Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Rahmawati Achyat
Abstrak :
Pada keadaan hipoksia sel aksn berganti metabolisme dari tipe aerob Ire tipe yang lebih anaerob, yang lebih sedikit menghasilkan energi. Untuk memenuhi kebutuhan energi yang sama, set pada keadaan hipoksia meningkatkan konsurnsi glukosa. Penelitian ini bertuju.an untuk mengetahui gambaran adaptasi metabolisme otot pada tikus yang dibuat hipoksia dibandingkan dengan penyu hijau (Chelonia mydas). Penyu bijau merupakan hewan yang bernafas dtngan paru-paru namun dapat berakti.vitas lama di bawah air laut. Sejumiah tikus ditempatkan pada kandang hipoksia (tekanan l atm,dan kandungan o, 10%) selama I, 7 14, dan 21 hari. Pada akhir periode hipoksia setelah euthanasia. otot dianalisis untuk pengukuran konsumsi glaktivitas spesifik LDH dan etektroforesis isozim LDH. Analisis yang sarna juga di1akukan pada penyu yang ditempatkan pada kondisi nonnoksia. Konsumsi glukosa dan aktivitas LDH meningkat sejalan dengan lamanya hipoksia pada otot tikus, sedangkan isozim LDH tidak mengalami pcrubahan po1a.; kecuali peningka:tan LDH 4 dan LDH 5. Konsumsi glukosa dan aktivitas spesifik LDH otot penyu Iebih. tinggi dibanding otot tikus dan hanya terdapat satu tipe isozim LDH yaitu LDH 4 yang merupakan isozim LDH anaerob. Hasil penelitian menunjukkan adaptasi sel otot terhadap hipoksia, dengan mengubah metabolisme aerob menjadi lebih anaerob.
During hyPOxia, there is a shift ftom aerobic to anaerobic metabolism which results in the production of less ATP. 1n order to meet the same energy needed, the hypoxic cells have to increase the glucose consumption rate. In this study, we described the muscle metabolic adaptation in globally hypoxic rats as wcU a<;. in sea turtles (Chelonia mydm), the latter animals are well known as lung breathing species which spend most of their time under sea water. Rats were placed in a hypoxic chamber (I atrn, 0, l 0 Va! %) for I, 7, 14 and 21 days. At the end of each period, after euthanasia their muscles were analyzed for glucose metabolism rate, total specific LDH activities and LDH isozymes electrQphoresis. The same a!lalysis was made in sea turtle muscles which were placed in normal condition. Glucose consumption rates and LDH activities increased proportionally with the duration of hypoxic state in rats, whereas for LDH isozymes. there were no any change in pattern except for LDH 4 and LDH 5, which was more prominent the course of hypoxia. On the other hand, even in normoxic condition, sea turtles muscles consumed higher amount·of glucose. showed much higher of total specific LDH activities and had only one type of LDH isoZ)'Ule, i.e. LDH 4, which is anaerobic isozyme of LDH.The results suggest that during adaptation to hypoxia, the metabolism of aerobic muscle of rat switch to more anaerobic pattern and that sea turtle was genetlcally set fur hypo-xia condition.
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T31649
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Wispriyono
Abstrak :
Jengkol <'Pi thecolobium -i iringa (Jack) Prain. ex King.) merupakan salah satu tanaman yang digunakan sebagai obat tradisional, tetapi sampai saat ini belum banyak penelitian ilmiah terhadap tanaman jengkol. Salah satu efek tanaman jengkol yang banyak digunakan di masyarakat adalah untuk penyakit diabetes mellitus. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada efek hipoglikemik papagan kulit batang pohon jengkol pada kelinci dengan metode tes toleransi glukosa secara oral. Papagan kulit batang pohon jengkol diberi secara oral dengan menggunakan sonde lambung. Kelinci dibagi atas 4 kelompok. Kelompok pertama diberi air dengan volume pemberian 1 ml/kg BB, kelompok kedua diberi suspensi tolbutamid 250 mg/kg BB, kelompok ketiga diberi rebusan papagan kulit batang pohon jengkol konsentrasi 10% b/v dengan dosis 1 ml/kg BB, kelompok keempat diberi ekstrak etanol papagan kulit batang pohon jengkol konsentrasi' 200% b/v dengan dosis 1 ml/kg BB. Toleransi glukosa kelinci percobaan yang diberi papagan kulit batang pohon jengkol dibandingkan dengan toleransi glukosa kelinci percobaan yang diberi air sebagai kontrol. Hasil statistik memperlihatkan rebusan papagan kulit batang pohon jengkol tidak memperlihatkan efek hipoglikemik A yang bermakna, kecuali pada jam ke 3 terhadap kelompok kontrol dan pada jam ke 4 terhadap kelompok ekstrak etanol. ......Jengkol t-.hftf>n1obium iiringa (Jack) Prain. ex King.) has been used as a traditional medicine, but so, far it has not been proved scientifically. It is used empirically for the treatment of Diabetes mellitus. Therefore this experiment has been carried out to know whether jengkol stem barks has actually the antidiabetic effect. In this experiment 24 rabbits were used, these animals were induced by 1 ml/kg body weight using 50% glucose solution. The first group was received 2 ml/kg body weight water as a control group, the second group was given 250 mg tolbutamid per kg body weight as a standard treatment group, the third group received 1 ml jengkol stem barks boiled solution 10% wieght/volume (w/v) per kg body weight and the fourth group was given jengkol stem barks ethanol extract 200% w/v in dose of 1 ml per kg body weight. Those preparation were given orally using intragastric tube. The blood glucose level were measured by glucose tolerance test using double beam spectrophotometers at 1, l^/s, 2, 3, 4 dan 5 hours after treatments. The datas were statistically analysed using anova and followed by tukey test. Stem barks boiled solution did not show hipoglikemic effect significantly differrence from other treatments at those observation interval except at +3 A hours was significantly different from control group and +5 hours from ethanol extract group.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1991
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nunung Nurjanah
Abstrak :
Kadar gula darah yang tidak normal menjadi masalah kesehatan yang penting, tak terkecuali pada penderita hipertensi yang mengarah pada komplikasi penyakit yang serius seperti diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kadar gula darah pada penderita hipertensi ysng dilakukan di Puskesmas Bojonggede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat menggunakan desain studi cross sectional dan metode purposive sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 105 orang yang terdiri dari laki-laki dan perempuan berusia 30-65 tahun yag termasuk kelompok usia dewasa dan lansia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 30,2% responden memiliki kadar gula darah tinggi. Terdapat hubungan bermakna antara usia (OR = 3,5 95% CI 1,361-8,890), jenis kelamin (OR = 5,1 95% CI 1,655-15,570), indeks glikemik (OR = 2,587 95% CI 1,089-6,141), dan lingkar pinggang terhadap kejadian kadar gula darah. Modifikasi gaya hidup dianjurkan seperti rutin melakukan olahraga dan konsumsi makanan sesuai dengan pedoman gizi seimbang. Selain itu, konsumsi makanan dan minuman dengan IG rendah dan sedang, monitoring berat badan dan lingkar pinggang, serta pemeriksaan gula darah secara rutin sangat dianjurkan untuk mencegah peningkatan kadar gula darah. ......Blood sugar levels are not normal become important health problem, not least in patients with hypertension leading to serious complications of the disease such as diabetes. This study aims to determine the factors associated with blood sugar levels in patients with hypertension. This research was conducted at the health center Bojonggede, Bogor, West Java using cross sectional study design and purposive sampling method with a total sample of 105 people consisting of men and women aged 30-65 years including age group adults and elderly. The results showed that 30.2% of respondents have high blood sugar levels. There is a significant relationship between age (OR = 3.5 95% CI 1.361 to 8.890), gender (OR = 5.1 95% CI 1.655 to 15.570), the glycemic index (OR = 2.587 95% CI 1.089 to 6.141), and waist circumference on the incidence of blood sugar levels. Lifestyle modification is recommended such as exercise frequently and food consumption suitable with the guidelines of balanced nutrition. In addition, the consumption of foods and beverages with low and medium GI, monitoring body weight and waist circumference, and blood sugar tests are routinely highly recommended to prevent an increase in blood sugar levels.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S58929
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tamara Ey Firsty
Abstrak :
ABSTRAK
Pendahuluan: Hiperglikemia adalah kondisi dimana nilai GDP >126 mg/dL atau GDPP >200 mg/dL, dan merupakan kriteria penegakan diagnosis diabetes mellitus tipe 2 T2DM dan sindroma metabolik. Konsumsi makanan tinggi fruktosa dan kolesterol berperan dalam patofisiologi hiperglikemia. Ekstrak Acalypha indica Linn. memiliki efek hipoglikemik untuk membantu menurunkan gula darah. Metode: Sebanyak 29 ekor tikus Sprague-Dawley dibagi dalam lima kelompok. Empat kelompok diberi diit tinggi fruktosa dan kolesterol DTFK selama 1,5 bulan. Pada bulan selanjutnya pemberian diit disertai dengan pemberian ekstrak etanol akar Acalypha indica Linn. sebanyak 250 mg/kgBB/hari, metformin 100mg/kgBB/hari, atau kombinasi keduanya. Gula darah tikus dinilai sebelum dan sesudah periode terapi. Hasil: Tidak ditemukan perbedaan kadar glukosa darah sebelum dan setelah perlakuan pada kelompok yang diterapi AI p=0,831 , metformin p=0,056 , maupun kombinasi p=0,908 . Tidak ditemukan perbedaan berat badan, berat hepar, ataupun berat pankreas yang signifikan p=0,386; p=0,395; dan p=0,319 . Perbedaan yang signifikan tampak antara jenis terapi dengan berat lemak peritoneal p=0,031 . Kadar glukosa terendah ditemui pada kelompok yang mendapat terapi kombinasi. Analisis: Ekstrak etanol akar Acalypha indica Linn., meskipun tidak signifikan, tampak menurunkan kadar glukosa darah pada tikus. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan periode induksi dan terapi yang lebih lama untuk lebih memahami efek hipoglikemik AI.
ABSTRACT
Introduction Hyperglycemia is defined as condition where FBG 126mg dL or PPBG 200 mg dL, and is one of diagnosis criteria for type 2 diabetes mellitus T2DM and metabolic syndrome. Diet high in fructose and cholesterol plays a role in inducing hyperglycemia. Extract from Acalypha indica Linn. is proposed to have hypoglycemic effect, thus help reduce blood glucose. Methods Twenty nine Sprague Dawley rats were divided into five groups. Four groups were given high fructose high cholesterol diet for 1,5 month. In the following month, this diet was continued while rats were given either 250 mg kgBW day of ethanol extract of Acalypha indica Linn. root, 100 mg kgBW day of metformin, or both. Rats rsquo blood glucose before and after therapy were measured. Result There is no significant difference between pre therapy and post therapy blood glucose in groups treated with AI p 0,831 , metformin p 0,056 , or both p 0,908 . There is no significant difference in body weight, liver weight, nor pancreas weight p 0,386 p 0,395 and p 0,319 . Statistically significant differences are found between therapy given and peritoneal fat weight p 0,031 . Lowest glucose value is found in group receiving both AI and metformin. Analysis Ethanol extract of Acalypha indica Linn., albeit insignificant, is seen to lower blood glucose in rats. Further research with longer induction and therapy periods is needed to better understand AI rsquo s hypoglycemic effect.
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riswandi
Abstrak :
Latar Belakang: Pelumpuh otot merupakan obat anestesia yang sering digunakan dalam praktik anestesia umum sehari-hari. Atrakurium, yang merupakan golongan pelumpuh otot benzilisoquinolium, dapat meningkatkan kadar histamin dalam darah dibandingkan obat pelumpuh otot lainnya. Peningkatan kadar histamin dapat menghambat Glucose Induce Insulin Secretion (GIIS) yang dapat meningkatkan kadar glukosa darah. Hiperglikemia perioperatif dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas baik pada pasien diabetik maupun nondiabetik. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan perubahan kadar gula darah setelah pemberian atrakurium dengan rokuronium. Metode: Penelitian ini menggunakan metode uji klinis prospektif acak tersamar ganda pada 80 pasien yang menjalani operasi dengan pembiusan umum. Pasien dibagi menjadi dua kelompok yaitu rokuronium dan atrakarium. Protokol anestesia sama pada kedua kelompok, kecuali pada penggunaan pelumpuh otot. Kadar gula darah dan hemodinamik inisial, 5 menit, 15 menit dan 30 menit setelah pemberian pelumpuh otot dicatat dan diukur. Hasil yang didapat dianalisis secara statistik menggunakan uji t tidak berpasangan. Hasil: Kedua kelompok menunjukkan adanya penurunan yang signifikan pada rerata kadar gula darah dari waktu ke waktu. Tetapi, perubahan rerata kadar gula darah pada kelompok rokuronium dibandingkan dengan atrakurium di tiap waktu pengukuran menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan (nilai P secara berurutan adalah 0,649, 0,473 dan 0,931). Untuk perbandingan perubahan denyut jantung dan MAP pada kedua kelompok juga menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan. Simpulan: Baik rokuronium maupun atrakurium dapat mempengaruhi perubahan kadar gula darah pada pasien nondiabetik, tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan diantara keduanya
Background: Muscle relaxant drugs are often used in daily general anesthesia practices. Atracurium, a class of benzilisoquinolium muscle relaxant, can increase the level of histamine in the blood than other muscle relaxant drugs. This increment inhibits Glucose Induce Insulin Secretion (GIIS) which can increase blood glucose levels. Perioperative hyperglycemia can increase morbidity and mortality in both diabetic and nondiabetic patients. This study aims to compare blood sugar levels change after the administration of atracurium and rocuronium. Method: This is a double blind randomized prospective clinical trial on 80 patients who underwent general anesthesia. Patients were divided into two groups: rocuronium and atracurium. The anesthesia protocol was the same in both groups, except for the use of muscle relaxants. Initial blood sugar and hemodynamic levels were recorded and measured on the 5th minutes, 15th minutes and 30th minutes after the administration of muscle relaxants. The results obtained were then analyzed statistically using unpaired t test. Results: Both groups showed a significant decrease in blood sugar levels over time. However, the mean change in blood sugar levels in the rocuronium group compared to atracurium at each measurement time showed no significant differences (P values ​​in sequence were 0.649, 0.473 and 0.931). For comparation, changes in heart rate and MAP in both groups also showed no significant differences. Conclusion: Both rocuronium and atracurium can decrease blood sugar levels in nondiabetic patients, with no significant differences among the two.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Monica Paotiana
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian mengenai hubungan inulin dan fruktooligosakarida FOS terhadap kadar gula darah masih terbatas dan hasilnya kontradiktif. Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang untuk menilai hubungan antara asupan serat total, inulin, dan FOS dengan kadar Hemoglobin A1cpada wanita Suku Minangkabau dan Sunda. Dilakukan penilaian asupan terhadap 298 wanita menggunakan semi quantitative food frequency questionnaire. Analisis data menggunakan uji regresi linier ganda. Median serat, inulin, dan FOS lebih tinggibermakna pada wanita Sunda dibandingkan Minangkabau.Median kadar HbA1ctidak berbeda bermakna antara kedua suku. Setelah dilakukan penyesuaian terhadap faktor pengganggu, asupan serat ?=-0,011, p=0,211 , inulin ?=-0,019, p=0,733 , dan FOS ?=-0,092, p=0,357 tidak berhubungan dengan kadar HbA1cpada wanita Suku Minangkabau dan wanita Sunda.
ABSTRACT
Inulin and Fructooligosaccharide FOS are recently known to have effect on lowering blood glucose, but this finding was still multivocal. A cross sectional study was conducted to assess the relationship between dietary fiber, inulin, and FOS intake with hemoglobin A1c HbA1c level in Minangkabau and Sundanese women. A total of 298 women were selected. Fiber, inulin and FOS intake was assessed using semi quantitative food frequency questionaire. Data was analyzed using multiple linear regression. Median of dietary fiber, inulin, and FOS are signfificantly higher in Sundanese than in Minangkabau women. Median of HbA1c level was not stastically different between two ethnics. After adjustment with potential confouders, there was no relationship between total dietary fiber 0,011, p 0,211 , inulin 0,019, p 0,733 , dan FOS 0,092, p 0,357 intake with HbA1c level in Minangkabau and Sundanese women.
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rara Maasnika Adham
Abstrak :
Preeklamsia merupakan penyebab tersering kematian ibu dan janin di dunia, terutama pada negara berkembang. Di Indonesia, preeklamsia berat dan eklamsia menjadi penyebab 1,5-25% kematian pada masa kehamilan dan 50% penyebab kematian janin. Penelitian di RSUP Palembang, menunjukkan 70% pesalinan dini akibat preeklamsia terjadi pada usia kehamilan 32-36 minggu. Kadar vitamin D serum ibu dikaitkan dengan penyebab terjadinya preeklamsia, namun belum ada penelitian yang mengukur kadar vitamin D pada plasenta. Kadar vitamin D pada preeklamsia juga berkaitan dengan keadaan resistensi insulin. Penelitian ini bertujuan untuk mencari korelasi antara kadar vitamin D dan glukosa pada plasenta yang mengalami yang mengalami preeklamsia pada usia kehamilan 32-36 minggu. Desain penelitian ini adalah potong lintang. Sampel merupakan jaringan plasenta tersimpan di Laboratorium Biokimia FKUI. Jaringan plasenta diambil dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Data vitamin D dan glukosa dianalisis korelasinya dengan Pearson. Kadar vitamin D pada plasenta preeklamsia adalah 0,0069 ± 0,00232 ng/mg protein dan kadar glukosa pada plasenta preeklamsia adalah 0,0000025 ± 0,000002 ng/mg protein. Dari hasil ini dilakukan uji korelasi Pearson dengan hasil r = -0,688 dan p = 0,065. Korelasi antara konsentrasi vitamin D dan glukosa cenderung negatif kuat pada plasenta yang mengalami preeklamsia pada usia kehamilan 32-36 minggu.
Preeclampsia is the most common cause of maternal and fetal death in the world, especially in developing countries. In Indonesia, severe preeclampsia and eclampsia cause 1.5-25% of deaths during pregnancy and 50% of fetal death. Research at the Palembang General Hospital showed that 70% of early delivery due to preeclampsia occurred at 32-36 weeks' gestation. Studies have measured assosiation between maternal serum vitamin D and preeclapmsia but not vitamin D levels in the placenta. Vitamin D levels in preeclampsia are associated with insulin resistance. This study aimed to find a correlation between vitamin D and glucose levels in the placenta who experienced preeclampsia at 32-36 weeks gestation. The design of this study is cross sectional. Samples are placental tissue stored in the FKUI Biochemistry Laboratory. Placental tissue was taken from Cipto Mangunkusumo Hospital. Data on vitamin D and glucose were analyzed for correlation with Pearson. Vitamin D and glucose levels in preeclampsia placenta are 0.0069 ± 0.00232 ng/mg protein and 0.0000025 ± 0.000002 ng/mg protein. Pearson correlation test was carried out with the results r=-0.668 and p=0.065. The correlation between vitamin D and glucose concentrations tends to be strongly negative in the placenta who has preeclampsia at 32-36 weeks gestation.
Depok: Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alda Zerlina Amelia
Abstrak :

Vitamin D memiliki peran dalam implantasi plasenta dan meningkatkan sensitivitas insulin di sel target.  Pada plasenta, VDR ditemukan di vili trofoblas, desidua, otot polos sel pembuluh darah plasenta, dan nukleus sel stroma vili plasenta. Melalui peningkatan sensitivitas insulin, vitamin D dapat memengaruhi kadar glukosa di jaringan plasenta. Insulin akan menstimulasi GLUT4 pada plasenta untuk pengambilan glukosa ke dalam sel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar vitamin D dan kadar glukosa dalam jaringan plasenta. Penelitian ini merupakan studi awal dengan desain potong lintang dengan sampel berupa 10 jaringan plasenta kehamilan normal. Setiap sampel diukur kadar vitamin D dan kadar glukosanya lalu dilakukan uji korelasi. Kadar vitamin D diukur dengan metode ELISA sedangkan kadar glukosa diukur dengan metode spektofotometri. Uji korelasi dilakukan dengan uji Pearson menggunakan SPSS versi 20. Hasil uji korelasi kadar vitamin D dan kadar glukosa menunjukkan kecenderungan korelasi positif lemah menuju sedang dengan korelasi Pearson r=0,397. Namun, hasil uji memberikan p=0,128 sehingga secara statistika tidak bermakna. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya dengan besar sampel minimal, yaitu 48 sampel. 


Vitamin D has a role in placental implantation and increases insulin sensitivity in target cells. In the placenta, VDR is found in trophoblast villi, decidua, smooth muscle cells of the placental vessels, and nuclei of placental villous stromal cells. Through increased insulin sensitivity, vitamin D can affect glucose levels in placental tissue. Insulin stimulates GLUT4 on the placenta for glucose intake. This study aimed to determine the relationship of vitamin D levels and glucose levels in placental tissue. This study was a preliminary study with a cross-sectional design with a sample of 10 normal pregnancy placental tissues. Vitamin D levels were measured by the ELISA method while glucose levels were measured by spectrophotometric methods. Then performed a correlation test. Correlation test was carried out by Pearson test using SPSS version 20. The results of the correlation test of vitamin D levels and glucose levels showed a weak-to-moderate positive correlation with Pearson correlation r=0.397. However, the test results give p=0.128 that means statistically it’s not significant. The results of this study can be used as a reference for further research with a minimum sample size, which is 48 samples. 

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library