Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nanda Ariane Iskandar
"Glutamat adalah molekul monoamin yang mengatur sel-sel saraf. Senyawa ini juga memiliki reseptor pada sel imun. Regulasi glutamat sel imun termasuk kemotaksis, diferensiasi, proliferasi dan apoptosis. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan produksi sitokin PBMC yang dirangsang dengan glutamat. Sitokin dinilai dengan metode elisa. PBMC dikumpulkan dari 10 donor pria sehat. PBMC 7x105 yang diisolasi dirangsang dengan glutamat atau tidak diobati, diinkubasi selama 24 jam 5% CO2 37 oC dalam media lengkap asam amino, vitamin B kompleks dan ion. Terjadi penurunan sitokin pada kelompok yang distimulasi glutamat daripada kelompok kontrol. Dijelaskan bahwa glutamat berubah menjadi metabolit dalam mitokondria. Sebagai kesimpulan, hasil ini menunjukkan bahwa glutamat memiliki dampak menurunkan produksi sitokin pada PBMC manusia yang sehat.

Glutamate are monoamine molecules that regulate nerve cells. These compounds also have receptors on immune cells. Glutamate regulation of immune cells include chemotaxis, differentiation, proliferation and apoptosis. Aim of this study is determining cytokine production PBMC stimulated with glutamate. Cytokine was assessed by elisa method. PBMC was collected from 10 healthy male donors. Isolated 7x105 PBMCs were stimulated with Glutamate or untreated, incubated for 24 hours 5 % CO2 37 oC in a complete medium of amino acids, vitamin B complex and ions. A decrease in cytokine in glutamate treated group than control group. It was suggested that Glutamate role as metabolite in mitochondria. As conclusion, these results suggest that glutamate have suppresing impact on cytokine production in healthy human PBMC."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Setiawan Fakkar
"Patogenesis insulin dependent diabetes mellitus (IDDM) dihubungkan dengan proses autoimun yang merusak sel beta pankreas, sedangkan non insulin dependent diabetes mellitus (NIDDM) dihubungkan dengan resistensi insulin. Namun pada sebagian penderita NIDDM juga dapal ditemukan proses autoimun dan penderita tersebut biasanya dalam beberapa tahun akan berkembang menjadi defisiensi insulin absolut. Salah satu petanda proses autoimun sel beta pankreas adalah anti glutamic acid decarboxylase (GAD) Tujuan penelitian ini pertama untuk menentukan prevalensi anti GAD pada penderita IDDM, NIDDM yang mendapat insulin dan NIDDM yang tidak memerlukan insulin. Tujuan kedua untuk menentukan prevalensi anti GAD pada IDDM dihubungkan dengan etnis, lama penyakit, usia saat diagnosis, jenis kelamin dan riwayat keluarga. Tujuan ketiga untuk menilai sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif (NPP) dan nilai prediksi negatif (NPN) anti GAD untuk menentukan keperluan insulin pada penderita NIDDM Tujuan keempat untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara lama terapi oral pada penderita NIDDM yang mendapat insulin dengan status dan kadar anti GAD. Tujuan kelima untuk mengetahui kadar anti GAD pada penderita IDDM dan NIDDM serta hubungannya dengan lama penyakit Subjek penelitian adalah 32 penderita IDDM, 40 penderita NIDDM yang mendapat insulin dan 40 penderita NIDDM tidak memerlukan insulin yang berobat jalan di Poliklinik Subbagian Endokrin Bagian limu Penyakil Dalam dan Bagian llmu Kesehatan Anak FKUI-RSUPNCM Pada kelompok NIDDM usia saat diagnosis harus > 35 tahun. Pada kelompok NIDDM yang tidak memerlukan insulin, kadar glukosa darah harus terkontrol (HbA1c 4-8%) dan lama penyakit minimal 5 tahun. Pada kelompok NIDDM yang mendapat insulin, sebelumnya glukosa darah pernah terkontrol dengan diet dan atau obat hipoglikemik oral (OHO) minimal selama 6 bulan Pemeriksaan anti GAD menggunakan kit Diaplets anti GAD dari Boehringer Mannheim dengan metode ELISA Pemeriksaan HbA1c menggunakan kit HbA1c Unimate 3 dari Roche dengan metode imunoturbidimetri. Analisis statistik menggunakan uji Chi-square dan Fisher's exact. Pada penelitian ini didapatkan prevalensi anti GAD pada IDDM, NIDDM yang mendapat insulin dan NIDDM yang tidak memeriukan insulin masing-masing berturut-turut 28,1%, 7,5% dan 0% Prevalensi anti GAD pada IDDM tidak berbeda bermakna dihubungkan dengan etnis, lama penyakit, usia saat diagnosis, jenis kelamin dan riwayat keluarga (P > 0,05) Sensitivitas. spesifisitas, NPP dan NPN anti GAD untuk menentukan keperluan insulin pada NIDM masing masing berturut-turut 7,5%, 100%, 100% dan 51,9%. Penderita NIDDM dengan anti GAD positif cenderung lebih cepat memerlukan insulin dibandingkan penderita NIDDM dengan anti GAD negatif, namun kadar anti GAD tidak berhubungan dengan makin cepat atau lambatnya penderita memerlukan insulin. Kadar anti GAD pada NIDDM cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan IDDM Kadar anti GAD pada IDDM dan NIDDM tidak berhubungan dengan lama penyakit Pemeriksaan anti GAD dapat dipertimbangkan sebagai salah satu pemeriksaan tambahan pada penderita NIDDM saat diagnosis pertama kali ditegakkan."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
T57309
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atya Saniah
"Glutamat adalah salah satu neurotransmitter yang memainkan peran penting dalam pembentukan dan stabilisasi sinapsis, kesadaran, memori, dan proses belajar. Kadar glutamat yang tidak normal dalam tubuh dapat mengakibatkan berbagai risiko penyakit saraf. Alat untuk mendeteksi kadar glutamat yang sudah ada saat ini memiliki beberapa kekurangan yaitu memakan waktu yang lama dan mahal. Dalam penelitian ini, dibuat sensor elektrokimia glutamat berbasis elektroda glassy carbon modifikasi nikel oksida. Biosensor ini memanfaatkan reaksi elektrokimia yang terjadi pada elektroda dengan menggunakan tiga sistem elektroda dari NiO/GCE sebagai working electrode, platinum electrode sebagai counter electrode, dan Ag/AgCl sebagai reference electrode. Nikel oksida dibuat dengan menggunakan metode sol-gel. Pengujian terhadap material nikel oksida yang dibuat diuji dengan karakterisasi SEM, FTIR, dan XRD. Performa dari biosensor berbasis nikel oksida diuji dalam larutan NaOH 0,1 M. Performa dari biosensor ini akan diukur dengan metode cyclic voltammetry (CV) untuk mengukur sensitivitas biosensor yang dikembangkan. Pada hasil pengukuran dengan CV diketahui bahwa limit deteksi dan sensitivitas pada biosensor ini masing-masing sebesar 0,641 mM dan 1,498 μAmM-1cm-2. Dengan demikian, sensor elektrokimia dengan modifikasi nikel oksida ini bisa terus dikembangkan untuk biosensor glutamat tanpa enzim yang menjanjikan.

Glutamate is one of the neurotransmitters that play an essential role in forming and stabilizing synapses, awareness, memory, and learning processes. Abnormal levels of glutamate in the body can lead to various risks of neurological diseases. The existing tools for detecting glutamate levels have several drawbacks. They are time-consuming and expensive. In this research, an electrochemical glutamate sensor based on nickel oxide modified glassy carbon electrode was made. This biosensor utilizes the electrochemical reactions at the electrodes using the three-electrode system of NiO/GCE as working electrode, platinum electrode as counter electrode, and Ag/AgCl as reference electrode. Nickel oxide is made using the sol-gel method. Nickel oxide was tested with SEM, FTIR, and XRD characterization. The performance of the sensor was tested in 0.1 M NaOH solution. The performance of this biosensor will be measured by the cyclic voltammetry (CV) method to measure the sensitivity of the developed biosensor. Based on the CV measurement, it is known that the detection limit and sensitivity of this biosensor are 0.641 mM and 1.498 μAmM-1cm-2, respectively. Thus, this electrochemical glutamate sensor based on nickel oxide can continue to be developed for promising enzyme-free glutamate biosensors."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasywa Rana Ardiyanti
"Industri tekstil menghasilkan limbah cair yang mengandung zat warna sintetik seperti metilen biru (MB) yang sulit terurai. Kehadiran metilen biru di lingkungan perairan berdampak negatif karena toksisitasnya yang tinggi, mengganggu fotosintesis, dan mengurangi kadar oksigen terlarut. Penelitian ini bertujuan untuk mensintesis Metal Organic Framework (MOF) berbasis logam Ca, Sr, dan Ba dengan ligan asam glutamat (L-Glu) melalui metode solvotermal sebagai fotokatalis untuk degradasi zat warna metilen biru. Hasil sintesis MOF, yaitu Ca-Glu, Sr-Glu, dan Ba-Glu dikarakterisasi menggunakan Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), X-Ray Diffraction (XRD), dan Ultraviolet-Visible Diffuse Reflectance Spectroscopy (UV-Vis DRS). Dalam uji aktivitas fotokatalitik MOF dilakukan dengan variasi jenis katalis, massa katalis, waktu iradiasi cahaya, dan kondisi yang dianalisis menggunakan Ultraviolet-Visible Spectroscopy (UV-Vis). Hasil uji aktivitas menunjukkan bahwa MOF Sr-Glu merupakan katalis paling optimum dalam mendegradasi metilen biru dengan persen degradasi sebesar 40,8783%. Pada pengujian variasi massa katalis menunjukkan bahwa Sr-Glu sebesar 30 mg merupakan massa optimum dengan persen degradasi sebesar 60,81%. Sintesis MOF yang ditujukan sebagai fotokatalis dibuktikan melalui variasi kondisi secara fotokatalisis, adsorpsi, dan fotolisis. Berdasarkan kinetika laju, reaksi degradasi mengikuti orde 1 dengan konstanta laju reaksi (k) sebesar 2,5 × 10-3 menit-1.

The textile industry produces wastewater containing synthetic dyes such as methylene blue (MB) that are difficult to degrade. The presence of MB in aquatic environments has significant negative impacts due to its high toxicity, which disrupts photosynthesis and reduces dissolved oxygen levels. This study aims to synthesize Metal-Organic Frameworks (MOFs) based on Ca, Sr, and Ba metals with glutamic acid ligand (L-Glu) through the solvothermal method as photocatalysts for the degradation of MB. The synthesized MOFs, namely Ca-Glu, Sr-Glu, and Ba-Glu, were characterized using Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), X-Ray Diffraction (XRD), and Ultraviolet-Visible Diffuse Reflectance Spectroscopy (UV-Vis DRS). Photocatalytic activity tests were conducted with variations in catalyst type, catalyst mass, light irradiation time, and conditions, analyzed using Ultraviolet-Visible Spectroscopy (UV-Vis). The results showed that Sr-Glu MOF was the most optimal catalyst in degrading MB with a degradation percentage of 40.88%. Variations in catalyst mass tests showed that 30 mg Sr-Glu was the optimum mass with a degradation percentage of 60.81%. The synthesis of MOFs as photocatalysts was demonstrated through variations in photocatalysis, adsorption, and photolysis conditions. Based on the reaction kinetics, the degradation reaction followed first-order kinetics "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library