Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rachmi Handayani
Abstrak :
Latar belakang: Etiologi dari Gangguan Perkembangan Pervasif (GPP) masih belum diketahui dengan pasti. Berbagai penelitian terus dilakukan untuk menemukan etiologi sebenarnya dari GPP. Berbagai kemungkinan telah dipikirkan mengenai etiologi dari GPP, mulai dari faktor genetik sampai faktor-faktor risiko eksternal yang berperan untuk terjadinya GPP. Mengingat dampak buruk yang dapat terjadi apabila anak dengan GPP tidak diintervensi secara dini dan data mengenai faktor-faktor risiko eksternal sampai saat ini belum ada di Indonesia, maka penulis berminat untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor risiko yang terkait dengan GPP sehingga dapat dilakukan beberapa tindakan prevensi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan GPP pada saat kehamilan, proses kelahiran, keadaan saat anak lahir, riwayat medis anak dan riwayat keluarga dengan GPP. Metode: Penelitian ini adalah penelitian cross sectional terhadap anak dengan GPP dan anak NonGPP yang bcrobat jalan kc poliklinik psikiatri anak dan remaja RSUPNCM yang meincnuhi kriteria penelitian. Instrwnen yang digunakan adalah DSM IV untuk mendiagnosis GPP pada anak dan daftar isian dari faktor-faktor risiko selama kehamilan, kelahiran, riwayat medis anak dan riwayat keluarga dengan GPP. Hasil : Telah didapatkan 57 anak yang diteliti terdiri dari 41 anak dengan GPP dan 16 anak dengan NonGPP. Dan berbagai faktor risiko yang diteliti terdapat dua faktor yang signifikan secara statistik yaitu faktor ibu yang mengkonsumsi ikan sewaktu hamil (p 0,01 ; OR 4,54 ; 95%C11,33-15,48) dan faktor keluarga lain (kakak/sepupu) yang menderita GPP (p 0,04 ; OR 4,13 ; 95%CI 1,02-16,68). Simpulan: Hasil dari penelitian ini tidak seluruhnya mendukung penelitian penelitian sebelumnya. Interpretasi dari hasil penelitian ini cukup sulit mengingat adanya keterbatasan-keterbatasan penelitian yang muncul. Faktor-faktor risiko yang kemungkinan berperan adalah adanya hubungan antara riwayat keluarga lain (kakak/sepupu) yang menderita GPP dan faktor risiko makan ikan laut pada ibu hamil. Faktor risiko makan ikan laut pada ibu hamil mungkin berperan, namun penelitian selanjutnya diperlukan untuk meneliti waktu yang tepat saat makan ikan laut, dan jumlah makanan ikan laut yang dimakan untuk mendapatkan hubungan yang lebih bermakna.
Background: The exact etiology of Pervasive Developmental Disorder (PDD) is still unknown although genetics and external risk factors have been associated with it. There are ongoing studies investigating the etiology of PDD. Early intervention is necessary due to its enormous negative impact on the child. The researcher would like to investigate the external risk factors associated with PDD since there are potentially modifiable. The purpose of this study is to find risk factors associated with PDD that may be present during pregnancy, birth, development of the child and family history associated with PDD. Methods: This is a cross sectional study conducted at the child and adolescent psychiatric outpatient unit at RSUPN-CM. DSM IV criteria is used to establish the diagnosis of children with PDD and a questionnaire addressing parental characteristic during pregnancy, birth, child condition, development of the child and family history with PDD. Result: A total of 41 subjects with PDD and 16 subjects with NonPDD are involved. From a number risk factors that has been studied only two factors were significantly correlated with PDD: maternal consumption of ocean fish during pregnancy with p=0,01;OR 4,54 ; 95%C1 1,33-15,48 and family history associated with PDD with p-0,04; OR 4,13; 95%CI 1,02-16,68 . Conclusion: Our result do not support the findings of previous studies although' it is difficult to interpret present result due to many limitations. External risk factor such as maternal fish consumption during pregnancy may be a predisposing factor to the development of PDD. However, further studies are necessary to investigate the precise timing and amount of exposure to ocean fish that will cause eventual PDD in the child.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T21268
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Gusmara Adiwidjaja
Abstrak :
Dari hasil evaluasi tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Serang (2000) diketahui bahwa kegiatan Audit Maternal Perinatal (AMP) yang dilaksanakan puskesmas dan kabupaten (rumah sakit umum dan dinas kesehatan) sudah berjalan sejak tahun 1994. Selama ini kegiatan AMP telah menghasilkan banyak rekomendasi dan tindak lanjut namun hasilnya masih belum baik dan jauh dari yang diharapkan. Kegiatan AMP di Kabupaten Serang belum memperlihatkan daya ungkit yang berarti dalam mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) hal ini tampak dengan masih tingginya AKI yaitu 425/100.000 kelahiran hidup dan AKB yaitu 86,70/1000 kelahiran hidup yang merupakan angka tertinggi di Jawa Barat. Tujuan penelitian ini untuk melihat gambaran pelaksanaan kegiatan AMP di Kabupaten Serang yang dilihat dengan pendekatan sistem input, proses dan output. Sebagai komponen input adalah pengetahuan petugas, struktur organisasi, sarana dan dana 1 anggaran. Komponen proses dilihat melalui koordinasi , metoda dan bimbingan teknis serta supervisi. Outputnya adalah rekomendasi dan tindak lanjut. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif, yang pengumpulan datanya dilakukan dengan Diskusi Kelompok Terarah (DKT) bagi 32 informan yang terdiri dari 16 dokter puskesmas dan 16 bidan puskesmas dan Wawancara Mendalam (WM) bagi 7 informan terdiri dan 4 informan RSU Serang dan 3 informan Dinas Kesehatan Kabupaten Serang serta telaah dokumen yang ada di puskesmas, rumah sakit dan dinas kesehatan kabupaten. Peneliti mengumpulkan data sejak 1 Mei 2000 sampai dengan 22 Juli 2000, sedangkan analisa dilakukan dengan cara analisis isi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umumnya pengetahuan petugas tentang AMP sudah cukup baik dan sudah dirasakan manfaatnya oleh petugas, tapi tidak menyeluruh. Struktur organisasi belum tertata dengan baik terutama ditingkat puskesmas . Kemudian sarana dan anggaran yang ada sampai saat ini belum mencukupi, terutama untuk tindak lanjut dan mengenai koordinasi antar petugas, metoda AMP dan bimbingan teknis serta supervisi yang telah dilaksanakan selama ini sudah cukup baik . Rekomendasi yang dihasilkan sudah cukup baik hanya kasusnya masih terbatas dan tindak lanjut yang dilaksanakan oleh tim AMP kabupaten sudah cukup baik sedangkan oleh puskesmas masih kurang baik. Untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan dan jangkauan AMP perlu dibuat perencanaan AMP lebih baik lagi menyangkut pelatihan dan penyegaran petugas, pengadaan sarana dan dana. Perlu juga diusulkan agar puskesmas membuat struktur organisasi AMP yang baku dan ditandatangani oleh kepala dinas kesehatan. Selain itu perlu melakukan perbaikan Surat Keputusan (SK) tim AMP kabupaten dengan SK yang ditandatangani oleh bupati_ Tim AMP kabupaten perlu melakukan bimbingan teknis dan supervisi yang lebih intensif lagi. Selain itu tim AMP kabupaten perlu memikirkan agar rekomendasi dan tindak lanjut lebih sederhana lagi sehingga dapat dilaksanakan oleh petugas serta perlu adanya penelitian lanjutan guna melengkapi penelitian ini.
Based on Yearly Evaluation of Health Office of Serang District,(year 2000) known that Maternal and Perinatal Audit( MPA ) has been held by Public Health Centre, Public Hospital and Health Office of Serang District since 1994.. During that period, the audit got a lot of recommendation and follow-up care, but it is still bad and not as expected. The implementation of MPA doesn't show that Maternal Mortality Rate (MMR) and Infant Mortality Rate (IMR) have been deceased quickly. lt can be proved that MMR is 4251100.000 live births and IMR is 86,7011000 live births. It is high rate in West Java. The purpose of observation is to know the implementation of. MPA program in Serang District by System Approach "input, process and output". The component parts of input are knowledge of officers, structure of organization, facilities and fund/budget. The components of process are coordination, method, guiding and supervising. TheOutput components are recommendation and follow-up. This observation uses qualitatyve method , which data is collected by Focus Group Discussion (FGD), there are 32 informants, , consist of 16 doctors and 16 midwives from public health centre. Also by In dept Interview 7 informants, consist of 4 informants from Hospital and the others from Health Office of Serang District. And also observing the documents in Public Health Centre, Hospital and Health District Office, done from 1st May until 22nd July 2000, using content analysis. The result of observation shows that knowledge of some officer about MPA are good enough and useful for officer but not all. But the arrangement of structure of organization is still bad, especially at public health centre. The facilities and budget are not enough right now, especially in follow-up. The implementation of coordination of officers, MPA method, guiding and supervising are good enough. The result of recommendation is also good, even though limited number of cases. The follow up from MPA district team is good enough but it is bad from public heath centre team. To increase the quality of implementation and scope of MPA, need a good planning, such as : training and refreshing for officers, preparing facilities and funds. Public health centre should be better make the standard of MPA organization structure, signed by head of health district office. The Decision letter for MPA team of district must be sign by bupati (Head of District). The team must get the training of guiding and supervising intensively how to make recommendation and follow up more simply. So it can make officers do it easily. And it's better to do the following research to complete this research.
Jakarta: Universitas Indonesia, 2001
T636
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akbar Husaini Angkat
Abstrak :
Menurut data WHO 2018, angka kejadian stunted mencapai 21,9% yang berarti sekitar 140 juta anak di dunia mengalami kejadian stunted. Prevalensi stunted di Indonesia pada tahun 2018 mencapai 30,8%. Artinya, kejadian stunted diderita oleh sekitar 7,3 juta anak Indonesia. Pandemi Covid 19 yang terjadi sejak 2020 menyebabkan banyak perubahan pola kondisi sosial ekonomi pada masyarakat, yang tentu saja mempengaruhi kemampuan orang tua menyediakan makanan yang bergizi untuk memenuhi kebutuhan asupan nutrisi anak. Jika kecukupan zat gizi inadekuat, proses metabolisme tubuh dapat terganggu dan akan menyebabkan terhambatnya proses pembentukan sel atau jaringan dalam tubuh yang selanjutnya menjadi stunted. Salah satu nutrisi yang harus tercukupi adalah zat besi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan asupan dan status besi pada anak stunted dan non stunted pada anak usia 24 – 35 bulan pada masa pandemi Covid-19 di Jakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah potong lintang komparatif menggunakan data sekunder dari 77 anak usia 24 – 35 bulan di Puskesmas Kampung Melayu, Jakarta Timur pada bulan September sampai dengan Oktober 2020. Data karakteristik subjek diambil dengan kuesioner. Data asupan zat besi, kalori dan protein didapat dengan metode semikuantitatif Food Frequency Questionnaire. Dilakukan pemeriksaan antropometri dan laboratorium untuk kadar hemoglobin, ferritin dan hs–CRP. Analisis bivariat t tidak berpasangan digunakan untuk mengetahui perbedaan kadar Hb antara anak stunted dan non-stunted, dan uji Mann-Whitney untuk mengetahui perbedaan asupan besi dan kadar ferritin antara anak stunted dan non-stunted, dengan batas kemaknaan p<0,05. Didapatkan perbedaan rerata yang bermakna kadar Hb (9,91±1,93 g/dL kelompok stunted dan 12,18±1,20 g/dL kelompok non-stunted, p<0,001) dan kadar ferritin (4,9 (1,5 - 67,4) μg/L kelompok stunted dan (26,8 (1,6 - 91,1) μg/Lkelompok non-stunted, p<0,001). Asupan besi tidak terdapat perbedaan bermakna di antara kedua kelompok (8,85 (1,5 -74) mg kelompok stunted dan 11,1 (1,9 - 118,6) mg kelompok non-stunted, p = 0,676). Hasil analisis menemukan Kadar Hb dan ferritin anak stunted lebih rendah dibandingkan pada anak non-stunted. ......According to WHO 2018 data, the stunted incidence rate reached 21.9%, which means that around 140 million children in the world experienced stunted events. The prevalence of stunted in Indonesia in 2018 reached 30.8%. This means that around 7.3 million Indonesian children are stunted. Since 2020, the Covid 19 pandemi has caused many changes in the pattern of socioeconomic conditions in society, which, of course, affects parents' ability to provide nutritious food to meet the nutritional needs of their children. If nutrients are insufficient, the body's metabolic processes will be disrupted, and the process of forming cells or tissues in the body will be inhibited, causing growth to be stunted. Iron is one of the nutrients that must be met. The goal of this study was to see if there were any differences in iron intake and status between stunted and non-stunted children aged 24-35 months during the Covid-19 pandemi in Jakarta. From September to October 2020, 77 children aged 24-35 months were studied in a cross-sectional comparative study using secondary data at the Kampung Melayu Health Center in East Jakarta. A questionnaire was used to collect data on the subjects' characteristics. Data on iron, calorie and protein intake were taken using the semi-quantitative Food Frequency Questionnaire method. Anthropometric and laboratory examinations were performed for hemoglobin, ferritin and hs-CRP levels. Independent sample t-test was used to determine differences in Hb levels between stunted and non-stunted children, and the Mann-Whitney test to determine differences in iron intake and ferritin levels between stunted and non-stunted children, using a significance limit of p < 0.05. There was a significant difference in Hb levels (9.91±1.93 g/dL in the stunted group and 12.18±1.20 g/dL in the non-stunted group, p<0.001) and ferritin levels (4.9 (1.5 - 67.4) μg/L in the stunted group and (26.8 (1.6 -91.1) μg/L in the non-stunted group, p<0.001) There was no significant difference in iron intake between the two groups (8.85 (1.5-74) mg in the stunted group and 11.1 (1.9 - 118.6) mg in the non-stunted group, p = 0.676. The results of the analysis found Hb and ferritin levels in stunted children were lower than in non-stunted children
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Amaliah
Abstrak :
Stunting terjadi dimulai didalam Rahim dan berlanjut setidaknya selama 2 tahun pertama kehidupannya, menentukan potensi individu untuk kehidupan kedepan dalam hal risiko morbiditas dan mortalitas, prestasi sekolah, produktivitas kerja, kekuatan fisik, dan risiko penyakit kronis. Tujuan dari penelitian ini untuk Mengetahui Potret Anak Stunting di Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang Tahun 2017. Penelitian Kualitatif dengan Rapid Assessment Procedures (RAP), dilakukan kepada informan yang memiliki anak stunting usia < 23 bulan dan 24-59 bulan pada bulan Juni 2017. Penggalian informasi melalui Diskusi Kelompok Tearah, Wawancara mendalam serta observasi. Hasil penelitian menunjukkan, sebagian besar informan memiliki tinggi badan < 150 cm, usia antara 20-25 tahun dan jarak antar kehamilan > 3th, tinggal di wilayah yang sanitasinya kurang baik karena sebagian besar masih BAB di kali dan sampah keluarga yang dibakar disekitar rumah. Anggota keluarga lain selain ibu ikut terlibat dalam pengasuhan anak. Sebagian besar informan tidak melakukan IMD dan ASI Eksklusif. Pola asuh makan informan terhadap anaknya tergolong kurang baik karena anak sering diberikan makanan jajanan, saat anak sakit, makanan yang diberikan lebih sedikit, dan anak makan sambil jalan-jalan, untuk keanekaragaman makanan juga masih kurang dimana sayuran sebagian besar hanya diberikan kuahnya saja sementara buah jarang diberikan. Kemudahan akses terhadap pelayanan kesehatan tidak dimanfaatkan dengan baik terlihat sebagian besar informan hanya mengimunisasi anaknya 2-3 kali dan pengetahuan tentang gizi seimbang masih kurang, dan masih mengikuti budaya untuk memantang beberapa makanan selama hamil. ......Stunting takes place inside the uterus and continues for at least the first 2 years of life, determining the individual's potential for future life in terms of risk of morbidity and mortality, school performance, work productivity, physical strength, and chronic disease risk. The purpose of this research is to know the Portrait of Stunting Children in Pangkalan Village, Teluk Naga Subdistrict, Tangerang Regency Year 2017. Qualitative Research with Rapid Assessment Procedures (RAP), conducted to informants who have child stunting age <23 months and 24-59 months month June 2017. Excavation of information through Focus Group Discussion, In-depth interview and observation. The results showed, most informants have a height <150 cm, age at the time od pregnancy between 20-25 years and distance between pregnancy> 3th, living in a poorly sanitary area because most are still defecate in the river and family trash burned around the house Family members other than mothers get involved in parenting. Most informants do not do IMD and Exclusive Breast Milk. Feeding patterns of informants to their children are not good enough because children are often given food snacks, when children are sick, the food is given less, and children eat while walking, for the diversity of food is also still lacking where most vegetables are only given sauce only while the fruit Rarely given. Ease of access to health services is not well utilized seen most informants only immunize their children 2-3 times and knowledge about balanced nutrition is still lacking, and still follow the culture to challenge some food during pregnancy.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69751
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Muthoharoh
Abstrak :
Latar belakang Gagal tumbuh atau failure to thrive adalah kondisi keterlambatan pertumbuhan fisik pada anak, dimana terjadi kegagalan penambahan berat badan yang sesuai dengan grafik pertumbuhan normal, dibandingkan dengan tinggi badan. Beberapa kondisi menjadi faktor risiko terjadinya gangguan pertumbuhan terutama pada neonatus. Studi ini memberikan gambaran penerapan Model Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pada lima kasus neonatus dengan risiko gangguan pertumbuhan. Presentasi kasus Kasus 1 neonatus laki-laki, dengan extremely preterm usia gestasi 27 minggu, berat badan lahir 870 gram, neonatus kurang bulan kecil masa kehamilan (NKB-KMK), RDS, TTN, septikemia, tersangka SNAD, neonatal jaundice, terpasang ventilator mode high frequency oscilation (HFO), terpasang orogastric (OGT), diet ASI 12x1 ml, TPN PG 2 dengan GIR 4,7, kebutuhan kalori kurang dari target, interpretasi kurva Fenton dibawah persentil 50, berat badan menurun, usia enam hari 860 gram. Kasus 2 perempuan, extremely preterm usia gestasi 26 minggu, berat badan lahir 744 gram, NKB-KMK, RDS, tersangka SNAD, PDA, neonatal jaundice. Terpasang ventilator, sementara puasa, grafik Fenton berada dibawah persentil 50, kebutuhan kalori kurang dari target. Kasus 3 dan 4 neonatus berjenis kelamin perempuan, lahir dengan extremely preterm dan very preterm, terpasang ventilator, kebutuhan kalori kurang dari target, sementara dipuasakan karena kondisi belum stabil. Kasus 5 perempuan, usia gestasi 37 minggu, BBL 2610 gram, berat badan saat dikaji 2340 gram. Diagnosis medis gastroschizis post tutup defek hari ke 27, terpasang non invasif ventilasi, sementara puasa produksi OGT kehijauan, BB/PB berada di -3SD s/d <-2 SD (gizi kurang). Evaluasi respons adaptif dari kelima pasien didapatkan kebutuhan kalori terpenuhi sesuai target. Kesimpulan Hasil pengkajian perilaku dan stimulus mode fisiologis-fisik kelima kasus didapatkan empat kasus berisiko mengalami gangguan pertumbuhan dari kondisi neonatus lahir prematur, terpasang ventilator, penundaan pemberian makan karena kondisi klinis, risiko infeksi/sepsis serta kondisi medis lain yang mempengaruhi. Satu neonatus aterm gagal tumbuh karena gastroschizis post tutup defek, dengan produksi OGT kehijauan. Nutrisi optimal baik enteral maupun parenteral diperlukan pada kondisi neonatus tersebut untuk meningkatkan respons adaptif. ......Background Failure to thrive or failure to thrive is a condition of delayed physical growth in children, in which there is a failure to gain weight according to the normal growth chart, compared to height. Several conditions are risk factors for growth disorders, especially in neonates. This study provides an overview of the application of the Roy Adaptation Model in nursing care to five cases of neonates with a risk of growth retardation. Case presentation Case 1 male neonate, with extremely preterm gestational age 27 weeks, birth weight 870 gram, small preterm neonate for gestational age (NKB-KMK), RDS, TTN, septicemia, TSK SNAD, neonatal jaundice, put on ventilator mode high frequency oscillation (HFO), installed orogastric (OGT), diet ASI 12x1 ml, TPN PG 2 with GIR 4.7, caloric requirement less than target, interpretation of Fenton curve below 50th percentile, decreased body weight, age six days 860 gram. Cases of 2 women, extremely preterm, gestational age 26 weeks, birth weight 744 grams, NKB-KMK, RDS, suspected SNAD, PDA, neonatal jaundice. Installed on a ventilator, while fasting, the Fenton chart is below the 50th percentile, calorie needs are less than the target. Cases 3 and 4 female baby were born extremely preterm and very preterm, were attached to a ventilator, their caloric needs were less than the target, while they were fasted because their condition was not yet stable. Case 5 female, gestational age 37 weeks, BBL 2610 grams, body weight when studied 2340 grams. Medical diagnosis of gastroschizis post closed defect on day 27, installed non-invasive ventilation, while fasting green OGT production, BB/PB was in -3SD to <-2 SD (malnutrition). Evaluation of the adaptive response of the five patients found that the calorie needs were fulfilled according to the target. Conclusion The results of the assessment of the behavior and stimulus of the physiological-physical mode of five cases found that four cases were at risk of experiencing growth retardation from the condition of the neonate born prematurely, being placed on a ventilator, delaying feeding due to clinical conditions, risk of infection/sepsis and other affecting medical conditions. One term neonate failed to thrive because of a closed post gastroschizis defect, with greenish OGT production. Optimal nutrition, both enteral and parenteral, is needed in these neonatal conditions to increase adaptive responses.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mampioper, Ronalda Jaqualin Alama Manai
Abstrak :
Stunting merupakan bentuk tubuh pendek bahkan sangat pendek dari standar usia yang disebabkan oleh kekurangan gizi dalam kurun waktu yang lama dengan faktor determinannya ialah status sosioekonomi rendah, asupan nutrisi dan kesehatan ibu yang buruk, riwayat sakit berulang dan praktik pemberian makan pada bayi dan anak yang tidak tepat (Kemenkes RI, 2022). Upaya penanggulangan stunting perlu dimodifikasi dengan pendampingan dan pemberdayaan keluarga serta dukungan sosial sehingga residen mengemas intervensi keperawatan berupa inovasi Sikanda untuk menanggulangi stunting pada balita di Kelurahan Jatijajar yang dilakukan selama 2 bulan. Tujuan dari penulisan ini adalah mengetahui gambaran penerapan inovasi Sikanda (Skrining gizi, konsultasi dan pemberdayaan keluarga) dalam menanggulangi stunting pada balita. Metode yang digunakan adalah Mixed method, yakni menggabungkan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Populasi implementasi inovasi Sikanda adalah seluruh balita stunting di Kelurahan Jatijajar dengan jumlah sampel 42 balita. Hasil intervensi inovasi Sikanda pada komunitas balita stunting menunjukan bahwa setelah dilakukan intervensi keperawatan kepada komunitas balita stunting di kelurahan Jatijajar, maka terdapat adanya perubahan status gizi yang dinilai berdasarkan indeks TB/U diperoleh kategori sangat pendek berkurang sebesar 19,1%, kategori pendek naik sebesar 14,3% dan kategori normal naik sebesar 4,8%. Sedangkan pada perubahan perilaku ibu balita yaitu pengetahuan baik meningkat sebanyak 16,9%. Sikap orang tua yaitu sikap baik meningkat sebesar 40,5% dan keterampilan baik meningkat sebesar 23,8%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa intervensi keperawatan Sikanda dapat meningkatkan status gizi balita dan perilaku ibu balita stunting. ......Stunting is a form of short stature or even very short compared to age standards caused by malnutrition over a long period of time with the determinant factors being low socioeconomic status, poor nutrition and maternal health, history of recurrent illness and feeding practices to infants and children who are not healthy. right (Ministry of Health RI, 2022). Efforts to tackle stunting need to be modified with family assistance and empowerment as well as social support so that residents package nursing interventions in the form of Sikanda's innovation to tackle stunting in toddlers in the Jatijajar Village which is carried out for 2 months. The purpose of this paper is to describe the application of Sikanda's innovation (nutrition screening, consultation and family empowerment) in tackling stunting in toddlers. The method used is Mixmethod, which combines quantitative and qualitative approaches. The population of Sikanda's innovation implementation is all stunted toddlers in the Jatijajar Village with a total sample of 42 toddlers. The results of Sikanda's innovation intervention in the stunting toddler community showed that after nursing intervention was carried out for the stunting toddler community in the Jatijajar sub-district, there was a change in nutritional status assessed based on the height/age index, the very short category decreased by 19.1%, the short category increased by 14.3% and the normal category increased by 4.8%. Meanwhile, changes in the behavior of toddler mothers, namely good knowledge, increased by 16.9%. Parents' attitude, namely good attitude, increased by 40.5% and good skills increased by 23.8%. Thus, it can be concluded that Sikanda's nursing interventions can improve the nutritional status of toddlers and the behavior of stunting mothers.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Farid Abdul Rozaq
Abstrak :
Permasalahan stunting di Kabupaten Kebumen merupakan isu yang saat ini menjadi program prioritas bagi Pemerintah Kabupaten Kebumen. Tingginya prevalensi stunting di Kabupaten Kebumen menjadikan Kabupaten Kebumen sebagai salah satu dari 100 Kabupaten/Kota Prioritas Penanganan Stunting di Indonesia. Terdapat empat permasalahan yang menjadi penyebab tingginya stunting di Kabupaten Kebumen, yaitu: terdapat beberapa desa lokus dengan prevalensi stunting yang cukup tinggi, tingkat kemiskinan Kabupaten Kebumen yang tinggi, cakupan pelayanan air minum layak belum optimal, dan rendahnya kesadaran masyarakat akan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan kecukupan gizi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi Pemerintah Kabupaten Kebumen dalam menangani masalah stunting tahun 2020. Teori utama yang digunakan adalah teori strategi dan manajemen strategis. Skripsi ini menggunakan metode kualitatif, dengan jenis penelitian deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pemerintah Kabupaten Kebumen sudah menerapkan strategi dalam menangani masalah stunting tahun 2020 walaupun dalam pelaksanaan program di lapangan terdapat hambatan yaitu dengan adanya COVID-19. Strategi penanganan stunting di Kabupaten Kebumen didasarkan pada 4 tipe strategi yaitu corporate strategy, program strategy, resource support strategy, dan institutional strategy ......The problem of stunting in Kebumen Regency is an issue that is currently a priority program for the Kebumen Regency Government. The high prevalence of stunting in Kebumen Regency makes Kebumen Regency one of the 100 Priority Regencies/Cities for Handling Stunting in Indonesia. There are four problems that cause high stunting in Kebumen Regency, namely: there are several loci villages with a fairly high prevalence of stunting, high poverty rates in Kebumen Regency, inadequate drinking water service coverage, and low public awareness of Clean and Healthy Life Behavior (PHBS) and nutritional adequacy. This study aims to analyze the strategy of the Kebumen Regency Government in dealing with the stunting problem in 2020. The main theories used are strategy theory and strategic management. This thesis uses a qualitative method, with the type of descriptive research. Data was collected by means of in-depth interviews and literature study. The results of the study show that the Kebumen Regency Government has implemented a strategy in dealing with the stunting problem in 2020 even though in the implementation of the program in the field there are obstacles, namely the presence of COVID-19. The stunting management strategy in Kebumen Regency is based on 4 types of strategies, namely corporate strategy, program strategy, resource support strategy, and institutional strategy.
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lasarus Atamou
Abstrak :
Stunting merupakan masalah kesehatan yang menjadi perhatian semua negara di dunia bahkan pada desa lokus stunting di indonesia khususnya di propinsi tertinggi kejadian stunting Nusa Tenggara Timur yang belum pernah diteliti. Penelitian cross sectional dilakukan untuk mengetahui hubungan determinan stunting dengan kejadian stunting di desa lokusstunting. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 166 ibu balita yang dipilih melalui metode proportional random sampling pada empat desa lokus stunting. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitas. Ditribusi frekuensi digunakan untuk melihat hasil univariat setiap variabel yang diteliti. Uji Chi Square digunakan untuk melihat analisis bivariat dan menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan ibu (p=0,033), pola asuh ibu (p=0,016), pendapatan orang tua (p=0,025), pemanfaatan pelayanan kesehatan (p=0,022), rumah tangga sanitasi (p=0,025), jenis kelamin (p=0,036), jarak kelahiran (p=0,000) dan riwayat penyakit infeksi (p=0,025) dengan kejadian stunting. Hasil analisis multivariat menggunakan regresi logistik ganda menunjukkan bahwa faktor yang paling berhubungan dengan kejadian stunting di desa lokus stunting adalah pengetahuan ibu (p=0,000 OR 35,167; CI 95% 6,064-295,438). Pemberian asuhan keperawatan pada komunitas balita stunting sebagai populasi rentan dapat dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan ibu tentang stunting sehingga peningkatan pengetahuan dapat berdampak pada pemahaman stunting pada balita dan menurunkan angka kejadianstuntingdi desa lokus stunting ......Stunting is a health problem that is of concern to all countries in the world, even in the village of stunting locus in Indonesia, especially in the province with the highest incidence of stunting in East Nusa Tenggara which has never been studied. A cross sectional study was conducted to determine the relationship between the determinants of stunting and the incidence of stunting in the stunting locus village. The number of samples in this study were 166 mothers of children under five who were selected through the proportional random sampling method in four stunting loci villages. The instrument used is a questionnaire that has been tested for validity and reliability. Frequency distribution is used to see the univariate results of each variable studied. Chi Square test was used to see bivariate analysis and showed that there was a relationship between mother's knowledge (p=0.033), mother's parenting pattern (p=0.016), parents' income (p=0.025), utilization of health services (p=0.022), household sanitation (p=0.025), gender (p=0.036), birth spacing (p=0.000) and history of infectious disease (p=0.025) with stunting. The results of multivariate analysis using multiple logistic regression showed that the factor most related to the incidence of stunting in the stunting locus village was maternal knowledge (p = 0.000 OR 35.167; 95% CI 6,064-295,438). The provision of nursing care to the stunting toddler community as a vulnerable population can be done by increasing mother's knowledge about stunting so that increased knowledge can have an impact on understanding stunting in toddlers and reduce the incidence of stunting in the stunting locus village.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wenny Ningsih Haryadi
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafy Satria Gusta Basuki
Abstrak :
Stunting adalah salah satu masalah gizi yang mengganggu perkembangan pada anak yang diakibatkan oleh asupan gizi buruk pada masa pertumbuhannya. Indonesia tergolong sebagai negara dengan prevalensi stunting yang tinggi dengan angka sebesar 30.8% untuk anak Balita dan 29.9% untuk anak Baduta berdasarkan hasil Riskesdas 2018. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Balitbangkes, stunting terbukti membahayakan garis keturunan. Bayi dengan kondisi stunting membuat pertumbuhan dan perkembangan terhambat dan juga membuka resiko terhadap menderita penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus pada saat dewasa. Jika bayi stunting perempuan tumbuh besar sehingga menjadi ibu, maka ibu tersebut akan melahirkan bayi stunting lagi dan mengakibatkan kondisi stunting lintas generasi. Dalam skripsi ini, pemodelan sistem prediksi stunting memanfaatkan metode machine learning berdasarkan data sekunder dari Indonesian Family Life survey (IFLS) tahun 2014-2015. Pemodelan dilakukan menggunakan bahasa pemrograman Python. Dilakukan pre-processing dengan metode yang berbeda-beda, yaitu Principal Component Analysis (PCA) dan 3 jenis Feature Selection: Filter, Wrapper, dan Embedded. Ketidakseimbangan dataset ditangani dengan metode SMOTE. Dilakukan pemisahan data menjadi training set dan testing set dengan pembagian 80:20 masing-masing. Kemudian beberapa algoritma model machine learning diujikan untuk mengetahui kemampuan prediksinya untuk setiap metode pre-processing. Hasil penelitian menunjukan bahwa setidaknya 1 dari 4 model untuk tiap metode pre-processing memiliki kemampuan yang baik dengan menunjukan nilai metrik dan AUC di atas 0,8. PCA dengan Decision Tree Classifier menunjukan akurasi 85% dan AUC 0,849. Feature Selection–Wrapper dengan SVC menunjukan akurasi 98% dan AUC 0,981. Feature Selection-Filter menunjukan akurasi 98% dan AUC 0,979. Feature Selection–menunjukan akurasi 84% dan AUC 0,844. Hal ini menjadikan kombinasi algoritma terbaik dalam penelitian ini adalah metode pre-processing Feature Selection–Wrapper dengan model machine learning SVC. ......Stunting is one of the nutritional problems that interfere with development in children caused by poor nutritional intake during their growth period. Indonesia is classified as a country with a high prevalence of stunting with a figure of 30.8% for under-five children and 29.9% for under-two children based on the results of Riskesdas 2018. Based on research conducted by Balitbangkes, stunting has proven to endanger lineage. Babies with stunting conditions would have their growth and development stunted and also open the risk of suffering from non-communicable diseases such as diabetes mellitus in adulthood. If the female stunting baby grows up to become a mother, then the mother will give birth to another stunting baby and results in cross-generational stunting conditions. In this bachelor’s thesis, the stunting prediction system modeling utilizes machine learning methods based on secondary data from the 2014-2015 Indonesian Family Life Survey (IFLS). The modeling is carried out using the Python programming language. Pre-processing is carried out with different methods, namely Principal Component Analysis (PCA) and 3 types of Feature Selections: Filter, Wrapper, and Embedded. Dataset imbalance is handled by the SMOTE method. Separate the data into training sets and testing sets with a distribution of 80:20 each. Then several machine learning model algorithms were tested to determine their predictive ability for each pre-processing method. The results showed that at least 1 of the 4 models for each pre-processing method had a good ability indicated by the metric and AUC values ​​above 0.8. PCA with Decision Tree Classifier shows an accuracy of 85% and AUC 0.849. Feature Selection–Wrapper with SVC showed 98% accuracy and AUC 0.981. Feature Selection–Filter shows 98% accuracy and AUC 0.979. Feature Selection–Embedded shows an accuracy of 84% and AUC 0.844. The result shows that best combination of algorithms in this study is the Feature Selection–Wrapper pre-processing method with the SVC machine learning model.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>