Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1295 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kim, Geung Seob
Abstrak :
Kalimat yang mengandung dua verba, atau lebih, secara berderet dalam bahasa Indonesia cukup banyak terdapat baik dalam karya tulis fiksi dan berita jurnalistik, maupun dalam karya tulis nonfiksi. Perihal verba berderet (selanjutnya disingkat dengan VB) ini sejak lama telah disinggung-singgung secara sepintas baik dalam tata bahasa Melayu maupun bahasa Indonesia. Pembahasan tentang VB Melayu terdapat dalam tata bahasa Melayu yang ditulis oleh Garth Van Wijk (1985) dan Spat (1989). Pemerian tentang VB bahasa Indonesia ditemukan dalam tulisan Slametmuljana (1959), Fokker(1972), Kridalaksana (1985, 1986, 1988), Ramlan (1886), Moeliono dan Dardjowidjojo (1988), dan Aiwi (1993). Tulisan--tulisan tersebut tidak menyinggung adanya konstruksi VB dan hanya secara sepintas membahas fungsi dan hubungan verba. Khususnya, penyebutan adanya konstruksi VB dalam bahasa Indonesia ditemukan dalam sejumlah tulisan yang terbatas, yaitu dalam Rohanady (1989) dan Lapoliwa (1990a, b). Karya-karya itu memfokuskan pengamatan pada verba kedua (selanjutnya disingkat dengan V2). Dalam bahasa-bahasa Afrika Barat, Asia Timur, Asia Tenggara, Papua Nugini dan kreol Karibia terdapat juga konstruksi yang memiliki VB yang tidak dikenal dalam bahasa-bahasa Eropa, yang dikenal dengan nama "serial verb constructions". Pemerian "serial verb constructions" telah tersebar di dalam berbagai tulisan baik di dalam bidang sintaksis, seperti Li & Thompson (1976), Lord (1982), Foley & Van Valin (1984), Nichols & Woodbury {1985), Bradshaw (1987), Crowley (1987), Foley & Olson (1987), Sebba (1987), Baker (1989), dan Kang (1991a, 1993), di bidang semantik seperti Li & Thompson (1973), Jansen {1978), dan Blake (1994). Berdasarkan fakta-fakta yang disebutkan di atas, penelitian yang memfokuskan pengamatan pada verba pertama (selanjutnya disingkat dengan V1) belum mendapat perhatian ahli bahasa Indonesia untuk dideskripsi secara mendalam. Hal ini menjadi alasan pokok saya untuk membahas konstruksi VB yang khususnya memfokuskan V1 dalam bahasa Indonesia. Ciri-ciri semantis VB merupakan permasalahan pokok yang dibahas dalam penelitian ini. Permasalahan pokok ini dapat diuraikan menjadi beberapa pokok bahasan dan subpokok bahasan pada subbab berikut ini.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahman Syaifoel
Jakarta: 2018
499.221 RAH p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kim, Min-Joo
Abstrak :
This book takes Korean as a basis to provide a detailed universal Determiner Phrase (DP) structure. Adnominal adjectival expressions are apparently optional noun dependents but their syntax and semantics have been shown to provide an important window on the internal structure of DP. By carefully examining data from Korean, an understudied language, as well as from other unrelated languages, the book provides a broad perspective on the phenomenon of noun modification and its cross-linguistic variations. Furthermore, it offers not only a thorough syntactic analysis but also a formal semantic analysis of noun modifiers that extends beyond a single language. This book will be of great interest to researchers interested in theoretical syntax, its interfaces with semantics, pragmatics, linguistic typology, and language variation. With a wealth of data and important observations, in this volume Kim ventures into a notoriously difficult domain. She sheds new light on old puzzles and articulates some fresh new ones. The analysis of the Korean extended DP-and of nominals across languages-offered here is important and interesting, but it's the deeper analytical insights that underlie it that ensure this work's lasting relevance. Marcin Morzycki, Michigan State University, USA
Switzerland: Springer, 2019
415 KIM s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hudson, Richard
Oxford : Basic Blackwell , 1984
422 HUD w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Umi Basiroh
Abstrak :
Kamus secara konvensional, berisi leksem yang didaftarkan dalam susunan alfabetis dan mengakibatkan berbagai jenis hubungan leksikal tidak seluruhnya tergambarkan secara sistematis. Padahal kamus yang komprehensif, yang mencerminkan keseluruhan kosakata suatu bahasa hanya akan tergambar secara utuh bila kamus itu memuat semua jenis hubungan leksikal secara sistematis. Ada jenis kamus yang berbeda dari yang konvensional itu. Kamus itu mendeskripsikan leksem dalam kesatuan konseptual lebih daripada alfabetis. Kamus seperti itu disebut tesaurus (Ullmann 1983:255). Tesaurus yang terkenal dan yang dapat dianggap salah satu pelopor itu adalah Roget's International Thesaurus. Dalam buku itu kata dan rasa bahasa Inggris dikelompokkan menurut signifikasinya yang ditandainya. Roget membagi leksem dalam pengertian kehiponiman dan kuasi-kehiponiman ke dalam delapan kelas utama yaitu (1) hubungan abstrak (abstract relations); (2) ruang (space); (3) alam (physics) ; (4) materi, benda, unsur (matter) ; (5) daya cerap indera (sensation); (6) akal (intellect); (7) kemauan (volition); dan (8) daya cerap batin (affections) (Roget 1962:xiii-xx). Kamus sebagai perekam kosakata umumnya disusun menurut abjad Kamus Besar Bahasa Indonesia yang secara kuantitatif memuat 63.000 lema masih memerlukan penanganan yang serius dalam hal kekomprehensifan dan kesistematisan hubungan makna di antara leksem-leksemnya (Rahim 1989; Suprana 1990). Bahkan kamus yang sengaja dibuat dengan memperhitungkan hubungan makna yaitu Kamus Sinonim Bahasa Indonesia (Harimurti 1989) masih perlu dibenahi karena tercampurnya hubungan makna hierarkis (kehiponiman, kemeroniman) dan hubungan makna simetris (kesinoniman). Misalnya, kata-kata melihat, celik, memandang, menengok, menengadah, menatap, menentang, meninjau, menilik, menonton, mengetahui, maklum, melawat dan menziarahi dinyatakan sebagai sinonim (Harimurti 1989:87). Dari daftar sinonim yang diberikan dapat kita lihat tiga kelompok yang terpisah sebagai "sinonim" melihat. Pertama melihat, celik. Kedua melihat, memandang, menengok, menengadah, menatap, menentang, meninjau, menilik, menonton, mengetahui, melawat, menziarahi. Ketiga melihat, maklum. Celik merupakan sinonim dari melihat. Hal ini dapat kita pertentangkan dengan buta. Memandang, menengok, menengadah, menatap, menentang, meninjau, menilik, menonton, melawat, menziarahi merupakan hiponim dari melihat. Walaupun begitu, sebetulnya ada pengelompokan berdasarkan komponen maknanya. Misalnya, melawat, menziarahi tentu saja dapat dipisahkan dari memandang dan menatap. Melawat, menziarahi berkomponen mendatangi sasaran, sedangkan memandang dan menatap ± mendatangi sasaran. Maklum tidak dapat dikatakan mempunyai hubungan kesinoniman maupun kehiponiman dengan melihat. Bahkan dalam kata kepala maklum tidak terdapat kata melihat sebagai sinonimnya (Harimurti 1989:87).
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
F.X. Rahyono, 1956-
Abstrak :
A deictic expression is an expression in a language, which has an indefinite referent. The indefinite nature of that referent is due to the situation of the encoder. The referent of a deictic expression will change if the speaker and the spatio-temporal reference of the deictic expression change. Thus, deictic expressions can be divided in three groups, person deixis, spatial deixis and time deixis. The interesting thing in Javanese deixis is the effect of speech levels. A speaker must choose speech level appropriate to his or her social level and that of the other participant in the conversation. Basically, Javanese speech levels can be grouped into three levels, ngoko (low level), madya (mid level) and krama (high level). Most Javanese deictic expressions are lexicalized in those three speech levels. For example, the demonstrative pronoun iki 'this', is lexicalized in three lexemes, iki, niki and menika in the levels ngoko, madya and krama respectively. Javanese has many personal pronoun lexemes, which are related to the three speech levels mentioned above, and which vary according to whether, the pronoun is in the first person, second person or third person. There are eight lexemes, which refer to the first person (singular and plural), forteen lexemes for the second person (singular and plural) and five lexemes for the third person (singular). All of those lexemes can be grouped according to its speech level. Any personal pronoun lexeme will imply the social status of the speaker using it. Spatial deixis in Javanese distinguishes between local deictic domains which are in the speaker's vicinity, outside the speaker's vicinity and remote from the 'speaker. In the time deixis can be found lexemes which refer to the time of speaking, the past time and future time. There are lexemes which be used only to convey a time point, a time period or both. In the Javanese deixis we find deixis neutralization. This term may be illustrated by an example the word menika 'this', from the high speech level, corresponds to the words iki, kuwi and kae from the low speech level. Iki 'this' (to refer to the vicinity of the speaker), kuwi 'that' (to refer to domains outside the vicinity of the speaker) and kae 'that' (to refer to domains remote from the speaker). The' fact that the word menika has three equivalents, iki, kuwi, kae shows that there is no deictic distinction of demonstrative pronouns in the high speech level. However, neutralization of this type only occurs in the spatial deixis. This investigation of invariant meanings of deictic expressions can find the appropriate referent of the deictic words and their constraints of the acceptability in the practice. Furthermore, we can also know the application's rule of the non-deixis words used as deictic words. The most important conclusion of this investigation is that Javanese speech levels are a semantics problem, particularly in the case of social deixis. The three speech levels refer to the referent, which in turn implies different social status.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manullang, Lamria
Abstrak :
Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan secara luas penerjemahan unsur leksikal kebudayaan material bahasa Inggris ke bahasa Indonesia dalam novel Absolute Power, Remember Me, dan Heart Beat serta terjemahannya Kekuasaan Absolut, Rumah Kenangan, dan Debar Hati, Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana unsur leksikal kebudayaan material bahasa Inggris diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif melalui kajian teks. Metode ini diterapkan dalam liga tahap, yaitu pengumpulan data, kiasifikasi data, dan analisis data. Penelitian ini merupakan penelitian terjemahan. Konsep padanan merupakan tumpuannya. Dalam penerjemahan unsur leksikai kebudayaan material bahasa Inggris ke bahasa Indonesia untuk konsep yang dikenal dalam budaya Indonesia ditemukan padanan leksikal harfiah, padanan leksikal tidak harfiah, padanan dengan hubungan leksikal sinonim, padanan dengan kata generik-spesifik, dan padanan figuratif. Untuk konsep unsur leksikal kebudayaan material bahasa Inggris yang tidak dikenal dalam budaya Indonesia ditemukan padanan dengan frasa deskriptif, padanan dengan kata generik yang dimodifikasi, padanan dengan kata BSu yang dimodifikasi, padanan dengan kata serapan, dan padanan substitusi kultural. Sebagai akibat peggunaan padanan tersebut terlihat adanya pergeseran bentuk, pergeseran makna, pengupayaan padanan kultural, dan pemberian konteks. ......This study is aimed at discribing in general the translation of material culture lexical items of English into Indonesian in English? novels Absolute Power, Remember Me, and Heart Beat and the Indonesian translation versions Kekuasaan Absolute, Rumah Kenangan, and Debar Hati. The problem to be investigated is how the English material culture lexical items are translated into Indonesian. The descriptive method through text surveys is employed in this work. The method is applied in three stages, i.e. data collection, data classification, and data analysis. The result shows that in the translation of English material culture lexical items into Indonesian, the lexical equivalents when concepts are shared in Indonesian are literal lexical equivalents, nonliteral lexical equivalents, equivalence involving synonyms, generic-spesific equivalents, and figurative equivalents. The lexical equivalents when concepts of English material culture lexical items are unkonwn in Indonesian are descriptive phrases equivalents, equivalence by modifying a generic word, equivalence by modifying a source language word, eguivalence by loan word, equivalence by cultural substitute, and equivalence by underlining a source language word. There are four , i.e. transposition, modulation, cultural substitution, and Contextual conditioning from the concequences of the equivalents.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2001
T4527
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Sari
Abstrak :
Tokoh Kaspar dijadikan sebagai contoh korban berbahasa. Pada awal kemunculannya, Kaspar hanya memiliki satu kalimat yang hanya berguna bagi dirinya sendiri, namun tidak membantunya dalam mengadakan hubungan dengan sekitamya. Lalu ia belajar bahasa. Bahasa menjadikannya individu baru dan menghilangkan identitas lamanya. Kaspar harus mematuhi aturan yang ada dalam bahasa, sehingga ia kini seakan berada dalam penjara. Kisah Kaspar ini dijadikan contoh, bahwa bahasa dan kegiatan menggunakan bahasa dapat dikatakan menyiksa, karena hidup manusia dikuasai oleh bahasa. Skripsi ini bertujuan untuk menunjukkan kemampuan bahasa dalam menguasai hidup manusia. Melalui penelitian kepustakaan yang dilakukan dengan bantuan teori dari bidang filsafat bahasa dan linguistik, maka tujuan dari penelitian ini tercapai. Bahasa menguasai hidup Kasper dengan cara memberikan Kaspar identitas diri baru namun dibarengi dengan matinya identitas diri lamanya, dan memenjarakan Kaspar dalam aturan bahasa. Hal ini bisa terjadi pada siapa saja.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S14686
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anies S.M. Basalamah
Jakarta : Rineka Cipta , 1994
425 ANI s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Gonzalez-Mena, Janet
Boston: McGraw-Hill , 2004
418.4 GON c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>