling cocok dalam mengembangkan Bidang Kimia Kesehatan. Matriks-matriks yang telah dibuat menunjukkan bahwa Bidang Kimia Kesehatan berada dlam posisi tumbuh dan membangun (grow and build). Oleh karena itu, strategi yang cocok untuk posisi ini adalah strategi integratif dan strategi integratif horizontal. Selanjutnya, berdasarkan matriks SWOT dirumuskan 12 strategi integratif dan 3 strategi horizontal Akhirnya, dari semua strategi yang telah dirumuskan pembentukan tim pemasaran merupakan prioritas utama. ......Stragegic Planning for the Develompent of Health Chemistry Unit of the Palembang Health Laboratory 2001-2003To implement new paradigm in health services in the coming globalisation era, Health Chemistry Unit of the Palembang Health Laboratory is expected to be high competitive and self financed. However, the Unit has not been accredited while the achievement of targeted laboratory' tests is still very low. In order to improve the Unit performance, a strategic planning has been formulated by conducting an operational research. The operational research was carried out using problem solving model which were divided into input stage, matching stage, and decision stage. In the first stage data on internal factors as success keys of the Health Chemistry Unit organisation were collected from 12 staffs of Health Chemistry by in-depth interview and CDM, whereas data on external factors were collected by in-depth interview and observations. Using SWOT and IE matrices, in the second stage all coIIected data were analysed to determine the position of the organisation, its long-term objectives, possible strategies to achieve the objectives as well as appropriate alternative strategies. Finally, QSPM matrix was used in the third stage to prioritise the most appropriate strategies for the development of Health Chemistry laboratory unit. The constructed matrices show that the Health Chemistry Unit is in grow and build position. Therefore, the suitable strategies for this position are integrative strategy and horizontal integrative strategy. Further, based on the SWOT matrix 12 integrative strategies and 3 horizontal strategies were formulated. Finally, of the formulated strategies forming marketing team is the top priority.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T5160
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Izwar Arfanni
Abstrak :
Visi Indonesia sehat 2010 mengharapkan masyarakat Indonesia dimasa depan melalui pembangunan kesehatan adalah penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Dengan adanya UU Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 25 tahun 1999 tentang Dana Perimbangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, diharapkan Pemerintah Daerah Kabupaten lebih aktif melaksanakan pembangunan di bidang kesehatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan. Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan kepada masyarakat lebih meningkatkan perannya sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama dengan cara meningkatkan sistim manajemen sumberdaya, khususnya manajemen peralatan Puskesmas. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan secara rinci proses manajemen peralatan di Puskesmas Inderalaya, Puskesmas Tanjung Raja dan Puskesmas Tanjung Lubuk Kabupaten Ogan Komering Ilir. Dalam mendeskripsikan proses manajemen peralatan Puskesmas yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan evaluasi dimensi kesesuaian (appropriateness) dan dimensi kecukupan (adequateness). Penelitian ini dirancang dengan pendekatan kualitatif dilakukan pada bulan April sampai Mei 2002 dengan subjek penelitian adalah Pimpinan Puskesmas, Bendaharawan barang dan koordinator program, masing-masing 1 (satu) orang untuk tiap Puskesmas. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kesesuaian dan kecukupan faktor dalam kajian manajemen peralatan di 3 (tiga) Puskesmas telah sesuai dan cukup. Sedangkan faktor pemanfaatan dan pemeliharaan hanya Puskesmas Inderalaya yang sesuai dan cukup. Demikian juga Pimpinan Puskesmas diharapkan membina stafnya terus menerus, meningkatkan keterampilan petugas pengelola peralatan Puskesmas dengan cara mengirim petugas tersebut untuk mengikuti pelatihan baik di kabupaten maupun propinsi, sehingga nantinya diharapkan manajemen peralatan Puskesmas sebagai bagian dari sistim manajemen sumberdaya Puskesmas tujuannya akan betul-betul tercapai. ...... Evaluation of Equipment Management System in Community Health Center of Indralaya, Tanjung Raja and Tanjung Lubuk, at the District of Ogan Komering Ilir Year 2001The vision of "Healthy Indonesia Year 2010" expects that the health development of the future Indonesia will construct healthy community and nation which are indicated by people living in healthy environment, applying healthy behavior, and able to access to health services equitably. The Law No. 22, 1999 about Local Government and the Law No. 25, 1999 about the Fiscal Balance of Central and Local Government outlined that Local Government at the district level to be more active on undertaking health development including planning, implementing, and controlling. Community Health Center (PUSKESMAS) as the main community health services should play more important role as the center of health development, the community participation and center of primary health services by improving its management system of resources especially the management of PUSKESMAS equipment. This research aims to get the detail information about management system of equipment in PUSKESMAS of Indralaya, Tanjung Raja, and Tanjung Lubuk at the District of Ogan Komering Ilir. To describe the process of PUSKESMAS equipment management, this research used the appropriateness and adequateness dimension evaluation approaches. This research was designed with qualitative approach that conducted during April and May 2002. Subject of this research were the head of PUSKESMAS, commodities treasurer, and program coordinator, and respectively one person in each PUSKESMAS. The result of the research concluded that the appropriateness and adequateness of input factors of equipment management in the three PUSKESMAS has been appropriate and adequate, while the process factor, especially the utilization and maintenance, only PUSKESMAS of Indralaya which is appropriate and adequate. It is gratefully hoped that the head of PUSKESMAS could guide his staff continuously and increase the skills of the worker who uses and maintains the PUSKESMAS equipment by sending him to get such training either in district or provincial level. Thus, the purpose of PUSKESMAS equipment management as the part of resources management system of PUSKESMAS will be reached.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T10640
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Widodo
Abstrak :
Dinas Kesehatan Lampung Utara dalam penjabaran tujuan pembangunan kesehatan telah menerapkan suatu kebijakan unit swadana di Puskesmas Bukit Kemuning dengan tujuan memberikan keleluasan Puskesmas dalam mengelola pendapatan fungsionalnya untuk meningkatkan mutu pelayanannya. Selanjutnya untuk menentukan kebijakan lebih lanjut Puskesmas unit swadana yang sudah di uji cobakan di Puskesmas Bukit Kemuning selama 3 tahun ini perlu dievaluasi. Berkaitan itu dilakukan penelitian yang bertujuan mendapatkan informasi mengenai pengelolaan sumber daya manusia dan sumber daya keuangan sebelum dan sesudah diterapkannya kebijakan unit swadana di Puskesmas Bukit Kemuning Kabupaten Lampung Utara tahun 2002 dengan pendekatan input ,proses dan out put. Penelitian ini adalah studi kasus dengan disain potong lintang di Puskesmas Bukit Kemuning Kabupaten Lampung Utara. Data diperoleh dari wawancara, dan observasi, dan penelusuran data sekunder. Wawancara mendalam dilakukan pada 12 informan yang terlibat dan memahami proses keswadanaan, tidak melibatkan pengguna Puskesmas. Hasil Penelitian menunjukkan dalam hal pengelolaan sumber daya manusia sesudah swadana dengan adanya kebijakan untuk dapat menggunakan pendapatan fungsional untuk menunjang pengelolaan sumber daya manusia menyebabkan telah diberikannya insentif sebagai sistem reward, dilakukannya kegiatan pendidikan dan ketrampilan secara mandiri serta dilakukannya kegiatan peningkatan kedisiplinan. Hasil kegiatan ini adalah terjadinya peningkatan pendapatan karyawan dari Rp 8.974.523 (tahun 1999) sampai Rp 35.580.745 (tahun 2001), adanya kegiatan peningkatan pengetahuan karyawan yang dilaksanakan secara mandiri sebanyak 6 kali dan adanya peningkatan jumlah hari kerja dari 93,72 % ke 96,05 % dibandingkan sebelum swadana. Permasalahan yang ada adalah masa depan tenaga honorer, belum adanya konsep perhitungan insentif dan standar pelaksanaan pelatihan. Dalam hal pengelolaan keuangan menunjukkan bahwa sesudah swadana dengan adanya sumber dana dari seluruh pendapatan fungsional Puskesmas dan kebijakan mengelola semua pendapatan fungsionalnya sehingga menyebabkan penganggaran keuangan dilakukan terpadu dengan botom up system, penerimaan dari semua pelayanan dengan sistem satu pintu, penggunaan keuangan berdasarkan pedoman yang telah disahkan dan pelaporan keuangan yang dilaksanakan tiap bulan dan akhir tahun yang terdokumentasi lengkap dibandingkan sebelum swadana. Permasalahan yang ada sesudah swadana adalah administrasi yang rinci dengan tidak didukungnya penyelenggara keuangan dengan pendidikan dan pelatihan yang sesuai. Puskesmas swadana membawa manfaat terutama dalam bidang pengelolaan sumber daya manusia dan pengelolaan keuangan untuk meningkatkan pelayanan, sehingga dapat diterapkan pada Puskesmas lain yang telah memenuhi kriteria. Puskesmas swadana juga merupakan salah satu solusi mengurangi beban pemerintah daerah dalam rangka menyediakan kebutuhan dana untuk operasional Puskesmas namun harus disesuaikan dengan kondisi daerah dimana Puskesmas berada.
Financial and Human Resources Management before and after Implementation of Swadana Policy (A Case Study in Bukit Kemuning Health Center, North Lampung District, 2002)To achieve the goal of health development, the District Health Office of North Lampung has decided Bukit Kemuning Health Center to be transformed as an Swadana Health Center. The Health Center has a more flexibility in managing its revenue and uses it to improve the quality of care. Bukit Kemuning Swadana Health Center has been set up as a trial Health Center three years ago and need to be evaluated as lesson learned and further policy making. A study is conducted to obtain the information on the management of financial and human resources before and after implementation swadana policy the input, process and out-put approach. This study is a cross-sectional study. The data were obtained from in-depth interview, observation, and analysis of the secondary data. In-depth interview is conducted, 12 informants that related and understand to the process of swadana policy were interview. The result of study showed that there was improvement on management of human resources after implementation of the policy where they could use their revenue for incentive as part of the reward system. Education and training activities were also undertaken to improve staff skills. There was also improvement in discipline on staff. The employees? income has increased from Rp. 8.974.523 in 1999 to Rp. 35.580.745 in 2001, as well as the knowledge of employee and productive working days increase from 93.72% to 96.05%. However, sustainability for providing honoraria of the staff remains questionable. The employment status has not cleared yet, since there is no concept of incentive formula and standard of training for the employee. After implementation of the policy swadana unit, Bukit Kemuning Health Center managed its revenue from all source of funds. The budget is allocation process is conducted integrated leg using bottom up approach, one door policy. Monthly and annual income statements were documented regularly. However, the financial administration in detail remain a problem, it is not supported by training on financial management. After implementation of swadana Health Center, the management of financial and human resources at Bukit Kemuning Health Center has been improving. The policy might be applied to other Health Centers, as long as is the criteria could be met. District Health office could consider this policy to reduce financial burden without scarifying the community.
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T 10068
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Avida Anugraheni Citaprasetya
Abstrak :
ABSTRAK
Nama : Avida Anugraheni CitaprasetyaProgram Studi : Ilmu Kesehatan MasyarakatJudul : Penilaian Kualitas Layanan Balai PengamananFasilitas Kesehatan BPFK Medan Tahun 2017Pembimbing : 1. dr. Pandu Riono, MPH, Ph.D2. Dr. drs. Tris Eryando, MABPFK Medan bertugas mengamankan peralatan kesehatan salah satunya melaluikalibrasi alat kesehatan, berperan dalam Program Indonesia Sehat. Untuk menghadapipersaingan pasar, BPFK Medan perlu menentukan kebijakan strategi berbisnis denganmengukur kualitas layanan yang diberikan kepada konsumen. Pengukuran kualitas layananpenelitian ini menggunakan metode SERVQUAL dan Sigma-6.Target kepuasan pelanggan BPFK Medan pada tahun 2018 adalah 85 . Denganpenelitian yang menghasilkan kualitas dari layanan kalibrasi BPFK Medan secara rata-ratamenurut persepsi konsumen berada di angka 4,017, rata-rata kualitas yang dirasakan olehkonsumen negatif, yaitu -0,983, dengan rata-rata nilai sigma 2,357 dan spesifikasi idealkonsumen yang terpenuhi rata-rata 80,347 . Maka, untuk memenuhi target, BPFK Medanmasih perlu melakukan perbaikan. Dimensi pelayanan dengan nilai rata-rata persepsi,kualitas, sigma dan spesifikasi terpenuhi yang dirasakan oleh konsumen dari yang palingrendah adalah dimensi empati, daya tanggap, bukti fisik, keandalan dan jaminankepastian. Peningkatan kualitas layanan sebesar 67,121 dapat dilakukan denganmemprioritaskan pada peningkatan kualitas dimensi empati dan daya tanggap.Kata Kunci: Kualitas Layanan, SERVQUAL, Sigma-6
ABSTRACT
Name Avida Anugraheni CitaprasetyaStudy Program Public HealthTitle Asessment of Service Quality of Security CentersHealth Facilities BPFK Medan in 2017Counsellor 1. dr. Pandu Riono, MPH, Ph.D2. Dr. drs. Tris Eryando, MAThe main job of BPFK Medan is to guarantee patient safety for health facilities bycalibrating health tools, which contributed in Indonesia Sehat Program. To deal with marketcompetition, BPFK Medan must determine the business strategy policy by assessingservice quality given to consumer. This research was applying Six Sigma and SERVQUALmethod to assesst service quality.In 2018, BPFK Medan set performance goal for Customer Satisfaction at 85 .This research found that service quality of calibration service in BPFK Medan equals to4,017, average of perceived quality was 0,983, average of sigma level was 2,357 andcriterion achieved was about 80,347 . To reach the performance goal, BPFK Medan mustdo some improvements. Service dimensions sorted by lowest average of perception value,perceived quality, sigma level and criterion achieved were empathy, responsiveness,tangibility, reliability and assurance. Service quality improvements could be obtainedabout 67,121 by improving dimensions of empathy and responsiveness as priority.Keywords service quality, SERVQUAL, six sigma
2018
T49956
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Duncan, W. Jack
Cambridge, UK: Blackwell, 1995
362.110 68 DUN s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Haimann, Theo
St. Louis: The Catholic Health Association of the United States, 1989
362.11 HAI s (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ginter, Peter M.
San Francisco, Calif: Jossey-Bass, 2014
362.110 GIN s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Stevens, George H.
San Francisco: Jossey-Bass, 1991
362.106 8 STE s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Shintha Silaswati
Abstrak :
Penurunan kesehatan klien lanjut usia/lansia yang dirawat di rumah sakit seringkali terlambat diketahui oleh perawat. Mendeteksi adanya masalah kesehatan yang kemudian menentukan klien mengalami kemunduran kondisi kesehatan selama dalam perawatan belum dapat dilakukan dengan cepat. Kondisi ini terjadi karena banyaknya instrumen yang harus diisi oleh perawat untuk dapat menentukan masalah keperawatan klien dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan instrumen deteksi kemunduran kesehatan lansia dan pemodelan teoritisnya yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan saat memberikan asuhan keperawatan klien di Rumah Sakit. Penelitian ini diawali dengan studi literatur, identifikasi instrumen yang digunakan Rumah Sakit untuk menapis masalah kesehatan lansia yang dirawat, me n g konsultasikan i n s t r ume n k e p a d a 7 orang pakar akademisi dan praktisi dari berbagai keilmuan terkait, dilanjutkan dengan menggunakan metode cross sectional untuk uji construct validity dengan analisa menggunakan Confirmatory Factor Analysis. Uji model teoritis kemunduran kesehatan lansia dilakukan dengan menggunakan Structural Equation Modelling pada 469 klien geriatri dari empat Rumah Sakit Umum Daerah (2 Kabupaten dan 2 Kota). Analisa data menggunakan software MPlus dari Muthen and Muthen versi 8.1. Hasil penelitian ini adalah instrumen deteksi kemunduran kesehatan lanjut usia atau IDeKu Ke Lansia dan pemodelan teoritis kemunduran kesehatan lansia di rumah sakit Indonesia yang komprehensif dan meliputi penilaian aspek fisik, kognitif-mental, sosial dan spiritual. Hasil penelitian menjelaskan bahwa aspek f isik berdampak langsung terhadap kemunduran kesehatan lansia (koefisien RMSEA < 0,05; CI 95%: < 0,05; probability RMSEA > 0,05; CFI 0,846; TLI 0,801) atau memenuhi kriteria unidimensional dan fit. Tanda-tanda vital (frekuensi nadi dan pernafasan), hasil pemeriksaan gula darah sewaktu, usia dan riwayat pendidikan merupakan indikator yang secara langsung mempengaruhi kemunduran fisik. Kemunduran fisik berpengaruh langsung terhadap masalah status gizi, aktifitas sehari-hari, kemunduran aspek kognitif-mental, dan aspek sosial. Jenis Kelamin berdampak tidak langsung untuk terjadinya kemunduran fisik melalui mediator kemunduran aspek sosial dan riwayat pekerjaan. IDeKu Ke Lansia merupakan instrumen pertama di Indonesia yang secara valid dan reliabel mampu mengukur kemunduran kesehatan lansia secara menyeluruh yaitu meliputi bio-psiko-sosio dan spiritual. Pengembangan instrumen ini dirancang untuk memudahkan perawat dalam mengambil keputusan klinik secara cepat dalam memberikan asuhan keperawatan. IDeKu Ke Lansia memiliki keunggulan sederhana, dapat dilakukan dengan cepat dan mampu menilai kondisi kesehatan lansia secara komprehensif. IDeKu Ke Lansia diharapkan mampu menguraikan kompleksitas masalah keperawatan selama lansia dalam perawatan, terutama dalam mendeteksi masalah kesehatan lansia saat klien masuk ruang rawat inap di Rumah Sakit. Instrumen ini dapat diubah dalam bentuk digital agar semakin memudahkan perawat untuk mengambil keputusan klinis dalam pemberian asuhan keperawatan klien lansia yang dirawatnya The deterioration of elderlys health status is often seen through by nurses. Detecting a health problem to determine if the client goes under a deterioration during the care could not be done quickly yet. This happens due to the time taken for many instruments a nurse has to fill out to determine the problem. This research aims to develop the instrument to detect the elderlys health deterioration and its theoretical model as the means to make the decisions on nurse care in hospitals. This research is done with literature study, instruments identification on what has already used in the hospitals, consultation with seven academic and practitioner experts from the related studies, followed by cross sectional method to test out the construct validity with Confirmatory Factor Analysis. The theoretical model test on elderlys health deterioration was conducted with Structural Equation Modelling on 469 geriatric clients from State Hospitals (2 districts and 2 cities). Data analysis was done by MPlus software from Muthen and Muthen ver.8.1. The result would be an elderly health deterioration detection instrument or IDeKu KE Lansia and the a comprehensive theoretical model on elderlys health deterioration in hospitals in Indonesia, including the assessments of physical, cognitive-mental, social and spiritual aspects. The result shows that physical aspect is directly affecting on the deterioration (coefficient RMSEA < 0,05; CI 95%; < 0,05; probability RMSEA > 0,05; CFI 0.846; TLI 0,801) or to fulfil the fit and unidimensional criteria. Vital signs (pulse and breathing frequency), blood sugar test result, age, and educational background are the indicators that directly affect the physical deterioration. The physical deterioration would directly affect the nutritional status, daily activities, setbacks on cognitivemental, and social aspect. Gender does not directly affect the physical deterioration through the mediator of social aspect and educational background. IDeKu Ke Lansia is the first valid and reliable instrument in Indonesia to measure the overall elderlys health deterioration including bio-psycho-socio and spiritual. The development of this instrument is designed to let the nurse easily make a clinical decision during the care. IDeKu Ke Lansia has a simple distinction, it could quickly and comprehensively determine the elderlys health condition. IDeKu Ke Lansia is expected to disentangle the complexity of elderlys health status during the care especially in detecting the problem at the time when the elderly was admitted to the hospital. This instrument could be altered into digital form so that it could be easily used by the nurse in taking clinical decisions during the elderly care.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>