Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Azizah Fajar Priarti
Abstrak :
Infeksi parasit usus merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar di dunia. Masalah infeksi cacing soil transmitted helminth dan protozoa paling banyak terjadi pada anak usia sekolah. Infeksi parasit usus ini erat kaitannya dengan kebiasaan penggunaan tempat buang air besar. Kebiasaan buang air besar yang tidak pada tempatnya dapat menyebabkan kontaminasi tanah maupun air disekitarnya, sehingga meningkatkan kejadian infeksi parasit usus. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi infeksi parasit usus pada anak-anak di TPA Bantargebang, Bekasi. Penelitian ini dilakukan dengan metode cross-sectional pada 139 anak usia 0-13 tahun yang diambil secara consecutive sampling. Data yang diambil dari responden berupa data primer melalui pengisian kuisioner dan pemeriksaan feses.

Kemudian data diolah menggunakan spss 11.5 for windows. Variabel pada penelitian ini adalah infeksi parasit usus dan kebiasaan tempat buang air besar yang dianalisis dengan uji chi square. Hasil penelitian didapat angka infeksi parasit usus pada anakanak di TPA Bantargebang sebesar 74,1%. Hasil penelitian juga menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara penggunaan tempat buang air besar dengan infeksi parasit usus (P>0,05).
Intestinal parasitic infection is one of the biggest health problem in the world. The soil transmitted helminth and intestinal protozoa infections most common in schoolage children. Intestinal parasitic infection is closely related with toilet usage behavior. Defecation at the wrong places can lead to contamination of the surrounding soil and water, thereby increasing the incidence of intestinal parasitic infection. The aim of this study to determine the prevalence of intestinal parasitic infection in children at landfill Bantargebang. This study was conducted with a crosssectional method on 139 children aged 0-13 years were taken by consecutive sampling. Data taken from respondent was primary data through questionnaire and stool examination.

Then the data was processed using spss 11.5 for windows. Variable in this study are the intestinal parasitic infection and the toilet usage behavior. This data was analyzed by chi-square test. The result show the prevalence of intestinal parasites in children at landfill Bantargebang is 74,1%. The result also showed no significant association between toilet usage and intestinal parasitic infection (P>0,05).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
[Infeksi parasit usus dapat mengganggu tumbuh kembang anak dan mempengaruhi kualitas hidup. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui prevalensi infeksi parasit usus pada anak sekolah dasar di Bekasi pada tahun 2012 dan hubungannya dengan tingkat pengetahuan tentang perilaku hidup bersih sehat (PHBS). Penelitian cross sectional ini dilakukan di sekolah dasar negri (SDN) dan madrasah ibtidaiyah (MI) di Bekasi. Data diambil pada bulan April 2012 dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai PHBS dan pemeriksaan feses secara langsung. Semua murid yang hadir dijadikan subyek penelitian (metode total sampling). Dari 130 sampel feses, 64,6% positif terinfeksi parasit usus yaitu B.hominis (43,1%), E. coli (3,1%), G. lamblia (3,1%), H. nana (2,3%), B. hominis dan E. coli (3,1%), B. hominis dan G. lamblia (8,5%), B. hominis dan T. trichiura (0,8%), B. hominis, E. coli, T. trichiura dan H. nana (0,8%). Hanya 3 responden (2,3%) yang memiliki pengetahuan baik mengenai PHBS sedangkan 72 responden (55,4%) berpengetahuan sedang dan 55 responden (42,3%) memiliki pengetahuan kurang. Uji chi square menunjukkan perbedaan bermakna (p=0,043) sehingga disimpulkan infeksi parasit usus berhubungan dengan tingkat pengetahuan PHBS., Intestinal parasitic infection can interfere children’s growth and development which will affect their quality of life. The purpose of this research is to find out the prevalence of intestinal parasitic infection among primary school children in Bekasi in 2012 and its association with knowledge level about clean and healthy living behaviour (PHBS). This cross sectional study is conducted in national primary school (SDN) and Islamic primary school in Bekasi (MI). Data is obtained on April 2012 by using questionnaire consisted of questions about PHBS and direct stool examination. All present students are involved (total sampling method). Out of 130 stool samples, 64,6% samples are positively infected by intestinal parasite as follows: B.hominis (43,1%), E. coli (3,1%), G. lamblia (3,1%), H. nana (2,3%), B. hominis and E. coli (3,1%), B. hominis and G. lamblia (8,5%), B. hominis and T. trichiura (0,8%), B. hominis, E. coli, T. trichiura and H. nana (0,8%). Only 3 respondents (2,3%) have high PHBS knowledge while 72 respondents (55,4%) have medium PHBS knowledge and 55 respondents (42,3%) have low PHBS knowledge. Chi square test shows significant difference (p=0,043) therefore it is summarized that intestinal parasitic infection relates with level of PHBS knowledge.]
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Metha Hartanti
Abstrak :
Bandara memiliki peran penting untuk menjaga dan mencegah penularan berbagai penyakit yang mungkin terjadi, karena bandara merupakan pintu masuk negara yang memiliki lalu lintas penumpang dan pesawat cukup padat. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kondisi hygiene sanitasi restoran dan sanitasi gedung/bangunan dengan keberadaan tikus di Bandara “X”. Metode penelitian dilakukan secara cross sectional dan ditampilkan dalam bentuk tabel, grafik, dan peta spasial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 60 ekor tikus tertangkap dengan jenis kelamin jantan lebih banyak dibanding betina dan indeks pinjal umum 6,4. Adapun jenis tikus tertangkap yaitu 50% Rattus Norvegicus, 43% Rattus tanezumi, dan 3% Mus musculus. Sementara itu terdapat 42,8 % restoran dan 46,4% gedung/bangunan yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Analisis bivariat menunjukkan ada hubungan hygiene sanitasi restoran dengan keberadaan tikus (OR = 8,52) dan ada hubungan sanitasi gedung/bangunan dengan keberadaan tikus (OR = 6,45). ......Airport has an important role to maintain and prevent the transmission of diseases that may occur, such as rodent borne disease. The objective of this study is on analyze the condition of hygiene sanitation restaurant and sanitation building with rodent population at the Airport “X”. The study design is cross sectional method. Data was displayed in tables, graphs, and maps. The results of study showed there were 60 rats caught up which male more than female, and flea index is 6,4. Type of rats is 50% Rattus norvegicus, 43% Rattus tanezumi, and 3% Mus musculus. Meanwhile, there are 42,8% restaurants and 46,4% buildings not have health requirements. Bivariate analysis showed there was association between hygiene sanitation restaurant and presence of rats (OR = 8,52) and was relationship beetween sanitation buildings and presence of rats (OR = 6.45).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Yanti
Abstrak :
Dinas Kesehatan Rakyat Kolonial dibentuk pada tahun 1925 dengan dilatar belakangi belum adanya perhatian pemerintah kolonial terhadap kesehatan bumiputera. Institusi kesehatan kolonial pertama di Hindia Belanda adalah Militaire Geneeskundigde Dienst (MGD) dibentuk pada masa pemerintahan Gubernur Jendral H.W. Daendles. Institusi kesehatan tersebut hanya dikhususkan bagi anggota militer kolonial. Usaha kesehatan untuk sipil mulai diadakan satu tahun kemudian, maka dibentuklah Burgerlijke Geneeskundige Diensi (BGD). Namun BGD meripakan subordinat dari MGD, hal inilah yang menyebabkan adanya pengabaian terhadap pelayanan kesehatan masyarakat sipil (baik pribumi maupun Eropa), karena ketika itu tentara tetap menjadi obyek utama dalam pelayanan kesehatan.BGD kemudian memilki tugas untuk perbaikan tingkat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu pada tahun 1925 dibentuklah Diensi der Volksgezondheid (DVG) yang gencar melancarkan kampanye dan propaganda untuk memberantas penyakit-penyakit yang melanda rakyat baik secara endeinis maupun epidemi.s. Dalam menjalankan misinya, DVG memerlukan tenaga medis yang memadai, sehingga mendatangkan dokter-dokter dari barat. Pada tahun 1924 datanglah dokter ahli kesehatan pertama di Amerika J.L,. Hydrick di Jawa atas undangan pemerintah Hindia Belanda dan dibiayai oleh Rockefeller Foundation. Hydrick dim-Wang untuk menjalankan proyek sanitasi di Purwokerto (Banyumas), program itu kemudian lebih dikenal dengan Medisch Hygienische Propaganda. Program propaganda kesehatan di Banyumas tidak akan berjalan tanpa peran serta dari berbagai pihak seperti Dokter Pribumi, Tokoh Pribumi, para guns dan siswa serta lembaga lainnya seperti Balai Poestaka dalam menyediakan Bacaan Rakyat. Namur demikian tanpa kepercayaan bumiputera akan ilmu kesehatan barat maka program propaganda kesehatan tersebut tidak berjalan efektif. Karena upaya yang digunakan orang barat tidak bias dengan begitu saja dipakai di masyarakat Banyumas yang memiliki keadaan dan tabiat yang berbeda dengan di Barat. Masyarakat bumiputera Banyumas lebih percaya kepada dukun, adat, dan agama atau kebiasaan hidup yang telah ada sejak nenek moyang mereka. Bagi masyarakat bumiputera Banyumas mengikuti ajaran ilmu kesehatan barat berarti hares merubah kebiasaan hidup mereka sepenuhnya, Terlebih bagi bumiputera propaganda kesehatan itu hanya intermezzo belaka, karena rakyat juga dibebani dengan biaya kesehatan sendiri terlebih pada tahun 1930 ketika terjadi krisis, anggaran kesehatan hanya tinggal 1/6 dari dana yang dianggarkan.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S12495
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library