Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
Tujuan Menganalisis ekspresi MnSOD pada sel glioma manusia yang dibandingkan dengan sel lekosit sebagai kontrol sel normal, sehingga dapat mengetahui peran MnSOD sebagai antioksidan endogen yang diduga sebagai supresor tumor. Metode Ekspresi MnSOD dianalisis dengan mengukur mRNA MnSOD secara kuantitatif dan aktivitas spesifik enzim MnSOD. Ekspresi MnSOD dideteksi pada 20 pasien glioma dengan menggunakan Real Time RT-PCR untuk mRNA MnSOD dan pemeriksaan biokimia untuk mengukur aktivitas spesifik enzim MnSOD (kit RanSOD). MnSOD pada lekosit digunakan sebagai kontrol. Analisis statistik yang digunakan yaitu uji Kruskal Wallis. Hasil Kadar relatif mRNA MnSOD sel glioma 0,015?0,627 kali lebih rendah dibandingkan dengan sel lekosit sebagai kontrol pada 70 % distribusi sampel, 10 % distribusi sampel menunjukkan nilai 1,002?1,059 serta 20 % distribusi sampel menunjukkan kadar relatif mRNA MnSOD 1,409?6,915 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Begitu pula dengan kadar relatif aktivitas spesifik enzim MnSOD pada sel glioma 0,064?0,506 kali lebih rendah dibandingkan kontrol pada 80 % distribusi sampel serta 20 % distribusi sampel menunjukkan nilai 1,249?2,718 kali lebih tinggi. Kesimpulan Ekspresi gen MnSOD baik mRNA maupun aktivitas spesifik enzim MnSOD pada sebagian besar sampel sel glioma manusia lebih rendah secara signifikan dibandingkan dengan sel lekosit.
Abstract
Aim This study analyze the MnSOD gene expression as endogenous antioxidant in human glioma cells compared with leucocyte cells as control. Methods MnSOD gene expression of 20 glioma patients was analyzed by measuring the relative expression of mRNA and enzyme activity of MnSOD in brain and leucocyte cells. The relative expression of mRNA MnSOD was determined by using quantitative Real Time RT-PCR and the enzyme activity of MnSOD using biochemical kit assay (xantine oxidase inhibition). Statistic analysis for mRNA and enzyme activity of MnSOD was performed using Kruskal Wallis test. Results mRNA of MnSOD in glioma cells of 70 % sample was 0.015?0.627 lower, 10 % was 1.002-1.059 and 20 % was 1.409-6.915 higher than in leucocyte cells. Also the specific activity of MnSOD enzyme in glioma cells of 80 % sample showed 0,064-0,506 lower and 20 % sample was 1.249-2.718 higher than in leucocyte cells. Conclusion MnSOD gene expression in human glioma cells are significantly lower than its expression in leucocytes cells.
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2010
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Harrison Handoko
Abstrak :

Glioma adalah tumor yang bermula dari tulang belakang atau otak yang berasal dari sel glial, dan merupakan salah satu keganasan yang sering ditemukan di Indonesia. TGF-I²1 mempunyai peran yang penting dalam mengontrol homeostasis jaringan dan peranjakan keganasan kanker, oleh sebab itu TGF-I²1 mempunyai potensi untuk menjadi biomarker untuk membedakan antar glioma keganasan tinggi dan rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis ekspresi relatif TGF-I²1 glioma tingkat tinggi dan rendah, untuk melihat potensi menjadi biomarker. Dalam eksperimen terdapat 28 sampel yang digunakan dalam studi ini,16 jaringan dengan keganasan rendah, 10 dengan keganasan tinggi dan 2 jaringan otak normal yang didapat dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Indonesia. Jaringan telah digolongkan berdasarkan klasifikasi yang diberikan oleh World Health Organization, derajat 1 dan 2 sebagai keganasan rendah dan derajat 3 dan 4 sebagai derajat tinggi. Ekspresi relatif dari TGF-I²1 dianalisa menggunakan Real-Time RT PCR dengan 18sRNA sebagai houskeeping gene. Dari hasil terlihat bahwa adanya penurunan ekspresi relatif TGF-I²1 di glioma keganasan tinggi saat dibandingkan dengan ekspresi di glioma keganasan rendah. Tetapi setelah dianalisis secara statistik, hasil penemuan ini tidak signifikan. Kegunaan dari TGF-I²1 sebagai biomarker belum terbukti, maka dari itu studi lebih lanjut harus dilakukan untuk menjelaskan fungsi dari TGF-I²1 sebagai biomarker untuk glioma.


......Glioma is a term used to describe tumors which originate from the spinal cord or brain, specifically the glial cells. This type of tumor is one of the most commonly found brain malignancies in Indonesia. TGFI²1 has a key role in the maintenance of tissue homeostasis and progression of cancer, due to this fact TGF-I²1 has the potential as a tissue biomarker to differentiate low grade and high grade gliomas. The goal of this study is to analyze the relative expression of TGF-²1 in both high grade and low grade glioma to explore its potential as a biomarker. In the experiment there was a total of 28 samples, 16 low grade glioma, 10 high grade glioma and 2 normal brain tissue obtained from Cipto Mangunkusumo Hospital, Indonesia. The sample was categorized to low grade and high grade glioma based on the guideline given by the World Health Organization. Grades 1 and 2 are considered to be low grade gliomas and grades 3 and 4 are considered to be high grade gliomas. The relative expression of TGF-I²1was measured through Real-Time RT-PCR with 18sRNA as a housekeeping gene. It was seen that there was a decrease in the expression of TGF-I²1 in high grade glioma as to low grade glioma. However, when the result was analyzed it is proven to be statistically insignificant.The role of TGF-I²1 as a definitive biomarker for glioma grading is yet to be proven, therefore further research must be conducted to elaborate the role of the gene as a glioma biomarker.

Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Latar belakang: Untuk menganalisis hubungan antara stres oksidatif pada sel glioma manusia dengan derajat keganasan, sehingga dapat mengeksplorasi peranan stress oksidatif sebagai petanda tumor dalam menentukan progresi tumor. Metode: Sampel terdiri dari 21 jaringan tumor dan 5 jaringan otak normal dari penderita glioma. Stres oksidatif dianalisis melalui pengukuran Malondyaldehida (MDA) yang menggambarkan kerusakan lipid dan kadar karbonil untuk kerusakan protein, serta 8-hydroxy-2?-deoxyguanosine/ 8-OHdG untuk kerusakan DNA. Selain itu, dilakukan analisis terhadap ekspresi Manganese Superoxide Dismutase (MnSOD) sebagai enzim antioksidan utama yang berperan dalam stres oksidatif. Ekspresi MnSOD dianalisis melalui pengukuran mRNA MnSOD menggunakan Real Time PCR dan aktivitas spesifik enzim MnSOD menggunakan inhibisi xantin oksidase (kit RanSOD). Derajat keganasan ditentukan berdasarkan pemeriksaan histopatologis. Analisis statistik dengan menggunakan t-test dan uji korelasi Pearson. Hasil: Kadar MDA, karbonil dan 8-OHdG sebagai parameter stres oksidatif pada glioma lebih tinggi bermakna dibandingkan dengan otak normal. Kadar MDA dan karbonil ini meningkat sesuai dengan derajat keganasan. Ekspresi relatif mRNA MnSOD dan aktivitas spesisifik enzim MnSOD pada glioma lebih tinggi bermakna dibandingkan dengan otak normal. Ekspresi relatif mRNA MnSOD tersebut meningkat bermakna sesuai dengan derajat keganasan. Namun, aktivitas spesifik enzim MnSOD pada glioma derajat tinggi lebih rendah bermakna dibandingkan glioma derajat rendah, dengan demikian terdapat ketidak sesuaian antara sintesis mRNA MnSOD dengan aktivitas spesifiknya. Terdapat korelasi positif antara mRNA MnSOD dengan kadar MDA. Kesimpulan: Kerusakan oksidatif yang terjadi pada sel glioma berhubungan bermakna dengan derajat keganasan. Tingginya mRNA dan aktivitas spesifik MnSOD pada sel glioma berhubungan dengan tingginya kerusakan oksidatif.
Abstract
The goal of this study was to analyze the correlation of oxidative stress in human glioma cells with tumor grade in order to explore the role of oxidative stress as a marker in determining the tumor progression. Methods: Samples were 21 brain tumors and 5 normal brain tissues from glioma patients. Oxidative stress was analyzed by measuring malondialdehyde (MDA), carbonyl and 8-hydroxy-2?-deoxyguanosine (8-OhdG). Additionaly, we analyzed MnSOD expression by measuring the MnSOD mRNA using real time RT-PCR and MnSOD enzyme activity using RanSOD kit. Tumor grade was determined by histopathologic examination. Data was statistically analyzed using t-test and Pearson correlation. Results: Levels of MDA, carbonyl and 8-OHdG reflecting oxidative stress in glioma cells were significantly higher than in normal brain tissue. The MDA and carbonyl levels were significantly correlated with tumor grade. Relative expression of MnSOD mRNA and specific enzyme activity in glioma cells were significantly higher than in normal brain cells. The relative expression of MnSOD mRNA increased significantly in accordance with the tumor grade. Surprisingly, MnSOD specific activity was significantly lower in high grade than in low grade glioma indicating a discrepancy between mRNA synthesis and its enzyme specific activity. Furthermore, there was a positive correlation between MnSOD mRNA and MDA levels. Conclusion: The high level of oxidative damage in human glioma cells was significantly correlated with tumor grade. The high level of MnSOD expression in human glioma cells was correlated with the high level of oxidative damage.
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2012
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hesty Lidya Ningsih
Abstrak :
Latar Belakang: Enzim O6-methylguanine-DNA methyltransferase MGMT merupakan suatu DNA-repair enzyme yang dapat menghambat proses kematian sel tumor akibat proses alkilasi oleh zat alkilasi termasuk zat kemoterapi. Enzim ini berhubungan dengan mekanisme pertahanan tumor terhadap zat kemoterapi. Eskpresi dari enzim MGMT ini ditemukan tinggi pada pada berbagai tumor termasuk glioma. Metilasi promoter MGMT mengakibatkan gen dalam sel tumor berhenti menghasilkan MGMT. Adanya metilasi dari promoter MGMT dihubungkan dengan respon yang lebih baik terhadap zat alkilasi termasuk kemoterapi. Status metilasi dari promoter MGMT pada pasien glioma dapat digunakan untuk memperkirakan efektifitas kemoterapi dengan zat alkilasi. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil enzim O6-methylguanine-DNA methyltransferase MGMT pada pasien glioma derajat tinggi dan glioma derajat rendah dan karakteristik pasien glioma di Departemen Bedah Saraf RS Cipto Mangunkusumo Jakarta. Metode: Peneliti mengumpulkan data profil MGMT yang diperiksa menggunakan methylation-specific polymerase chain reaction pada pasien glioma derajat tinggi dan glioma derajat rendah yang menjalani pembedahan di Departemen Bedah Saraf Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta dalam periode 1 tahun. Data berupa usia, jenis kelamin, Karnofsky Performance Scale KPS, and derajat serta jenis histopatologi tumor dikumpulkan. Hasil: Dalam periode 1 tahun terdapat 17 pasien dengan hasil histopatologi glioma derajat tinggi dan derajat rendah yang masuk kriteria inklusi. Promoter MGMT termetilasi ditemukan pada 11 pasien 64,7 dan tidak termetilasi pada 6 pasien 35,3. Promoter MGMT termetilasi methylated MGMT lebih banyak didapatkan pada pasien berusia ge; 40 tahun dibandingkan pasien yang berusia < 40 tahun 85,7 vs 50 dan pada pasien laki-laki dibandingkan perempuan 77,7 vs 50. Sedangkan berdasarkan KPS, promoter MGMT termetilasi ditemukan lebih banyak pada pasien dengan KPS > 70 dibandingkan dengan KPS le; 70 70 vs 57,1. Berdasarkan derajat keganasan, promoter MGMT termetilasi ditemukan lebih banyak ditemukan pada glioma derajat rendah WHO grade II dibandingkan pada glioma derajat tinggi WHO grade III dan IV 85,7 vs 50. Pada glioma derajat tinggi, promoter MGMT termetilasi ditemukan lebih banyak pada astrositoma/oligoastrositoma anaplastik WHO grade III dibandingkan glioblastoma WHO grade IV 66,6 vs 42,8. Pada glioma derajat rendah, promoter MGMT termetilasi ditemukan lebih banyak pada oligoastrositoma dibandingkan astrositoma difus 100 vs 75. Kesimpulan: Promoter MGMT termetilasi lebih sedikit ditemukan pada derajat tumor yang lebih tinggi WHO grade IV, KPS yang rendah, usia lebih muda saat diagnosis dan pasien wanita, meskipun perbedaannya belum dibuktikan signifikan secara statistik. Promoter MGMT termetilasi ditemukan lebih banyak pada tumor dengan komponen oligodendroglioma. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar untuk menentukan apakah metilasi promoter MGMT memiliki hubungan yang signifikan dengan faktor-faktor tersebut. ...... Background: O6 methylguanine DNA methyltransferase MGMT is a DNA repair enzyme that correlates with resistance mechanism of tumors to chemotherapy. MGMT inhibits the killing process of tumor cells by alkylating agents including chemotherapy MGMT expression has been noted higher in several tumors including glioma.. Methylation of MGMT promoter inhibits the cells to produce MGMT. Methylation status of the MGMT promoter in gliomas is useful to predict the effectiveness of chemotherapy with alkylating agents. Objective: The purpose of this study was to evaluate profile of MGMT enzyme and characteristic of low grade and high grade glioma patients in Neurosurgery Department of Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta. Methods: We evaluated data of MGMT promoter methylation status from methylation specific polymerase chain reaction result in low grade and high glioma patients who underwent surgical resection in Department of Neurosurgery, Cipto Mangunkusomo Hospital Jakarta. Demographic characteristic and clinical data of glioma patiens including age, sex, Karnofsky Performance Scale KPS, and grading of tumor were collected. Results: In one year period, there are 17 patients with pathological finding of low grade and high grade gliomas met criteria of inclusion. Methylated MGMT promoter was found in 11 patients 64.7 and unmethylated in 6 patients 35.3. MGMT promoter methylation was observed more often in patients diagnosed in age more than 40 years old than in patient less than 40 years old 85,7 vs 50, and men than women 77,7 vs 50. In patients with KPS more than 70 and KPS 70 or less, methylation of MGMT promoter was observed in 70 and 57,1, respectively. Base on tumors grading, MGMT promoter methylation was observed more often in low grade gliomas WHO grade II than high grade gliomas WHO grade II and IV 85,7 vs 50. In high grade glioma, methylation was observed more often in grade III tumors anaplastic astrocytomas oligoastrocytomas than grade IV tumors glioblastomas 66,6 vs 42,8. In low grade gliomas, methylation was observed more in oligoastrocytomas than difus astrocytomas 100 vs 75. Conclusions. MGMT promoter methylation was observed less in higher grade of tumors grade IV, lower KPS, younger age at time of diagnosis and female patients, although the differences were not statistically significant. MGMT promoter methylation was observed more often in gliomas with oligodendroglioma component. Further and larger scale of research is needed to determine whether MGMT promoter methylation significantly correlates with these factors.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Ramasha Amangku
Abstrak :
HIF-2α adalah mediator yang penting dalam reaksi hipoksia di situasi keganasan dan tingginya tingkat ekspresi HIF-2α berkorelasi dengan konsep metastasis, resistensi terapi dan penurunan kualitas prognosis dalam berbagai bentuk pertumbuhan kanker. Karena kemampuan sel glioma otak yang sangat infiltratif, glioma tidak dapat sepenuhnya dihilangkan dengan pembedahan dimana tingkat kekambuhan juga tinggi. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi ekspresi relatif dari gen HIF-2α dihubungkan dengan keganasan glioma. Spesimen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 22 sampel yang diperoleh dari Departemen Bedah Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia- Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Ekspresi relatif HIF-2α dianalisis dengan menggunakan quantitative RT-PCR. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan ekspresi relatif HIF-2α pada glioma derajat tinggi dibandingkan dengan glioma derajat rendah, namun tidak bermakna secara statistik. Dengan demikian kemungkinan HIF-2α dapat digunakan sebagai penanda prognostik untuk pasien yang didiagnosis glioma, meskipun eksperimen tambahan perlu dilakukan untuk memperkuat fakta ini.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
This atlas is a detailed guide to the imaging appearances of gliomas following treatment with neurosurgery, radiation therapy, and chemotherapy. Normal and pathological findings are displayed in detailed MR images that illustrate the potential modifications due to treatment. Particular emphasis is placed on characteristic appearances on the newer functional MR imaging techniques, including MR spectroscopy, diffusion-weighted imaging, and perfusion imaging. These techniques are revolutionizing neuroradiology by going beyond the demonstration of macroscopic alterations to the depiction of preceding metabolic changes at the cellular and subcellular level, thereby allowing earlier and more specific diagnosis. A key section comprising some 40 clinical cases and more than 500 illustrations offers an invaluable clinical and research tool not only for neuroradiologists but also for neurosurgeons, radiotherapists, and medical oncologists.
Milan: Springer, 2012
e20426448
eBooks  Universitas Indonesia Library