Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nanda Noor Muhammad
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang: Menurut data tahun 2015 dari WHO dan UNAIDS, ada sekitar 36,7 juta orang di dunia hidup dengan HIV/AIDS. Di Indonesia, berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, prevalensi HIV mencapai 0,4 dimana terdapat 232.323 penderita HIV dan 86.780 penderita AIDS yang dilaporkan pada tahun 2016. Kualitas hidup terkait kesehatan pada pasien HIV dapat digunakan sebagai salah satu indikator keberhasilan terapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesahihan dan keandalan kuesioner WHOQOL-HIV BREF dalam bahasa Indonesia sebagai alat untuk mengukur kualitas hidup pada pasien HIV/AIDS. Metode: Penelitian potong lintang ini dilakukan di Poliklinik khusus HIV RSCM pada bulan November 2016 dengan cara consecutive sampling. Penelitian dilakukan dalam 2 tahap yaitu tahap awal yang merupakan proses adaptasi bahasa dan budaya dan tahap akhir yaitu uji kesahihan dan keandalan dari kuesioner. Hasil : Dari 56 responden yang mengisi kuesioner diketahui bahwa 69,6% laki-laki. Melalui pendekatan multi-trait scaling analysis didapatkan nilai koefisien korelasi yang tinggi terhadap skor total domainnya sehingga dapat dapat dikatakan memiliki validasi yang baik. Korelasi antar domain kuesioner WHOQOL-HIV BREF dan domain kuesioner SF-36 didapatkan 6 domain yang signifikan bermakna (p <0,005) dengan nilai koefisien korelasi kuat (r=0,60-0,79). Keandalan kuesioner dinilai dengan intra class correlation coefficient masing-masing domain 0,401-0,484 dan nilai Alpha Cronbach 0,513-0,798. Kesimpulan: Kuesioner WHOQOL-HIV BREF dalam bahasa Indonesia sahih dan andal. Diharapkan kualitas hidup dapat dipertimbangkan sebagai salah satu acuan respon pengobatan.
ABSTRACT
Background According to data from WHO and UNAIDS in 2015, approximately 36.7 million people worldwide living with HIV AIDS. In Indonesia, according to the data from the Ministry of Health Republik Indonesia, the HIV prevalence reached 0.4 where 232.323 people living with HIV and 86.780 people already in AIDS stage at 2016. Health status, which contributes to the quality of life in HIV patients, can be used as one indicators of the success of therapy. This study aims to determine the validity and reliability of the questionnaire WHOQOL HIV BREF in Indonesian as a tool for measuring the quality of life of HIV patients. Methods: A cross sectional study was conducted in HIV Integrated Service Unit Cipto Mangunkusumo General Hospital RSCM in November 2016 with consecutive sampling method. The study was conducted in two phases first, the language and cultural adaptation process and second phase was to test the validity and reliability of the questionnaire. Result: Total 56 respondents who filled the questionnaire, 69.6 % of them were men. Through a multi-trait scaling analysis, correlation coefficient value has a high correlation to the total score domain, and thus can be concluded that it has a good validation. Correlation between questionnaire domain WHOQOL-HIV BREF and SF-36 questionnaire domain obtained 6 significant domain (p <0.005) with a strong correlation coefficient (r=0.60 to 0.79). Reliability of the questionnaire was assessed by intra class correlation coefficient, each domain from 0.401 to 0.484 and 0.513 to 0.798 for Cronbach Alpha. Conclusion: The questionnaire WHOQOL-HIV BREF in the Indonesian language is valid and reliable. As such the quality of life can be considered as one criteria of a successful response of HIV treatment.
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Dewi Rosady
Abstrak :
Infeksi HIV menghasilkan radikal bebas yang merusak sel dan berbagai organ tubuh. Antioksidan berperan penting untuk mengatasi kerusakan akibat radikal bebas. Penelitian dengan desain potong lintang ini merupakan bagian dari penelitian bersama untuk mengetahui korelasi kadar antioksidan (beta karoten, vitamin C, E dan seng) dengan kadar SOD pada penderita HIV/AIDS di Pokdisus AIDS FKUI/RSUPNCM, Jakarta. Pengumpulan data dilakukan sejak akhir bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 dengan metode consecutive sampling, didapatkan 52 orang subyek memenuhi kriteria penelitian. Hasil penelitian menunjukkan median usia subyek 33 (24-40) tahun dengan 51,9% laki-laki. Sebanyak 94,2% subyek mendapatkan terapi anti retrovirus. Nilai median jumlah limfosit T CD4+ adalah 245 (50-861) sel/µL dan 63,5% subyek berada pada kelompok CDC II. Status gizi 84,6% subyek normal dan lebih dengan nilai median 21,4 (14,4-32,4) kg/m2. Nilai rerata asupan energi subyek 1850,8±454,6 kkal/hari, 76,9% subyek memiliki asupan energi kurang dari kebutuhan total harian. Nilai Median asupan lemak subyek 51,4 (22-129,4) gram/hari dan 63,5% subyek memiliki asupan lemak kurang dari energi total. Semua subyek memiliki asupan serat yang kurang dari angka kecukupan serat, nilai rerata asupan serat subyek adalah 8,6±3,6 gram. Nilai rerata asupan beta karoten subyek 10,92±4,37 mg/hari, 88,5% memiliki asupan beta karoten cukup. Nilai median kadar beta karoten subyek 0,21 (0,01-0,72) µmol/L dan 76,9% subyek memiliki kadar beta karoten rendah. Rerata kadar SOD subyek sebesar 1542,1±281 U/gHb dan 53,8% subyek memiliki kadar SOD normal. Tidak didapatkan korelasi bermakna antara kadar beta karoten dengan SOD pada penderita HIV/AIDS (r=-0,174, p=0,217). ......Free radicals formed on the course of HIV infection can cause cellular and multiple organ damage. Antioxidants play an important role to minimize damage caused by these free radicals. This research is done using cross sectional design and is part of a joint study to assess the correlation between antioxidants (beta-carotene, vitamin C, E, and zinc) and SOD levels in HIV/AIDS patients at Pokdisus AIDS FKUI/RSUPNCM, Jakarta. The study is done from late February 2013 to March 2013 using consecutive sampling method, 52 subjects matched the study’s criteria. Study shows the age median value is 33 (24-40) years old, with 51.9% male. As much as 94.2% subjects were receiving anti retroviral therapy. Median value of CD4+ T lymphocyte count is 245 (50-861) cell/µL, 63.5% subjects belong in the CDC II category. Nutritional status for 84.6% subjects was normal and overweight with median value of 21.4 (14.4-32.4) kg/m2. Mean score for energy intake is 1850.8±454.6 kcal/day and as much as 76.9% subjects have energy intake less than total daily requirement. Median value of fat intake is 51.4 (22-129.4) grams/day and 63.5% subjects have fat intake less than total energy. All subjects were found to have fiber intake less than individual fiber requirement with mean score of 8.6±3.6 grams. Subjects’ mean score for beta-carotene is 10.92±4.37 mg/day and 88.5% of the subjects have adequate beta-carotene intake. Median value of beta-carotene level is 0.21 (0.01-0.72) µmol/L and 76.9% subjects have low beta-carotene level. SOD level mean score is 1542.1±281 U/gHb, 53.8% subjects had normal SOD level. This study found no significant correlation between beta-carotene and SOD levels in HIV/AIDS patients (r=-0.174, p=0.217).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evi Jayanti
Abstrak :
Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan PL) Departemen Kesehatan RI, sampai dengan September 2006 secara kumulatif jumlah orang yang terinfeksi HIV sebanyak 4.617 kasus dan AIDS sebanyak 6.987 kasus, tersebar di 32 propinsi dan 158 kabupaten/kota. Pada tahun 2006 Jakarta dan Bali termasuk 6 propinsi (Papua, DKI Jakarta, Riau, Bali, Jawa Timur, Jawa Barat) yang memiliki prevalensi HIV kelompok berisiko tertentu telah melewati angka 5 persen yang menurut kategori WHO telah memasuki tingkat terkonsentrasi. Adanya layanan tes HIV sebagai tempat untuk konseling dan melakukan tes HIV sangat berperan sebagai pintu masuk untuk mendapatkan akses ke semua pelayanan, baik informasi, edukasi, terapi atau dukungan psikososial bagi klien yang memanfaatkannya. Walaupun begitu, masih rendah tingkat pemanfaatkannya. Tujuan penelitian adalah mengetahui gambaran pengguna layanan tes HIV berdasarkan tempat layanan tes HIV dan faktor yang berpengaruh terhadap status HIV positif pada klien layanan tes HIV di Jakarta dan Bali tahun 2007. Penelitian ini termasuk ke dalam disain penelitian deskriptif dan analitik. Deskripsi tentang pengguna klinik-klinik layanan tes HIV di Jakarta dan Bali tahun 2007 dan menganalisis dengan jenis penelitian potong lintang, dalam hal ini mempelajari faktor yang berpengaruh terhadap status HIV positif di Jakarta dan Bali tahun 2007. Hasil analisis menunjukkan bahwa penasun akan berisiko untuk HIV positif sebesar 6,3 kali lebih tinggi dibandingkan lainnya setelah dikontrol dengan factor kelompok umur, status pernikahan, tingkat pendidikan, dan cara penularan, dengan 95% CI (2,9 ? 13,7), nilai p<0,001. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kelompok berisiko dari kalangan penasun memiliki pengaruh yang paling besar terhadap status HIV seseorang dan memiliki risiko terinfeksi HIV yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok berisiko lainnya. Dari penelitian ini disarankan agar penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia dilakukan dengan memperkuat pendekatan kesehatan masyarakat, dengan pendekatan promosi kesehatan, diagnosis dini, pengobatan segera, sampai rehabilitasi.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ina Martiana
Abstrak :
Abstrak
Men who have sex with men (MSM) comprise a population at risk for HIV infection. Assessing the Quality of Life (QOL) in MSM might be different than other populations. This study showed a secondary analysis from our previous research. It was needed to understand whether peer support and family acceptance had an impact on QOL of MSM living with HIV and ART (Antiretroviral Therapy). A total of 175 respondents were involved in this cross-sectional study that was carried out with purposive sampling. The questionnaires were translated to Bahasa and tested for validity and reliability. Data questionnaires completed were analyzed. Results showed that peer support was positively correlated with QOL (p= 0.023; OR= 2.070), and also, family acceptance was significantly related to QOL (p= 0.001; OR= 2.766). Thus, peer support and family acceptance are important factors affecting the well-being and QOL of MSM living with HIV and ART. This finding can be used for the improvement of QOL in people living with HIV.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
610 JKI 24:1 (2021)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Gina Nurul Habibah
Abstrak :
Proporsi ibu hamil yang datang ke pelayanan dan mendapat tes HIV tahun 2021 di Kabupaten Sumedang masih dibawah target, yaitu sebesar 79%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan perilaku tes HIV pada ibu hamil di Kabupaten Sumedang tahun 2022. Penelitian menggunakan desain cross sectional, pada 220 ibu hamil yang berkunjung ke 8 Puskesmas yang terpilih secara acak di Kabupaten Sumedang. Data dikumpulkan dengan cara responden mengisi secara mandiri kuesioner yang sudah diujicoba validitas dan reliabilitasnya dan selanjutnya dianalisis dengan uji logistik regresi ganda. Hasil penelitian menunjukkan proporsi ibu hamil yang tidak melakukan tes HIV di Kabupaten Sumedang sebesar 30,9%. Pengetahuan tentang HIV/AIDS, persepsi manfaat dan persepsi hambatan melakukan pemeriksaan HIV berhubungan dengan perilaku tes HIV dan faktor yang paling dominan adalah persepsi manfaat pemeriksaan HIV. Ibu hamil yang mempersepsikan pemeriksaan HIV tidak bermanfaat berpeluang hampir 3,4 kali untuk tidak melakukan tes HIV dibanding yang mempersepsikan bermanfaat setelah dikontrol oleh pengetahuan tentang HIV/AIDS dan persepsi hambatan melakukan pemeriksaan HIV di Kabupaten Sumedang (p value = 0,003, POR = 3,427, 95% CI: 1,542-7,615). Untuk itu, perlu mengoptimalkan pemberian KIE dan konseling tentang manfaat melakukan tes HIV/AIDS, meningkatkan upaya promosi kesehatan melalui media massa serta mengoptimalkan pelayanan mobile VCT. ......The proportion of pregnant women who come to the service and receive an HIV test in 2021 in Sumedang is still below the target, which is 79%. This study aims to determine the determinants of HIV testing behavior in pregnant women in Sumedang in 2022. The study used a cross sectional design, on 220 pregnant women who visited 8 health centers randomly selected in Sumedang. Data were collected by means of respondents filling out a questionnaire that had been tested for validity and reliability and then analyzed by using multiple regression logistic test. The results showed that the proportion of pregnant women who did not do an HIV test in Sumedang was 30.9%. Knowledge of HIV/AIDS, perceived benefits and perceived barriers to HIV testing are related to HIV testing behavior and the most dominant factor is perceived benefits of HIV testing. Pregnant women who perceive that HIV testing is not beneficial are almost 3.4 times more likely not to take an HIV test than those who perceive it is beneficial after being controlled by knowledge about HIV/AIDS and perceived barriers to HIV testing in Sumedang (p value = 0.003, POR = 3.427, 95% CI: 1.542-7.615). For this reason, it is necessary to optimize the provision of KIE and counseling about the benefits of testing for HIV/AIDS, increase efforts to promote health through mass media and optimize mobile VCT services.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nancy Indriyani Dida
Abstrak :
ABSTRAK
Saat ini proporsi kejadian terinfeksi HIV pada perempuan semakin meningkat. Kualitas hidup pada ibu rumah tangga dengan HIV rendah, hal ini dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti HIV disclosure, stigma dan stres. Tujuan : Mengidentifikasi hubungan HIV disclosure, stigma dan stres terhadap kualitas hidup ibu rumah tangga dengan HIV di Kupang, menggunakan desain penelitian cross sectional. Sampel terdiri dari 120 ibu rumah tangga dengan HIV di poli VCT Sobat yang dipilih dengan teknik consecutive sampling. Hasil : Ada hubungan antara stres (p=0,011;α=0,005) dan stigma (p=0,001;α=0,005) dengan kualitas hidup ibu rumah tangga dengan HIV. Faktor paling dominan yang mempengaruhi kualitas hidup ibu rumah tangga dengan HIV adalah tingkat stres sedang (p=0,009;α=0,005; OR=7,667; 95% CI= 1,678-35,032). Kesimpulan : Stres dan stigma berhubungan dengan kualitas hidup ibu rumah tangga denfan HIV di Kupang. Direkomendasikan untuk dilakukan deteksi dini tingkat stres pada ibu rumah tangga dengan HIV agar dapat dilakukan intervensi awal untuk mengurangi stigma dan meningkatkan kualitas hidup.
ABSTRACT
The proportion of HIV-infected women currently increases. Quality of life in housewives with HIV is low, this can be caused by many factors such as HIV disclosure, stigma and stress. Objective: To identify the relationship between HIV disclosure, stigma and stress on the quality of life of housewives with HIV in Kupang, using a cross sectional study design. The sample consisted of 120 housewives with HIV in poly VCT friends who were selected by consecutive sampling technique. Results: There was a relationship between stress (p = 0.011; α = 0.005) and stigma (p = 0.001; α = 0.005) with the quality of life of housewives with HIV. The most dominant factor affecting the quality of life of housewives with HIV is the moderate stress level (p = 0.009; α = 0.005; OR = 7.667; 95% CI = 1.678-35.032). Conclusion: Stress and stigma are associated with quality of life of housewives with HIV in Kupang. Early detection of stress levels in housewives with HIV is recommended so that early intervention can be carried out to reduce stigma and improve quality of life.

 

2019
T53071
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hery Anggara
Abstrak :
Implementasi Rencana Aksi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS berfokus di Rutan Klas I Jakarta Pusat, bertujuan memberikan Implementasi Rencana Aksi Nasional Penanggulangan HIV-AIDS di Rutan Klas I Jakarta Pusat menurut model Implementasi George C. Edward III, Gambaran pencapaian program Rencana Aksi Nasional HIV-AIDS dalam hal layanan kesehatan bagi Warga Binaan Pemasyarakatan di Rutan Klas I Jakarta Pusat. Pendekatan penelitian dilakukan melalui metode penelitian kualitatif. Penggalian informasi yang relevan dengan topik yang diteliti dilakukan melalui studi kepustakaan dan wawancara mendalam kepada informan seperti pejabat Rutan Klas I Jakarta Pusat yang memahami permasalahan yang sedang diteliti ataupun informan seperti tahanan dan narapidana yang mengalami layanan kesehatan HIV dan AIDS di Rutan Klas I Jakarta Pusat. Dari hasil temuan lapangan dapat disimpulkan bahwa Implementasi Rencana Aksi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS di Rutan Klas I Jakarta Pusat saat ini masih belum dapat dilaksanakan secara optimal yaitu belum terbentuknya komunikasi yang efektif antara pelaksana program yaitu petugas dengan para warga binaan, keterbatasan sumberdaya manusia yang bekerja di poliklinik Rutan baik kuantitas yaitu jumlah petugas yang minim dan kualitas yaitu belum terlatihnya petugas poliklinik dalam penanggulangan HIV-AIDS secara konfrehensif, belum terbentuknya disposisi yang kuat dalam bentuk sikap dan komitmen yang tinggi diantara petugas dalam melakukan pelayanan penanggulangan HIV-AIDS, belum adanya struktur birokrasi yang berwenang mengenai jabatan khusus yang membidangi pelayanan penanggulangan HIV-AIDS. Berdasarkan temuan dan analisis disarankan kepada Rutan Klas I Jakarta Pusat perlu Peningkatan komunikasi yang efektif antara pelaksana program yaitu petugas dengan para warga binaan, Peningkatan sumberdaya manusia yang bekerja di poliklinik Rutan baik kuantitas yaitu jumlah petugas dan kualitas yaitu mengadakan pelatihan dan pendidikan, Meningkatkan sikap dan komitmen yang tinggi diantara petugas dalam melakukan pelayanan, Membentuk struktur birokrasi yang berwenang mengenai jabatan khusus yang membidangi pelayanan penanggulangan HIV-AIDS ......The implementation of the National Action Plan for HIV and AIDS countermeasures focuses in prisons in the Class I State Prison in Central Jakarta. The use of George C. Edward III implementation model for the implementation of the National Action Plan for HIV and AIDS in the Class I State Prison in Central Jakarta, Overview of the National Action Plan for program achievement HIV-AIDS in terms of health care for inmates in correctional detention Class I Central-Jakarta. Approach to research conducted through qualitative research methods. Extracting information relevant to the subject under study is done through the study of literature and in-depth interviews to the informant as detention officers in the Central Jakarta Class I understand the issue being studied or informants such as prisoners and prisoners who have HIV and AIDS health services.. From the results it can be concluded that the findings of the field implementation of the National Action Plan on HIV and AIDS in Central Jakarta is still yet to be implemented optimally is not the formation of effective communication between the program managers are officers with the prisoners, limited human resources that work the clinic Rutan both quantity is minimal and the number of officers who are not well trained quality personnel polyclinic in HIV - AIDS in konfrehensif , the lack of a strong disposition in the form of attitude and commitment among workers in the services, HIV - AIDS , the lack of structure bureaucracy in charge of the office in charge of special services to combat HIV - AIDS . Based on the findings and analysis suggested to the detention center in Central Jakarta need Improved effective communication between the program managers are officers with the prisoners, Improvement of human resources working in the clinic Rutan both quantity and quality, namely the number of officers that conduct training and education , Improve posture and high commitment among workers in the services, Forming a bureaucratic structure which authorized a special office in charge of the response to HIV and AIDS services
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Donna Almira
Abstrak :
ABSTRAK Pendahuluan: Jumlah pasien HIV/AIDS berkembang khususnya di Indonesia, salah satu faktor yang menghambat penanganan pasien adalah diagnosis yang kurang baik. Pemerintah telah memfasilitasi tes diagnostik di setiap puskesmas dengan kombinasi tes cepat anti-HIV menggunakan strategi tiga World Health Organization WHO . Penggunaan kombinasi reagen yang baik diharapkan dapat meningkatkan akurasi dari tes tersebut dalam mendiagnosis HIV/AIDS.Data diperoleh dari bank sampel Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo Departemen Patologi Klinik.Metode: Kombinasi dari tiga reagen dipilih berdasarkan persyaratan WHO. Hasil kombinasi reagen dibandingkan dengan status sampel yang dikonfirmasi dengan Western Blot, sehingga dapat dilakukan perhitungan sensitivitas, spesifisitas, dan diskordansi setiap kombinasi.Hasil: Dari sensitivitas, spesifisitas serta diskordansi berbagai kombinasi diperoleh dua kombinasi terbaik dengan hasil yang sama, yaitu SD Bioline HIV -1/2 3.0 Alere -HIV 1 2 Antibody Rapid Oncoprobe Utama - Vikia HIV 1/2 BioMerieux dan Advance Quality Rapid Anti-HIV 1 2 Test Intec - Abon HIV 1/2/O Abon - Vikia HIV 1/2 BioMerieux dengan sensitivitas dan spesifisitas 100 dan nilai diskordansi rendah yaitu 1,53 . Berdasarkan WHO diskordansi masih dianggap baik bila di bawah 5 .Diskusi: Dari kombinasi reagen yang tidak mengikuti persyaratan strategi tiga WHO, ternyata sensitivitas dan spesifisitas dapat mencapai 100 , namun angka diskordansi menunjukkan angka yang sangat tinggi, yaitu 4,3 . Dapat disimpulkan bahwa penerapan persyaratan WHO pada kombinasi reagen meningkatkan sensitivitas, spesifisitas, dan mengurangi diskordansi, sehingga akurasi diagnosis dapat ditingkatkan.
ABSTRACT Introduction The number of patients with HIV AIDS develops, especially in Indonesia, One of the factors is unfavorable diagnosis. Government facilitated the diagnostic tests in every health center with a combination of anti HIV rapid test using strategy III of World Health Organization WHO . The use of a good combination of reagents is expected to improve the accuracy in the diagnosis of HIV AIDS. Data is obtained from the sample bank rsquo s in Department of Clinical Pathology Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo.Method The combination of three reagents has been selected based on the requirements of WHO. The result is compared to the sample status confirmed by Western Blot, which can be calculated the sensitivity, specificity, and discordant of any combination.Results Based on sensitivity, specificity and discordant from various combinations, it is obtained two best combinations with the same result, namely SD Bioline HIV 1 2 3.0 Alere HIV 1 2 Rapid Antibody Main Oncoprobe Vikia HIV 1 2 bioMerieux and Advance Quality Rapid Anti HIV 1 2 Test Intec ndash Abon HIV 1 2 O Shredded Vikia HIV 1 2 bioMerieux with a sensitivity and specificity of 100 and the discordant value at 1.53 . Based on the WHO the discordant value is still considered as good as long as it is below 5 . Discussion If the combination do not follow the requirements of WHO using strategy III, the sensitivity and specificity can reach 100 , but the discordant value indicate high number, whichis 4.3 . As conclusion, application of the requirements of the WHO on a combination of reagents can increased sensitivity, specificity, and reduce the discordant, so the accuracy of diagnosis can be improved.
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sherlyana
Abstrak :
Latar Belakang: Dalam kedokteran gigi, kualitas hidup terkait kesehatan rongga mulut (Oral Health Related Quality of life, OHRQoL) diakui sebagai ujung tombak penting dalam tata laksana penyakit kronis seperti HIV/AIDS. Namun di Indonesia, faktor-faktor yang memiliki hubungan dengan OHRQoL pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA) masih belum diketahui. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan OHRQoL pada ODHA. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik deskriptif dengan metode potong lintang terhadap ODHA yang datang ke Klinik Lotus, Rumah Sakit Khusus Gigi Mulut FKG UI. Semua responden berusia diatas 18 tahun dan memiliki skor MMSE > 24. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode consecutive sampling, didapatkan 105 responden. Kualitas hidup terkait kesehatan rongga mulut diukur menggunakan kuesioner OHIP-14 ID. Semua responden mengisi kuesioner OHIP-14 ID secara lengkap dan menjalani pemeriksaan klinis intraoral. Hubungan faktor sosiodemografi (jenis kelamin, usia, pendapatan per bulan, status pendidikan, status pekerjaan, status pernikahan, asuransi kesehatan, merokok), riwayat medis terkait HIV (durasi penggunaan ART, durasi infeksi HIV, transmisi HIV, jumlah CD4, jumlah virus HIV, koinfeksi), riwayat dental (kunjungan ke dokter gigi, kebersihan rongga mulut, status dental, gigi tiruan, lesi oral HIV) dengan OHRQol dan dimensinya diukur dengan uji komparatif numerik (Mann-whitney U, Kruskal-wallis, Independent T-test) dan uji korelasi (Pearson Corelation). Hasil analisis dianggap signifikan bila p<0,05. Hasil: Skor rata-rata OHIP-14 ID yaitu 14,76 ± 13,10. Skor tertinggi pada dimensi ketidaknyamanan fisik (2,84 ± 2,20) dan skor terendah pada dimensi keterbatasan fungsional (1,41 ± 1,96). Pada analisis bivariat, OHIP-14 ID berhubungan signifikan dengan kebiasaan merokok (p = 0.00), asuransi kesehatan (p = 0.03), rute transmisi HIV (p = 0,03), dan skor DMFT (p = 0,00). Dimensi keterbatasan fungsional secara signifikan berhubungan dengan pendapatan per bulan, merokok, durasi infeksi HIV, rute transmisi HIV, status dental dan lesi oral HIV. Dimensi ketidaknyamaman fisik secara signifikan berhubungan dengan pernikahan, asuransi kesehatan, merokok, durasi infeksi HIV, rute transmisi HIV, koinfeksi, status dental dan lesi oral HIV. Dimensi ketidaknyamanan psikologis secara signifikan berhubungan dengan jenis kelamin, merokok, durasi infeksi HIV, status dental dan lesi oral HIV. Dimensi ketidakmampuan fisik secara signifikan berhubungan dengan durasi infeksi HIV, status dental, dan lesi oral HIV. Dimensi ketidakmampuan psikologis secara signifikan berhubungan dengan asuransi, status pernikahan, merokok, durasi infeksi HIV, rute transmisi HIV, status dental, dan lesi oral HIV. Dimensi ketidakmampuan sosial secara signifikan berhubungan dengan usia, pendidikan, merokok, durasi ART dan durasi HIV. Dimensi kecacatan secara signifikan berhubungan dengan status dental dan lesi oral HIV. Kesimpulan: Merokok, asuransi kesehatan, rute transmisi HIV, dan DMFT ditemukan sebagai faktor yang memiliki hubungan signifikan yang dapat ditargetkan untuk meningkatkan kualitas hidup pada ODHA. Untuk mencegah penyakit rongga mulut, penting untuk melakukan orientasi kembali layanan kesehatan mulut bagi ODHA. Penelitian lebih lanjut sangat diperlukan pada populasi ODHA. ......Background: In dentistry, Oral Health Related Quality of life (OHRQoL) is recognized as an essential end point in the disease management of chronic conditions such as HIV. In Indonesia, however, the OHRQoL associated factors of people living with HIV/AIDS (PLWHA) has not been previously explored. The aim of this study was to identify OHRQoL and its dimensions associated factors among PLWHA. Methods: An analytic descriptive cross-sectional study was conducted to HIV positive patients who invited to Lotus Clinic of Dental Hospital Universitas Indonesia. All respondents were aged ≥ 18 years old and MMSE scored >24. The consecutive sample consisted of 105 respondents. The Oral health-related quality of life was assessed of OHIP-14 ID questionnaire. All of respondents completed OHIP-14 ID questionnaire, sociodemographic form, medical history form and intra oral examination. The correlation of sociodemographic variables (sex, age, monthly income, education level, occupation, marital status, smoking,), HIV related variables (CD4 cell counts, HIV viral load, coinfections, HIV duration, ARV duration, HIV transmission mode), oral health status variables (DMFT index, OHI-S index, denture use, HIV oral lesion, last dental visit) on OHRQol and its dimensions were assessed with Mann-whitney U test, Kruskal-wallis, Independent T-test, and correlation tests (Pearson Correlation) using SPSS. Results: The mean score of the OHIP-14 ID was 14.76 ± 13.10. The highest and lowest scores belonged to the physical pain dimension (2.84 ± 2.20) and functional limitation (1.41 ± 1.96) domain respectively. In the bivariate analysis, the OHIP-14 ID was significantly associated with patients' smoking habit (p = 0.00), health insurance (p = 0.03), HIV transmission mode (p = 0.03), and DMFT index (p = 0.00). Functional limitation dimension was significantly associated with monthly income, smoking, HIV duration, HIV transmission mode, DMFT index, HIV oral lesion. Physical pain dimension was significantly associated with marital status, health insurance, smoking, HIV duration, HIV transmission mode, coinfection, DMFT index, HIV oral lesion. Psychological discomfort dimension was significantly associated with sex, smoking, HIV duration, DMFT index, HIV oral lesion. Physical disability dimension was significantly associated with HIV duration, DMFT index, HIV oral lesion. Psychological disability dimension was significantly associated with health insurance, HIV duration, HIV transmission mode, DMFT index, HIV oral lesion. Social disability dimension was significantly associated with age, education level, smoking, ART duration, HIV duration. Handicap dimension was significantly associated with DMFT index and HIV oral lesion. Conclusions: Smoking, health insurance, HIV transmission mode and DMFT index were identified as significant associated factors which could be targeted to improve quality of PLWHA. In order to prevent oral diseases, it is important to reorient oral health services for the PLWHA. Further studies among HIV/AIDS patient populations are desirable.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rindy Agustina
Abstrak :
ABSTRAK
Salah satu infeksi yang harus dideteksi selama kehamilan adalah infeksi HIV pada ibu karena berpotensi tertular pada bayi yang akan dilahirkannya yaitu sekitar 30 . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap ibu hamil terhadap Provider Initiated Test and Counseling PITC di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo tahun 2017. Jenis penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain cross sectional. Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah metode simple random sampling sehingga didapat sampel sebanyak 70 orang. Dari hasil analisis multivariat pada penelitian ini didapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap ibu hamil terhadap PITC adalah keterpaparan informasi melalui media cetak p=0,002 , keterpaparan informasi melalui media elektronik p=0,008, keaktifan dalam kegiatan keagamaan p=0,021 dan dukungan keluarga p=0,038.
ABSTRACT
One of the infections that should be detected during pregnancy is HIV infection in pregnant women, because of the potential for infected at birth to the baby about 30 . This study aimed to determine the attitude of pregnant women to Provider Initiated Test and Counseling PITC at Pasar Rebo Distric Health Center in 2017. This research type is quantitative with cross sectional design. In this research the sampling technique used is simple random sampling method so that get the sample counted 70 people. From the result of multivariate analysis in this research, the factors that influence the attitude of pregnant mother to PITC are the exposure of information through print media p 0,002 , the exposure of information through electronic media p 0,008, the activity in religious activity p 0,021 and family support p 0,038.
2017
S67507
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library