Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Firenze: Studio Marmo, 1998
691STUN001
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Ikral Pamungkas
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kondisi geologi, karakteristik granit, dan distribusi unsur tanah jarang (UTJ) di wilayah Tapaktuan dan Samadua, Aceh Selatan, yang memiliki potensi sumber daya mineral strategis. Wilayah ini berada dalam sistem tektonik busur vulkanik Woyla dengan sejarah geologi kompleks mencakup deformasi akibat kompresi arah ENE-WSW hingga N-S, intrusi granit Samadua terkait magmatisme subduksi, dan dinamika tektonik akibat Sesar Transform Sumatra. Penelitian ini dilakukan melalui observasi lapangan, analisis petrologi, petrografi, dan geokimia menggunakan XRF dan ICP-MS untuk mengidentifikasi mineral pembawa UTJ dan distribusinya secara spasial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Granit Samadua adalah granit tipe-I dengan karakteristik abu-abu kemerahan, tekstur porfiritik-faneritik, dan komposisi kuarsa, k-feldspar, plagioklas, dan biotit. Analisis petrografi menunjukkan transisi dari monzogranite di utara ke syenogranite di selatan, disertai pengayaan unsur alkali di selatan yang mencerminkan diferensiasi magmatik. Mineral pembawa UTJ utama adalah titanit, apatit, zirkon, dan monasit, dengan dominasi unsur tanah jarang ringan (LREE) seperti Cerium (Ce), Lanthanum (La), dan Neodymium (Nd). Korelasi spasial menunjukkan konsentrasi UTJ lebih tinggi di wilayah utara dengan nilai koefisien determinasi R² = 0,43 untuk LREE dan R² = 0,42 untuk HREE, mencerminkan hubungan erat antara distribusi UTJ dan proses magmatisme. Temuan ini mempertegas potensi wilayah Tapaktuan dan Samadua sebagai zona mineralisasi UTJ yang signifikan dengan implikasi untuk eksplorasi sumber daya mineral strategis.

This study aims to examine the geological conditions, granite characteristics, and distribution of rare earth elements (REE) in the Tapaktuan and Samadua regions, South Aceh, which have significant potential as strategic mineral resources. The area is located within the Woyla volcanic arc tectonic system, with a complex geological history that includes ENE-WSW until N-S compression deformation orientation, Samadua granite intrusion associated with subduction magmatism, and tectonic dynamics driven by the Sumatran Transform Fault. The research was conducted through field observations, petrological, petrographic, and geochemical analyses using XRF and ICP-MS to identify REE-bearing minerals and their spatial distribution. Results show that Samadua Granite is classified as I-type granite with grayish-pink color, porphyritic-phaneritic texture, and composed of quartz, k-feldspar, plagioclase, and biotite. Petrographic analysis reveals a transition from monzogranite in the north to syenogranite in the south, accompanied by alkali enrichment in the south, indicating significant magmatic differentiation. The main REE-bearing minerals include titanite, apatite, zircon, and monazite, with a dominance of light rare earth elements (LREE) such as Cerium (Ce), Lanthanum (La), and Neodymium (Nd). Spatial correlation shows higher REE concentrations in the northern region, with determination coefficients of R² = 0.43 for LREE and R² = 0.42 for HREE, reflecting a strong relationship between REE distribution and magmatic processes. These findings highlight the potential of Tapaktuan and Samadua as significant zones for REE mineralization with implications for strategic mineral resource exploration. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Di Indonesia umumnya thorium dijumpai dalam batuan granit. Salahsatunya di pulau Bangka, terdapat cukup banyak singkapan batuan granit, seperti granit Menumbing, granit Pelangas, granit Jebus, granit Pemali, granit Mangol, granit Bebuluh dan granit Gadung. Penyebaran granit-granit tersebut cukup luas sehingga dianggap sebagai granit potensial thorium. Tujuan penelitian untuk mengetahui potensi thorium pada batuan granit yang terdapat di pulau Bangka. Metode yang digunakan adalah pengambilan sampel mineral berat dari batuan granit lapuk, selanjutnya dilakukan pengukuran dan analisis thorium di laboratorium menggunakan X-Ray Fluorescence. Batuan granit dianggap potensial thorium apabila mempunyai kadar thorium minimal tiga kali kadar thorium dalam granit normal (15 ppm) dan batuan granit telah mengalami pelapukan tingkat lanjut sehingga mudah untuk ditambang. Hasil studi menunjukkan bahwa kadar thorium pada granit Gadung 76 ppm, granit Bebuluh  23,33 ppm, granit Mangol 42 ppm, granit Pemali 35,40 ppm, granit Jebus 85,96 ppm, granit Pelangas 66,73 ppm dan granit Menumbing 67,03 ppm. Secara umum, kondisi fisik batuan granit di lapangan menunjukkan telah mengalami pelapukan tingkat lanjut. Batuan granit yang potensial thorium adalah granit Jebus, Menumbing, Pelangas dari Bangka Barat dan granit Gadung dari Bangka Selatan. Berdasarkan data Pulau Bangka layak dipertimbangkan dalam pengembangan eksplorasi thorium."
JPEN 16:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Di Indonesia umumnya thorium dijumpai dalam batuan granit. Salahsatunya di pulau Bangka, terdapat cukup banyak singkapan batuan granit, seperti granit Menumbing, granit Pelangas, granit Jebus, granit Pemali, granit Mangol, granit Bebuluh dan granit Gadung. Penyebaran granit-granit tersebut cukup luas sehingga dianggap sebagai granit potensial thorium. Tujuan penelitian untuk mengetahui potensi thorium pada batuan granit yang terdapat di pulau Bangka. Metode yang digunakan adalah pengambilan sampel mineral berat dari batuan granit lapuk, selanjutnya dilakukan pengukuran dan analisis thorium di laboratorium menggunakan X-Ray Fluorescence. Batuan granit dianggap potensial thorium apabila mempunyai kadar thorium minimal tiga kali kadar thorium dalam granit normal (15 ppm) dan batuan granit telah mengalami pelapukan tingkat lanjut sehingga mudah untuk ditambang. Hasil studi menunjukkan bahwa kadar thorium pada granit Gadung 76 ppm, granit Bebuluh  23,33 ppm, granit Mangol 42 ppm, granit Pemali 35,40 ppm, granit Jebus 85,96 ppm, granit Pelangas 66,73 ppm dan granit Menumbing 67,03 ppm. Secara umum, kondisi fisik batuan granit di lapangan menunjukkan telah mengalami pelapukan tingkat lanjut. Batuan granit yang potensial thorium adalah granit Jebus, Menumbing, Pelangas dari Bangka Barat dan granit Gadung dari Bangka Selatan. Berdasarkan data Pulau Bangka layak dipertimbangkan dalam pengembangan eksplorasi thorium."
JPEN 16:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Adhika Wahyu Adji Saputri
"ABSTRAK
Makalah ini menjelaskan beberapa perbandingan antara granit dan solid-surface mulai dari ekstraksi, produksi, distribusi, instalasi, dan pembuangan. Konsumsi berlebihan sumber daya alam akan menyebabkan dampak negatif pada alam, oleh karena itu munculnya bahan rekayasa (seperti solid-surface) diharapkan dapat mengurangi dampak negatif tersebut. Granit alami dan solid-surface memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pada setiap aspek, masing-masing material memiliki dampak positif atau negatif pada lingkungan, ekonomi, dan masyarakat. Makalah ini menekankan perbedaan antara kedua bahan tersebut, kami berasumsi bahwa permukaan padat memiliki banyak keunggulan daripada granit alami.

ABSTRACT
This paper explain some comparison of granite and solid-surfaces starting from extraction, production, distribution, installation, and disposal. The excessive consumption of natural resources will cause a negative impact on nature, therefore the emergence of engineered material (such as solid-surface) is expected to reduce this consumption. Natural granite and solid surface have their own advantages and disadvantages. On each aspect, they have a positive or negative impact on the environment, economy, and society. This paper emphasize the different between those two materials, we assumed that the solid-surface has a lot of advantages than natural granite.

"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Disa Kurnia Dewi
"Aktivitas pertambangan timah sudah dilakukan sejak tahun 1976 oleh PT Timah Tbk sehingga semakin sedikit sumber timah yang diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik mineralisasi timah primer di Parit Tiga, Kabupaten Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung. Metode yang digunakan pada penelitian ini, yaitu XRD, XRF, Petrografi, dan Mineragrafi. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, daerah penelitian terdiri atas dua satuan geomorfologi yang meliputi Satuan Perbukitan Vulkanik dan Satuan Tailing Antropogenik. Berdasarkan hasil interpretasi persebaran litologi di daerah penelitian, maka daerah penelitian memiliki dua satuan batuan, antara lain Satuan Granit Klabat Berbutir Halus dan Satuan Granit Klabat Berbutir Sedang-Kasar. Lalu, struktur yang berkembang di daerah penelitian adalah Sesar Mendatar Mengiri Turun dan sheeted vein/veinlet. Kemudian, alterasi yang berkembang di daerah penelitian terdiri dari empat fasies, yaitu Alterasi Kuarsa + Turmalin (104.2 ppm), Alterasi Kuarsa + Halosit + Klorit + Pirofilit (56.5 ppm), Alterasi Kuarsa + Illite (52.4 pm), dan Alterasi Kuarsa + Kaolinit + Klorit + Dickite (19.5 ppm). Endapan bijih yang ditemukan di daerah penelitian, yaitu kasiterit, hematit, dan pirit. Tipe endapan timah di daerah penelitian adalah greisen dan berada pada kontak antara batuan silikat dan batuan granit. Mineralisasi timah primer di daerah penelitian berkaitan dengan sesar, urat-urat, dan alterasi.

Tin mining activities have been carried out since 1976 by PT Timah Tbk so that fewer sources of tin are known. This study aims to determine the characteristics of primary tin mineralization in Parit Tiga, West Bangka Regency, Bangka Belitung Islands. The methods which I used in this study are XRD, XRF, Petrography, and Mineragraphy. Based on the results of the analysis that had been done, the study area consists of two geomorphological units which include the Volcanic Hills Unit and the Anthropogenic Tailings Unit. Based on the interpretation of lithology distribution in the study area, there are two rock units, which are the Fine-Grained Granite Klabat Unit and the Medium-Coarse Grained Granite Klabat Unit. Then, the structure developed in the study area is a Left Normal Slip Fault and sheeted vein/veinlet. Then, alterations developed in the study area consist of four facies, which are Quartz + Tourmaline Alteration (104.2 ppm), Quartz + Halloysite + Chlorite + Pyrophillic Alteration (56.5 ppm), Quartz + Illite Alteration (52.4 pm), and Quartz + Kaolinite + Chlorite + Dickite Alteration (19.5 ppm). The type of primary tin mineralization in the study area is the filling of sheeted veins in tourmaline and quartz minerals. Ore deposits that were found in the study area consisted of cassiterite, hematite, and pyrite. The type of deposit in the study area was greisen and located in contact between silicate rocks and granite rocks. Primary tin mineralization in the study area was related to fracture, veins, and alteration."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldi Rivaldi
"Komplek Granitoid Sibolga (KGS) di Blok Sumatra Barat merupakan objek studi yang penting untuk memahami proses magmatisme paska kolisi di wilayah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi batuan, menginterpretasikan petrogenesis, proses evolusi magma, serta hubungannya dengan sebaran mineralisasi LTJ pada granitoid KGS. Analisis dilakukan melalui pendekatan petrologi, petrografi, geokimia unsur mayor, dan unsur jejak. Hasil analisis menunjukkan bahwa granitoid KGS secara dominan terdiri dari syenogranit dan monzogranit yang bersifat peraluminous, ferroan, dan termasuk dalam seri kalk-alkalin tinggi-K. Berdasarkan analisis petrologi, terlihat batuan di utara didominasi oleh syenogranit yang memiliki ukuran butir lebih besar dibanding ukuran butir di selatan yang didominasi oleh batuan monzogranit. Mikrotekstur di utara berupa zonasi plagioklas, di area transisi berupa perthite, sedangkan mikrotekstur di selatan berupa graphic intergrowth. Berdasarkan analisis diskriminasi geokimia, granitoid ini terklasifikasikan sebagai granit Tipe-A (subtipe A2) yang terbentuk dalam lingkungan tektonik post-collisional. Evolusi magma secara dominan dikontrol oleh proses diferensiasi melalui fraksinasi kristal yang intensif. Hal ini dibuktikan oleh deplesi kuat pada unsur Ba, Sr, P, Ti, anomali negatif Eu yang signifikan yang mengindikasikan fraksinasi plagioklas serta tingginya unsur Rb. Selain itu, terjadi proses magma mingling di area utara yang membuat persentase SiO2 pada granit tipe-A ini berkurang dan FeO bertambah. Al2O3 yang cukup tinggi pada granit tipe-A ini, dihasilkan dari peleburan batuan kerak sebelumnya yang cukup kaya akan Al2O3. Pengayaan seluruh LTJ terjadi di selatan, yang merupakan area kristalisasi akhir magma, sementara terdapat pengayaan LTJR di utara akibat proses sekunder (alterasi).

The Sibolga Granitoid Complex (SCG) in the West Sumatra Block is an important object of study to understand the post-collisional magmatism process in that region. This research aims to characterize the rocks, interpret the petrogenesis, the magma evolution process, as well as its relationship with the distribution of REE mineralization in the SCG granitoid. Analysis was conducted through petrology, petrography, major element geochemistry, and trace element approaches. The analysis results show that the SCG granitoid is dominantly composed of syenogranite and monzogranite which are peraluminous, ferroan, and are included in the high-K calc-alkaline series. Based on petrological analysis, it is seen that the rocks in the north are dominated by syenogranite which has a larger grain size compared to the grain size in the south which is dominated by monzogranite rocks. Microtextures in the north are in the form of plagioclase zoning, in the transition area in the form of perthite, while microtextures in the south are in the form of graphic intergrowth. Based on geochemical discrimination analysis, this granitoid is classified as A-type granite (A2-subtype) which was formed in a post-collisional tectonic environment. Magma evolution is dominantly controlled by the process of differentiation through intensive crystal fractionation. This is proven by the strong depletion in Ba, Sr, P, Ti elements, a significant negative Eu anomaly which indicates plagioclase fractionation, as well as the high Rb element. Besides that, a magma mingling process occurred in the northern area which made the SiO₂ percentage in this A-type granite decrease and FeO increase. The fairly high Al₂O₃ in this A-type granite is produced from the melting of previous crustal rocks which were fairly rich in Al₂O₃. REE enrichment occurs in the south, which is the final crystallization area of the magma, while LREE enrichment is found in the north due to secondary processes (alteration)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Palloan, Otniel Junior
"Pulau Sumatra berada di zona subduksi antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia, menghasilkan tubuh-tubuh granit di sepanjang pesisir barat pulau. Kompleks Granit Sibolga diketahui mengandung UTJ, khususnya jenis LREE, yang penyebarannya dikontrol oleh tipe batuan, evolusi magma, hingga proses deformasi tektonik. Untuk memahami mekanisme deformasi yang bekerja pada daerah penelitian, dilakukan analisis data struktural di lapangan, mikrostruktur batuan melalui metode petrografi, serta analisis fabrik mineral magnetik menggunakan metode Anisotropy of Magnetic Susceptibility (AMS). Mikrostruktur mineral menyimpan rekaman deformasi yang terjadi sejak tahap magmatik hingga solid-state, sedangkan fabrik magnetik dari analisis AMS merepresentasikan orientasi strain yang bekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap mekanisme deformasi yang berkembang pada Kompleks Granit Sibolga. Hasilnya ditemukan fabrik primer yang terekam pada lineasi magnetik, dan fabrik sekunder pada foliasi makroskopis dan foliasi magnetik. Deformasi pada KGS terjadi pada fase syn-emplacement dengan mekanisme piecemeal subsidence, menyebabkan intrusi terjadi secara bertahap. Sementara pada fase post-emplacement terjadi pada kondisi brittle pasca pengangkatan batuan, membentuk struktur berupa sesar, boudinage, kekar, microfracture, dan veinlet.

The island of Sumatra lies within a subduction zone between the Indo-Australian Plate and the Eurasian Plate, resulting in the formation of granitic bodies along the island’s western margin. The Sibolga Granite Complex is known to contain REEs, particularly Light Rare Earth Elements (LREEs), whose distribution is controlled by rock type, magmatic evolution, and tectonic deformation processes. To understand the deformation mechanisms operating in the study area, this research employs structural data analysis in the field, petrographic analysis of rock microstructures, and magnetic mineral fabric analysis using the Anisotropy of Magnetic Susceptibility (AMS) method. Mineral microstructures preserve records of deformation spanning from the magmatic to the solid-state stages, while magnetic fabrics derived from AMS analysis represent the orientation of the strain experienced. This study aims to reveal the deformation mechanisms that developed within the Sibolga Granite Complex. The results indicate the presence of primary fabric recorded in magnetic lineation and secondary fabric observed in macroscopic and magnetic foliation. Deformation within the complex occurred during the syn-emplacement phase through a piecemeal subsidence mechanism, resulting in a gradual intrusion process. Meanwhile, the post-emplacement phase was characterized by brittle deformation following rock uplift, leading to the formation of structures such as faults, boudinage, joints, microfractures, and veinlets."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library