Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marissa
Abstrak :
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pada pasien akne terjadi stres oksidasi yang ditandai dengan penurunan aktivitas glutation peroksidase (GPx) dalam eritrosit. Aktivitas GPx dalam plasma belum pernah diteliti pada pasien akne dan diharapkan dengan pemberian ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) sebagai sumber antioksidan dapat meningkatkan aktivitas GPx dalam plasma. Penelitian ini merupakan penelitian analitik komparatif dengan desain paralel, merupakan uji klinis yang memakai rancangan pretest-posttest dengan kelompok kontrol. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan aktivitas GPx dan rasio glutation tereduksi/teroksidasi (GSH/GSSG) sebelum dan sesudah mengkonsumsi ekstrak kulit buah manggis dengan dosis 3x1 kapsul selama 21 hari. Metode pemeriksaan menggunakan metode enzimatik Ransel kit RS.505 untuk mengukur aktivitas GPx dan microplate assay for GSH/GSSG GT.40 untuk mengukur rasio GSH/GSSG terhadap 20 subyek penelitian dan 18 subyek kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam kelompok Manggis, setelah terapi dengan ekstrak kulit buah manggis, aktivitas plasma GPx secara signifikan lebih tinggi dibandingkan sebelum terapi (p<0,05), namun bila dibandingkan dengan kelompok Plasebo peningkatan ini tidak bermakna (p>0,05). Penelitian ini juga menemukan bahwa pemberian ekstrak kulit buah manggis pada pasien akne dapat menurunkan rasio GSH / GSSG secara signifikan (p<0,05) dibandingkan dengan kelompok Plasebo. ......Previous studies have shown impaired antioxidant defense system in patients with acne, including alterations in glutathione peroxidase (GPx) activity in erythrocytes. GPx activity in plasma has not been studied in patients with acne and is expected that administration of mangosteen pericarp extract as a source of antioxidants can increase the activity of GPx in plasma. This study is a comparative analytical study with parallel design, a clinical trial using a pretest-posttest control group. The study was conducted by comparing the activity of GPx and the ratio of GSH/GSSG before and after consumes mangosteen pericarp extract with doses 3x1 capsules for 21 days. An enzymatic methods using Ransel kit RS.505 to measure GPx and microplate assay kit for GSH / GSSG GT.40 to measure the ratio of GSH/GSSG against 20 study subjects and 18 control subjects. The results showed that after therapy with mangosteen pericarp extract, the activity of plasma GPx was significantly higher than before therapy (p<0.05), but when compared to the Placebo group the increase was not significant (p>0.05). This research also found that administration of mangosteen pericarp extract to patients with acne may decrease the ratio of GSH / GSSG significantly (p<0.05) compared to the Placebo group.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T32793
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Nurul Kirana
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang: Kerusakan oksidatif berperan dalam proses penuaan dan juga beberapa penyakit degeneratif. Menjaga status antioksidan tubuh merupakan hal penting dalam mencegah terjadinya kerusakan oksidatif. Selenium adalah mineral yang penting mengingat perannya dalam pembentukan enzim antioksidan (selenoprotein), salah satunya glutation peroksidase untuk perlindungan terhadap radikal bebas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari hubungan antara asupan selenium dan aktivitas glutation peroksidase dengan karbonil plasma pada usia lanjut. Metode Penelitian: Penelitian potong lintang ini dilakukan di 5 Posbindu di Jakarta Selatan. Dilakukan wawancara untuk mengetahui identitas dan riwayat penyakit kronis. Data aktivitas fisik didapat melalui wawancara dengan kuesioner Physical Activity Scale for the Elderly (PASE). Indeks massa tubuh diperoleh dari hasil pemeriksaan antropometri berupa berat badan dan tinggi badan dari konversi tinggi lutut. Data asupan makan subjek diperoleh dari wawancara food recall 24 jam pada satu hari kerja dan satu hari libur serta Semi Quantitative-Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ). Pemeriksaan laboratorium dilakukan di laboratorium biokimia FKUI untuk mengetahui aktivitas glutation peroksidase, dan karbonil plasma. Hasil: Sebanyak 94 usia lanjut dengan rerata usia 70,34 ± 6,079 tahun mengikuti penelitian ini. Sebanyak 40% subjek mempunyai status gizi normal dengan 69,1% subjek memiliki riwayat penyakit kronis. Sebanyak 75,5% subjek pada penelitian ini belum mencukupi kebutuhan asupan selenium yang direkomendasikan Rerata kadar karbonil plasma 5,83 ± 1,95 nmol/ml dan 69,1% subjek mempunyai aktivitas glutation peroksidase yang rendah.. Hasil analisis statistik menunjukkan tidak terdapat korelasi antara asupan selenium dengan aktivitas glutation peroksidase. Pada analisis multivariat asupan selenium dan tiga variabel perancu yaitu usia, indeks massa tubuh, dan asupan beta karoten hanya mempengaruhi kadar karbonil plasma sebanyak 3,7%. Diskusi: Hasil asupan selenium pada penelitian ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya. Makanan sumber selenium banyak berasal dari makanan berprotein yang dikonsumsi sehari-hari sehingga data asupan selenium didapat dari gabungan antara food recall 2 x 24 jam dan SQ-FFQ. Pemeriksaan status kognitif subjek juga perlu dilakukan untuk memastikan ada tidaknya gangguan kognitif. Pemeriksaan status antioksidan endogen lain seperti glutation (GSH) juga perlu dilakukan pada penelitian berikutnya untuk mengetahui faktor lain yang mempengaruhi aktivitas glutation peroksidase dalam menekan kerusakan oksidatif pada usia lanjut.
ABSTRACT
Introduction: Oxidative stress contributed in aging process and several degenerative diseases. Maintaining the body's antioxidants status were important to prevent oxidative stress. Selenium was an important trace element due to as a component of antioxidants enzymes (selenoproteins), including glutathione peroxidase for protection against free radical. We aimed to study the association between selenium intake and glutathione peroxidase activity with plasma carbonyl in elderly. Methods: Cross sectional study was held in 5 elderly communities in south Jakarta. Identity and chronic disease history were obtained from interview and Physical activity scale for the elderly (PASE) questionnaire used for assess physical activity. Weight and knee height measurement used to determine body mass index. Dietary intake data obtained from repeated 24 hours recall and Semi Quantitative-Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ). laboratory examination held in laboratory of biochemistry FKUI for assess glutathione peroxidase activity and plasma carbonyl level. Results: There were 94 elderly with mean of age 70.34 ± 6.079 years old contributed to this study. 40 % subjects had normal nutritional status and 69.1 % subject had history of chronic disease. There were 75.5 % subject had low intake of selenium. Mean of plasma carbonyl was 5.83 ±1.95 nmol/ml and 69.1% subject had low glutathione peroxidase activity. Statistical analysis results showed there were no significant correlation between selenium intake and glutathione peroxidase. In multivariate analysis selenium intake, age, body mass index, and beta-carotene intake explained 3,7% of the plasma carbonyl. Discussion: The result of selenium intake in current study much lower than previous study. Dietary selenium data obtained from repeated 24 hours recall combine with FFQ-SQ because the selenium food source similar with protein foods that consume daily. Assessment of cognitive function among subject needed for ensure cognitive status related to ability to remember dietary intake. Status of endogen antioxidant including glutathione (GSH) need to be considered for understanding about another factor that influence glutathione peroxidase in preventing oxidative stress.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rhesa David Budiarta Nurung
Abstrak :
Hipoksia hipobarik adalah kondisi dimana tubuh mengalami kekurangan oksigen akibat tekanan parsial oksigen yang rendah. Kondisi ini dapat memicu stres oksidatif dan kerusakan jaringan. Untuk menanggulangi senyawa oksigen reaktif reactive oxygen species/ROS yang terbentuk pada keadaan stress oksidatif, tubuh menghasilkan enzim antioksidan. Namun bagaimana tubuh menanggulangi ROS pada keadaan hipoksia hipobarik intermiten, belum banyak dipelajari. Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan membandingkan aktivitas glutation peroksidase GSH- Px paru pada pajanan hipoksia hipobarik intermiten yang berbeda. Sampel yang digunakan adalah paru tikus Sprague Dawley jantan berumur dua bulan dengan berat kurang lebih 200-250 gram. Tikus dikelompokkan menjadi lima kelompok, yaitu kelompok kontrol, dan kelompok tikus yang telah dipaparkan terhadap hipoksia hipobarik sebanyak 1x; hipoksia hipobarik intermiten 1x; 2x; dan 3x. Aktivitas GSH- Px diukur menggunakan RANSEL kit. Normalitas data diolah secara statistik dengan uji Shapiro-Wilk, dan homogenitas diuji dengan uji Levene. Hasil menunjukkan data berdistribusi normal dan homogen. Selanjutnya, dengan uji parametrik ANOVA satu arah ditemukan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna pada aktivitas spesifik GSH-Px diantara grup sampel p = 0.152 . Penelitian ini menyipulkan bahwa aktivitas GSH-Px pada paru tikus tidak dipengaruhi oleh pajanan hipoksia hipobarik intermiten.
Hypobaric hypoxia is a condition in which the body has low level of oxygen due to low partial pressure of oxygen. This condition may trigger oxidative stress and tissue damage. It is known that the body rsquo s defense mechanism to eliminate reactive oxygen species ROS that were formed during the oxidative stress state is by producing antioxidant enzymes. However, the body rsquo s mechanism to prevent ROS under the exposure of intermittent hypobaric hypoxia has not been well studied. The objective of this research is to observe and compare glutathione peroxidase GHS Px activity in the lungs after exposure to intermittent hypobaric hypoxia of different frequencies. The samples being used were lungs from male Sprague Dawley rats aged two months, weighed 200 250 grams. GSH Px activities were observed and compared in rat lungs that were divided into five groups consisting of control group, and groups of rat lungs that were exposed to hypobaric hypoxia 1x intermittent hypobaric hypoxia 1x 2x and 3x. The activity of GSH Px was measured using RANSEL kit. Normality and homogeneity of the data were processed statistically with Shapiro Wilk test and Levene test, respectively. The results showed that the data were normally distributed and homogeny. Parametric one way ANOVA test found no significant difference in the activity of GSH Px among the sample groups p 0.152 . In conclusion, the activity of GSH Px in the rat lungs is not affected by intermittent hypobaric hypoxia condition.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70438
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library