Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Clara Maulidiansa
Abstrak :
Kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi memiliki dampak negatif yaitu menghasilkan limbah, baik dalam bentuk padat, cair maupun gas. Salah satu limbah yang berbentuk padat adalah sludge yang mengandung hidrokarbon. Pengolahan limbah sludge dapat dilakukan secara fisik, kimia dan biologis. Namun pengolahan secara fisik dan kimia membutuhkan biaya yang cukup besar dan tidak ramah lingkungan. Alternatif lain yang dapat digunakan adalah teknologi bioremediasi dengan metode Bioslurry. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis tingkat penurunan TPH pada sludge dengan menggunakan metode Bioslurry dan menganalisis pengaruh konsentrasi mikroorganisme Pseudomonas aeruginosa dalam mendegradasi hidrokarbon. Sampel sludge IPAL diperoleh dari lokasi produksi gas bumi PT. Medco E&P Lematang-Sumatera Selatan. Penelitian menggunakan tiga buah reaktor dengan sistem batch. Konsentrasi penambahan inokulum bakteri pada reaktor A sebanyak 10%, reaktor B sebanyak 15% dan reaktor C sebanyak 0% (kontrol). Selama 57 hari penelitian, tingkat penurunan TPH pada reaktor A sebesar 94%, dari nilai TPH 12,2% menjadi 0,76%, pada reaktor B tingkat penurunan sebesar 92%, dari nilai TPH 12,2% menjadi 0,93% dan pada reaktor C tingkat penurunan sebesar 71%, dari nilai TPH 12,2% menjadi 3,5%. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan inokum bakteri sebanyak 10% adalah yang paling optimal dalam mendegradasi hidrokarbon, dengan tingkat penurunan TPH paling besar yaitu 94%. ......The activity of exploring oil and gas has a negative impact that it produces solid, liquid, and gas waste as well. One of the solid waste is sludge which contains hydrocarbon. Sludge wastes management can be executed physically, chemically, and biologically. But, physically and chemical waste management have a higher cost and non environmentally friendly. Another alternatives which can be used is bioremediation technology using Bioslurry method. The aim of this study is to analyze TPH reduction on sludge using Bioslurry method and to analyze the effect of concentration of microorganisme Pseudomonas aeruginosa in degradating hydrocarbon. The sample of sludge WWTP is collected from gas production site PT Medco E&P in Lematang, Sumatera Selatan. This study use three reactors with batch system. The concentration addition 10% of inokulum bacteria in reactor A, 15% in reactor B, 0% in reactor C as a control. During 57 days of study, TPH reduction in reactor A read to 94%, from 12.2% of TPH to 0.76% of TPH, TPH reduction in reactor B to 92%, from 12.2% of TPH to 0.93% of TPH, and TPH reduction in reactor C to 71%, from 12.2% of TPH to 3.5% of TPH. As the conclusion of this study is that addition 10% inokulum bacteria is the optimum concentration in degradating hydrocarbon, with the highest TPH reduction, which is 94%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47736
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Springer, 2004
628.55 BIO
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Devita Enggar Fiasti
Abstrak :
Ketersediaan energi menjadi kebutuhan esensial bagi kehidupan manusia, namun saat ini produksi energi masih bergantung pada konsumsi bahan bakar fosil. Meningkatnya permintaan energi yang disertai dengan menipisnya cadangan bahan bakar fosil, menyebabkan ketertarikan untuk mencari sumber energi terbarukan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Salah satunya melalui penggunaan sistem berbasis biologis, yaitu Microalgae-Microbial fuel cell (MmFC). Microalgae-microbial Fuel Cell (MmFC) merupakan perangkat biokimia yang memanfaatkan,proses fotosintesis mikroalga untuk mengubah energi matahari menjadi listrik melalui reaksi metabolisme simultan dengan bakteri. Bakteri yang digunakan pada sistem ini dapat berupa kultur murni ataupun kultur campuran yang berasal dari limbah. Berangkat dari kondisi tersebut maka terdapat 2 optimasi yang dilakukan pada penelitian ini, yaitu optimasi jenis bakteri (bakteri indigenous limbah tempe dan bakteri Acetobacter aceti) dan optimasi waktu inkubasi limbah tempe (0 hari, 3 hari, 7 hari, dan 14 hari). Kinerja MmFC pada optimasi jenis bakteri ditinjau berdasarkan power density, sedangkan pada optimasi waktu inkubasi limbah tempe ditinjau berdasarkan power density dan bioremediasi limbah (%penurunan BOD dan COD). Hasil optimasi jenis bakteri, menunjukkan bahwa bakteri indigenous limbah tempe memberikan nilai power density lebih besar daripada bakteri A. aceti (PDmaks = 812,746 mW/m2; PDrata-rata = 438,310 mW/m2). Sementara itu, hasil optimasi waktu inkubasi limbah tempe, menunjukkan bahwa inkubasi limbah tempe selama 14 hari merupakan waktu inkubasi yang paling optimal ( PDmaks = 1146,876 mW/m2; PDrata-rata = 583,491 mW/m2; %penurunan COD = 46,011%; %penurunan BOD = 47,172%) ......The availability of energy is an essential need for human life, but currently, energy production still depends on the consumption of fossil fuels. The increasing energy demand, accompanied by the decrease of fossil fuel reserves, has caused interest in finding sustainable and environmentally friendly renewable energy sources. One of them is through the use of a biological-based system, namely Microalgae-Microbial fuel cell (MmFC).Microalgae-microbial Fuel Cell (MmFC) is a biochemical device that utilizes the photosynthetic process of microalgae to convert solar energy into electricity through simultaneous metabolic reactions with bacteria. The bacteria used in this system can be pure cultures or mixed cultures from waste. Based on these conditions, there are 2 optimizations carried out in this research, namely optimization of the type of bacteria (indigenous bacteria of tempeh waste and Acetobacter aceti bacteria) and optimization of incubation time of tempeh waste (0 days, 3 days, 7 days, and 14 days). The performance of MmFC on the optimization of bacterial species was reviewed based on the power density, while the optimization of incubation time for tempeh waste was reviewed based on the power density and waste bioremediation (% decrease in BOD and COD). The results of the optimization of the type of bacteria showed that the indigenous bacteria of tempeh waste showed a power density value greater than that of A. aceti bacteria (PDmax = 812.746 mW/m2; PDaverage = 438.310 mW/m2). Meanwhile, the optimization results of tempeh waste incubation time showed that incubation of tempeh waste for 14 days was the most optimal incubation time (PDmax = 1146.876 mW/m2; PD average = 583,491 mW/m2; % decrease in BOD = 46.011%; % decrease in COD = 47.172%)
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library