Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
Kecamatan Kalideres dan Kecamatan Cengkareng merupakan dua Kecamatan yang memiliki jumlah balita gizi buruk dan keluarga miskin terbanyak di wilayah Jakarta Barat. Di dalam penelitian ini akan dilihat bagaimana perubahan status gizi balita di Kecamatan Kalideres dan Kecamatan Cengkareng pada tahun 1998 dan 2004, dan juga akan dilihat bagaimana kaitan pengaruh faktor Rasio Posyandu terhadap balita, jumlah keluarga miskin, indeks tingkat pendidikan kepala keluarga dan jumlah peserta KB, terhadap perubahan status gizi balita. Metodologi yang digunakan adalah korelasi peta dan analisa statistik dengan metode Korelasi Bivariate (Pearson Product Moment). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan status gizi balita sebagian besar mengalami peningkatan di bagian timur daerah penelitian dan penurunan status gizi balita terjadi di bagian barat dan utara daerah penelitian (wilayah Kecamatan Kalideres). Daerah yang tidak mengalami perubahan status gizi balita, terdapat di bagian barat dan selatan daerah penelitian. Faktor yang terkait dengan perubahan status gizi balita adalah perubahan jumlah peserta KB yang berkaitan dengan jumlah anak dan jarak kelahiran dalam suatu keluarga.
Universitas Indonesia, 2006
S33933
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Developing country malnutrition on its current scale-one thord of all children,causes lost of produvtivity....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Malnutrisi pada balita masih merupakan permasalahan di Indonesia termasuk di Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan indikator berat badan menurut tinggi badan, 2,6% balita mengalami malnutrisi akut berat. Pada beberapa dekade terakhir, telah terjadi pergeseran paradigma dalam penanganan balita malnutrisi, yang sebelumnya berbasis pendekatan fasilitas kesehatan bergeser menjadi pendekatan berbasis komunitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh program home care terhadap peningkatan status gizi balita malnutrisi pada anak usia 6-60 bulan. Penelitian menggunakan desain kuasi eksperimen dengan pretest dan posttest control group melalui tiga tahap pendampingan yaitu intensif, mandiri, dan penguatan dengan pendekatan asuhan keperawatan. Sampel adalah 56 balita malnutrisi akut di dua wilayah, yaitu 33 balita di Kota Yogyakarta (eksperimen) dan 23 balita di Kabupaten Sleman (kontrol) dengan teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Intervensi home care diberikan selama tiga 3 bulan (Januari sampai Maret 2013). Hasil penelitian menunjukkan setelah program home care, terjadi peningkatan yang signifikan pada status gizi balita (p < 0,05). Pada akhir intervensi, terjadi penurunan kejadian malnutrisi akut berat dari 100% menjadi 56,7% (p < 0,05).

Children undernutrition is still an issue in Indonesia, including in the Special Region of Yogyakarta. Based on weight for height indicator, 2.6% children experience severe acute malnutrition. In the last few decades, there has been a paradigm shift in the management of acute malnutrition from a facility- based to community-centered approach. The purpose of this study was to analyze the effect of home care intervention on the improvement of nutritional status of severe acute malnutrition children aged 6-60 months. This study was designed with quasi-experimental and pretest-posttest control group design, conducted in three phases; intensive, strengthening and independent with nursing approach (January until March 2013). Samples were 56 children with severe and moderate acute malnutrition for both study sites, 33 children in Yogyakarta city (experiment) and 23 children in Sleman district (control), selected using purposive sampling. Home care intervention is given for three months (January until March 2014). Results findings show there were significant increase in nutritional status (p < 0.05) after home care intervention. At end line evaluation, the proportion of severe acute malnutrition in the experimental groups reduced significantly from 100% to 56,7% (p < 0.05).
Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK, 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Ayu Dewi Sartika
Abstrak :
Gizi merupakan faktor determinan utama yang berhubungan dengan kualitas sumber daya manusia. Anak-anak berusia kurang dari lima tahun adalah kelompok rentan untuk masalah gizi dan kesehatan. Tujuan penelitian ini mendapatkan faktor status gizi yang paling dominan anak usia dibawah lima tahun. Penelitian ini dilakukan terhadap sumber data sekunder data riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007. Penelitian ini menggunakan metode analisis multivariat untuk menilai berbagai faktor risiko yang berhubungan dengan status nutrisi. Mengunakan berat badan untuk umur, faktor risiko paling dominan adalah diare setelah dikontrol dengan sumber air minum, ketersediaan latrine, status sosioekonomi, ukuran keluarga , gender, pemanfaatan pelayanan kesehatan, penyakit saluran napas, pekerjaan ibu dan waktu pemberian air susu ibu sampai dua tahun. Menggunakan tinggi untuk tinggi badan faktor risiko dominan adalah ketersediaan latrines setelah dikendalikan oleh perilaku cuci tangan, status sosial ekonomi, sumber air minum, durasi pemberian ASI sampai dua tahun. Untuk mengatasi masalah gizi pada anak usia di bawah lima tahun dibutuhkan kebijakan yang terfokus memulihkan pertumbuhan dan status kesehatan anak usia di bawah lima tahun dengan korelasi antara program gizi dan program lain, seperti kesehatan lingkungan dan imunisasi. Selain itu, pemerintah harus mengatur peranan posyandu sebagai fasilitas yang membantu pemerintah untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat.
Nutrition is one of the major determinant factors related to human resources quality. Under-five years old children are susceptible to nutrition and health problems. The purpose of this study is to identify the most dominant factor of nutritional status of under five children using Riskesdas data in 2007. Multivariate analysis results showed that the risk factor which mostly associated with nutritional status using weight for age was a diarrheal illness after being controlled by the source of drinking water, latrine availability, socio-economic status, family size, gender, utilization of health services, respiratory diseases, maternal employment, and duration of breastfeeding up to 2 years. Using height for age was the availability of latrines after being controlled by hand-washing habits, socioe-conomic status, source of drinking water, duration of breastfeeding up to 2 years, diarrheal disease, family size and gender. Using weight for height was sex after being controlled by age, drinking water sources, distance and time to health services and respiratory disease. To overcome malnourished problem in children under five years old, it is needed to establish a policy focusing on the recovery of the growth and health status for under-five children with correlation between nutrition program and other programs, such as environmental health (clean and healthy life style) and immunization. Beside that, the government should arrange the role of the posyandu as a facility that help government to increase the health status of community.
Depok: Universitas Indonesia, 2010
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library