Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ahmad Yani
Abstrak :
Saat ini prospek geotermal Lahendong dioperasikan 80 MW terdiri dari Unit-1, 2, 3 dan 4 masing-masing 20 MW. Dengan management reservoir yang baik dan step wise development LHD-A adalah sumur eksplorasi yang ditargetkan ke sesar Lengkoan di dekat gunung Lengkoan, sebagaimana rekomendasi dari model konseptual awal dalam penyusunan well tergetting. Tujuan utama pengeboran sumur LHD-A adalah sebagai sumur deliniasi untuk konfirmasi batas reservoir di sebelah SW tepat di bawah gunung Lengkoan dan sebagai sumur make-up untuk buffer ketersediaan uap. Hasil pengeboran didapatkan bahwa LHD-A merupakan sumur Cyclic, low pressure dan tidak dapat masuk kesistem penyaluran uap dalam mensuplai kecukupan uap. Dilakukan update model konseptual dengan Analisa terintegrasi semua data yang ada dengan runutan kaidah kajian eksplorasi dan eksploitasi lapangan geotermal propek Lahendong. Update model konseptual dilakukan sebagai acuan dalam rencana pengelolaan dan pengembangan lapangan kedepan. Dalam studi juga dilakukan evaluasi permasalahan sumur LHD-A, direkomendasikan untuk dilakukan acidizing guna memperbaiki kondisi cyclic dan meningkatkan produktifitas sumur. Dilakukan juga kajian dan perhitungan pemanfaatan sumur low pressure LHD-A ini untuk pembangkitan small scale power plan dengan kapasitas 1 – 5 MW menggunakan berbagai scenario hasil perbaikan acidizing dan penentuan jenis teknologi power plan yang tepat untuk digunakan. Dengan dimanfaatkan secara baik sumur LHD-A maka akan meningkatkan keekonomian proyek terutama mengurangi dampak kerugian biaya pengeboran. Small scale Power plan juga dapat direkomendasikan untuk dikembangkan pada blok Utara prospek Lahendong dimana reservoir memiliki karakter low pressure. Usulan pengeboran di sebelah Timur prospek gunung Kasuratan dapat dilakukan setelah dilakukan kajian yang konfrehensif terkait dampak penyerapan yang cukup besar di daerah tersebut. ...... Currently, the Lahendong Geothermal Prospect is operating at 80 MW consisting of Units 1, 2, 3 and 4 each of 20 MW. With good reservoir management and step wise development LHD-A is an exploratory well targeted at the Lengkoan fault near Mount Lengkoan, as recommended by the initial conceptual model in preparing the well targeting. The main purpose of drilling the LHD-A well is as a delineation well to confirm the reservoir boundary in SW below Mount Lengkoan and as a make-up well to buffer steam availability. The drilling results show that LHD-A is a Cyclic well, low pressure and cannot enter the existing steam gathering system in supplying sufficient steam. Updating the conceptual model with an integrated analysis of all existing data with the sequence of study principles of Exploration and Exploitation of the Lahendong proyek geothermal field. Conceptual model updates are carried out as a reference in future field management and development plans. The study also evaluated the problem of the LHD-A well, it was recommended that it be acidized to improve cyclic conditions and increase well productivity. A study and calculation of the utilization of the LHD-A low pressure well was also carried out for generating a small-scale power plan with a capacity of 1 – 5 MW with various scenarios resulting from acidizing improvements and determining the right type of power plan technology to be used. By properly utilizing the LHD-A well, it will increase the economics of the proyek, especially reducing the impact of losses on drilling costs. A small-scale power plan can also be recommended for development in the North block of the Lahendong prospect where the reservoir has a low-pressure character. Proposals for drilling to the east of the G. Kasuratan prospect can be carried out after a comprehensive study has been carried out regarding the relatively large absorption impact in the area.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dizanissa Purnama Sari
Abstrak :
Lapangan geotermal X merupakan salah satu lapangan di Flores, Nusa Tenggara Timur yang memiliki potensi geotermal dan masih dalam tahap pengembangan. Pada Tahap eksplorasi, diperlukan pemahaman yang sangat baik terhadap sistem geotermal yang dapat digambarkan melalui model konseptua. Penelitian ini bertujuan untuk membangun sebuah model konseptual yang terintegrasi data geofisika, geologi, geokimia, dan data sumur. Hal ini digunakan untuk meminimalisir kegagalan dalam pemboran. Model konseptual merupakan informasi awal untuk menentukan lokasi pengeboran. Pemodelan dilakukan dengan menggunakan analisis inversi 3D magnetotellurik (MT) dan 2D gravitasi yang dikorelasikan dengan data sumur. Hasil geotermometer menunjukan temperatur reservoir berkisar 225-250ºC. Berdasarkan korelasi data tersebut dapat dilihat bahwa lapisan dibawah permukaan X dibagi menjadi 3 yaitu argilik, transisi, dan propilitik. Zona argilik diidentifikasikan sebagai clay cap dengan resistivitas ≤ 10 ohm-m dengan temperature 200ºC. Sedangkan zona transisi merupakan batas dari reservoir dan clay cap yang memiliki suhu sebesar 200-210ºC dan resistivitas 10-20 ohm-m. Zona propilitik merupakan zona reservoir yang kaya mineral illit dengan resistivitas 20-100 ohm-m dan temperature ≥ 210ºC. Luas area prospek lapangan geotermal X sebesar 3.4 km2 dengan potensi tertinggi di bagian utara daerah penelitian. Rekomendasi pengembangan yaitu 3 sumur produksi ke arah utara dan 2 sumur injeksi ke arah selatan. Disimpulkan bahwa model konseptual yang dihasilkan berkorelasi dengan baik dengan data sumur. ......The X Geothermal field is one of the fields in Flores, East Nusa Tenggara that has geothermal potential and is still under development. At the exploration stage, understanding the geothermal system is important can be described through a conceptual model. This study aims to build an integrated conceptual model with geophysical, geological, geochemical, and well data. It is used to minimize failures in drilling. This is used to minimize failure in drilling. The geothermal conceptual model is the initial information for determining the drilling location. Modeling was carried out using inverse 3D magnetotelluric (MT) and 2D gravity analysis which was correlated with well data. The results of the geothermometer show that the reservoir temperature ranges from 225-250ºC. Based on the data correlation, it can be seen that the subsurface layer X is divided into 3 namely argillic, transitional, and propylitic. The argillic zone is identified as a clay cap with a resistivity of ≤ 10 ohm-m at a temperature of 200ºC. While the transition zone is the boundary of the reservoir and clay cap which has a temperature of 200-210ºC and a resistivity of 10-20 ohm-m. The prophylactic zone is a reservoir zone rich in illite minerals with a resistivity of 20-100 ohm-m and a temperature of ≥ 210ºC. The prospect area for the X geotermal field is 3.4 km2 with the highest potential in the northern part of the study area. Development recommendations are 3 production wells to the north and 2 injection wells to the south. It was concluded that the resulting conceptual model correlated well with the well data.
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noval Suryadi
Abstrak :

Dalam rangka upaya memenuhi target  bauran energi baru terbarukan terkait kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTP) pada tahun 2025 sebesar 7.200 MW, dengan potensi sumber daya panas bumi sebesar 23.060 MW baru sebesar 2.360 MW yang dimanfaatkan menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). Pada Wilayah Kerja Panas Bumi “XYZ” terdapat potensi cadangan panas bumi 464 MW, namun baru dimanfaatkan menjadi Pembangkit Listrik Panas Bumi sebesar 55 MW (12%). Untuk meningkatkan kapasitas pembangkit pada Wilayah Kerja Panas Bumi “XYZ” yang telah beroperasi dapat menurunkan tingkat risiko sumber daya panas bumi, menekan biaya investasi awal dan mengurangi waktu pembangunan pembangkit karena proses pengembangan panas bumi tidak dimulai dari tahap awal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi dan menganalisis  dalam investasi pengembangan kapasitas pembangkit listrik panas bumi menggunakan Simulasi Monte Carlo dalam pengambilan keputusan, dengan memperhitungkan variabel-variabel ketidakpastian seperti faktor kapasitas, tingkat suku bunga, inflasi, pajak, proporsi pembiayaan ekuitas, dan jangka waktu pembangunan. Hasil analisis  menunjukkan bahwa skema investasi pengembangan kapasitas pembangkit dengan cara memaksimalkan cadangan panas bumi menghasilkan  peningkatan probabilitas Net Present Value bernilai positive. ......In order to meet the renewable energy mix target related to the installed capacity of Geothermal Power Plants (PLTP) in 2025 of 7,200 MW, with the potential of geothermal resources of 23,060 MW, only 2,360 MW has been utilised as a Geothermal Power Plant. In the Geothermal Working Area "XYZ" there are potential geothermal reserves of 464 MW, but only 55 MW (12%) has been utilised as a Geothermal Power Plant. To increase the generating capacity in the "XYZ" Geothermal Working Area that has been operating can reduce the risk level of geothermal resources, reduce initial investment costs and reduce plant construction time because the geothermal development process does not start from the initial stage. The purpose of this study is to evaluate and analyse the investment in geothermal power plant capacity development using Monte Carlo Simulation in decision making, by taking into account uncertain variables such as capacity factor, interest rate, inflation, tax, proportion of equity financing, and construction period. The results of the analysis show that the investment scheme for developing generating capacity by maximising geothermal reserves results in an increase in the probability of a positive Net Present Value.

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elgar Dimaspria Widodo
Abstrak :
Geokimia dalam eksplorasi geotermal memiliki peran yang sangat penting, termasuk memprediksi suhu reservoir sebagai penilaian potensi suatu lapangan geotermal. Daerah Penelitian merupakan salah satu lapangan geotermal di Indonesia yang berada dalam perbatasan dua sistem geotermal, dimana penelitian lebih lanjut akan dilakukan di bagian selatan lapangan yang memiliki sistem dominasi air dan daerah yang kurang tereksploitasi. Metode yang umum digunakan untuk menentukan suhu adalah geotermometer, dimana perkiraan suhu didasarkan pada ketergantungan kesetimbangan kimia yang telah didefinisikan persamaan kesetimbangannya untuk suhu itu sendiri. Pada kenyataannya reaksi kimia antara fluida dan mineral batuan dari reservoir ke permukaan mengalami beberapa gangguan yang harus dianalisa lebih mendalam. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui estimasi kesetimbangan kimia antara batuan dan fluida yang terjadi di reservoir geotermal sebelum terjadinya proses cooling, boiling, dan mixing. Estimasi ini dilakukan dengan metode CO2 Discharge Method yang membentuk asam karbonat di reservoir, yang muncul di permukaan dan digunakan sebagai perhitungan pH aktual di reservoir. Nilai pH dihitung dari koefisien aktivitas ion hidrogen yang sangat bergantung pada suhu. Dalam reaksi kesetimbangan fluida-batuan, terjadi proses hidrolisis mineral hidrotermal dimana energi bebasnya dapat dihitung menggunakan hukum termodinamika Gibbs dan menghasilkan perbandingan ion Na+ dan K+ dengan ion hidrogennya. Hasilnya pH fluida reservoir adalah cukup basa pada 290 °C, dan rasio Na+ dan K+ sangat tidak sensitif terhadap perubahan suhu. Model plotting data menunjukkan tiga kelompok mineral hidrotermal yaitu kelompok Kaolinit, kelompok K-Mica/K-Feldspar, dan kelompok Albit/Kuarsa, dengan kestabilan aktivitas ion yang tinggi. Hal ini menunjukkan perhitungan geotermometer Na-K-Ca menjadi valid yaitu 290°C. Dari hasil perhitungan geotermometer, pH fluida, dan letak reservoirnya menunjukkan area tengah-selatan Daerah Penelitian layak untuk dilakukan pengembangan lebih lanjut. ......Geochemistry in geothermal exploration has a very important role, including predicting reservoir temperature as an assessment of the potential of a geothermal field. The Research Area is one of the geothermal fields in Indonesia which lies within the borders of two geothermal systems, where further research will be carried out in the southern area of the field which has a water-dominated system and less exploited area. The common method used to determining the temperature is geothermometer, where the approximate temperature is based on chemical equilibrium dependence which has defined its equilibrium equation for the temperature itself. In fact, the chemical reaction between fluids and rock minerals from reservoir to the surface experiences some disturbances that must be analyzed more comprehensively. This study was made to determine chemical equilibrium estimation between rocks and fluids that occur in the geothermal reservoir before the occurrence of the cooling, boiling, and mixing processes. This estimation is carried out using CO2 Discharge Method which forms carbonic acid in the reservoir, that appears on the surface and is used as a calculation of the actual pH in the reservoir. The pH value is calculated from the coefficient of hydrogen ion activity which is very dependent on temperature. In the reaction of fluid-rock equilibrium there is a hydrolysis process of hydrothermal minerals where its free energy can be calculated using Gibbs' law of thermodynamics and makes a ratio of Na+ and K+ ions with their hydrogen ions.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Penelitian ditujukan untuk mendapatkan model geofisika prospek geothermal Metta. Pelaksanaan penelitian dimulai pada pertengahan bulan Januari – April 2007 di kantor Pertamina Geothermal Energy (PGE) dengan memodelkan penampang inversi dua dimensi magnetotellurik (MT) dan pengolahan data pendukung. Interpretasi dan penggambaran model geofisika dilaksanakan di kampus Universitas Indonesia (UI) hingga awal Juni 2007. Ketiga penampang pemodelan MT menunjukkan keberadaan sistem geothermal dilihat dari kontras nilai resistivitas batuan. Hasil ketiga model menunjukkan lokasi up flow, yaitu berada di bawah titik pengukuran MT 15 – MT 16 pada model satu, MT 21 pada model dua, dan MT 27 pada penampang tiga. Luas areanya adalah ± 20 km2. Lokasi out flow menuju sebelah NW dari seluruh titik MT. Prospek Geothermal Metta perlu pembuktian dengan melakukan pemboran hingga kedalaman 2,5 km tepat diatas lokasi up flow untuk mendapatkan temperatu reservoir sebesar 350°C.
Universitas Indonesia, 2007
S28891
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Krisna Dharma Kurnia
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S38479
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohd. Ahmad Alrashid
Abstrak :
Eksplorasi Geofisika di Daerah Prospek Geotermal Tawau, Sabah, Malaysia berlangsung pada tahun 2008. Akuisisi data MT(Magnetotelluric) dan TDEM yang pertama kali dilaksanakan di Malaysia ini dilakukan untuk mengetahui struktur resitivitas bawah permukaan Daerah Prospek Geothermal Tawau, Sabah. Alat yang digunakan untuk MT dan TDEM adalah Phoenix Geophysics dengan konfigurasi survei berbentuk gridding 42 buah titik dengan jarak antar titik 1200 m. Data TDEM kemudian diolah dengan Software WinGLink, MT2DFor-X, MT2DInv-X dan GeoSlicer-X, untuk mendapatkan gambaran model penampang resistivitas 2-D bawah permukaan di daerah survei. Hasil Model inversi 2-D TDEM yang dihasilkan, dibandingkan dengan model inversi 2-D Data MT pada penelitian sebelumnya menunjukkan adanya lapisan bawah permukaan dengan nilai resistivitas yang cukup tinggi (ratusan ohm-m) yang diikuti lapisan dengan nilai resistivitas yang rendah (skala puluhan ohm-m). Lapisan dengan resistivitas rendah ini diprediksi adalah clay cap yang menutupi reservoir geotermal Tawau, Sabah. Model bawah permukaan TDEM mencapai kedalaman seiktar 1 km dan terlihat mampu melengkapi hasil inversi data MT dalam memodelkan struktur yang dekat dengan permukaan. ......Geophysical Exploration of Tawau Geothermal Prospect Area was done in 2008. This first MT (Magnetotelluric) and TDEM acquisition in Malaysia is aimed to delineate the sub-surface structure of resistivity of the area. The instruments used in data acquisition is Phoenix Geophysics. This survey covers 42 stations with spacing of 1200 meters which is arranged in grids. The TDEM data acquired is then processed using WInGLink, MT2DFor-X, MT2D inv-X and GeoSlicer-X to obtain the subsurface resistivity structure. The Result of the 2-D inversion done which is compared to the 2-D Model of MT obtained from earlier research, shows that there is a high resistivity structure near the surface, followed by a low resistivity structure underlaying it. The low resistivity structure is believed to be the clay cap overlaying the reservoir of the geothermal system of Tawau. The depth of the TDEM sub-surface model reaches about 1 km under the surface and it shows that the TDEM data can be used as a complement to MT data in shallower depth and also used as complementary in modelling the near surface structure.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S47625
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rino Idul Putra
Abstrak :
Daerah penyelidikan panasbumi Banda baru terletak di kecamatan Amahai, Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Daerah Banda Baru memiliki potensi panas bumi. Hal ini di indikasikan oleh penelitian sebelumnya yang menemukan adanya manifestasi panas bumi berupa mata air panas dengan suhu antara 60 - 68 oC. Metode gayaberat adalah metode yang efektif untuk mendelineasi struktur bawah permukaan yang mengontrol sistem panasbumi. Pada penelitian ini, telah dilakukan pengukuran gayaberat dengan 253 titik pengukuran. Kemudian dilakukan koreksi data untuk mendapatkan peta anomali bouguer. Untuk pemisahan anomali residual dan regional dari anomali bouguer digunakan Butterworth filter. Analisis data gayaberat dilakukan dengan menggunakan metode Horizontal Gradient (HG) dan Euler Deconvolution (ED). Kedua teknik interpretasi ini akan membantu mendeteksi sesar atau patahan yang ada di daerah penyelidikan. Kemudian hasilnya di didukung dengan hasil interpretasi sesar dari data geologi. Hasil analisis geologi, Horizontal gradient dan Euler deconvolution, menunjukkan adanya struktur berupa sesar didekat manifestasi disekitar daerah penyelidikan panasbumi Banda Baru. Sesar ini diduga sebagai jalan bagi fluida hidrotermal untuk keluar.
Banda Baru geothermal research area is located in Amahai district, central Maluku, Maluku. Banda Baru area exhibited geothermal prospecting. It is indicated by previous investigation through which has been found manifestations such as hot springs with temperature around 60-68˚C. Gravity method is powerful way to delineate structures that controls geothermal system. In this study, we have identified subsurface structure by gravity method. We have measured gravity data at 253 station. Then, we corrected the data to obtain bouguer anomaly map. Buttherworth filter was used to separate residual and regional anomaly from its bouguer anomaly. Gravity data analysis was done using Horizontal gradient method and Euler deconvolution. Both interpretation techniques was used to identify faults around the study area. Then, the result of this interpretation is supported with interpretation of faults from geology data. The result of geological analysis combined with Horizontal gradient and Euler deconvolution showed that there is a fault structure near the manifestations around Banda Baru geothermal prospect. This fault is believed to be a path for the hydrothemal fluid to flow up to the surface.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S47643
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faris Pramadhani Wali
Abstrak :
Daerah Wayang-Windu dan Daerah Gunung Endut berada dalam Zona Gunungapi Kuarter Jawa, dimana aktivitas vulkanisme dan magmatisme menandakan keduanya merupakan daerah potensial panas bumi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi panas bumi di masing-masing daerah penelitian berdasarkan karakteristik fisik wilayah-nya. Kemudian hasil potensi yang muncul dibandingkan satu sama lain untuk mempelajari persamaan dan perbedaan sistem panas bumi di kedua daerah penelitian. Dalam penelitian ini, wilayah prospek panas bumi di delineasi menggunakan model Fuzzy Logic. Model ini mengintegrasikan variabel penciri kehadiran sistem panas bumi di permukaan yang dikenali melalui aplikasi Penginderaan Jauh. Variabel penciri tersebut adalah tingkat permeabilitas batuan (Fault and Fracture Density), sebaran batuan alterasi lempung (Directed Principal Component Analysis) dan morfologi struktural. Hasil penelitian menunjukan bahwa morfologi struktural seperti kaldera, tapal kuda, horst dan graben merupakan variabel penciri yang paling mempengaruhi potensi panas bumi di kedua daerah penelitian. Daerah Wayang-Windu memiliki luas wilayah prospek 58,6 km2, suhu reservoar 2200C-2700 C dengan potensi sumberdaya sebesar 707,6 MWe. Daerah Gunung Endut memiliki luas wilayah prospek 17,5 km2, suhu reservoar 1810 C dengan potensi sumberdaya sebesar 95 MWe. Berdasarkan karakteristik fisik wilayahnya, Daerah Wayang-Windu yang merupakan Lapangan Panas Bumi dengan Sistem Vulkanik Kompleks Gunungapi memiliki potensi panas bumi lebih besar dibandingkan dengan Daerah Gunung Endut yang merupakan Lapangan Panas Bumi dengan Sistem Vulkano-Tektonik (kerucut vulkanik-graben). ...... Wayang-Windu area and Mount Endut area included in the Quaternary Volcanic Zone of Java Island, where volcanism and magmatism activity indicate both an area of geothermal potential. This study aims to identify the potential of geothermal energy in each study area based on the physical characteristics of the region. Apparent of potential result over each area compared to find out the similarities and differentiation of geothermal systems that exist in the area. In this study, geothermal prospect areas were delineated using Fuzzy Logic model. This model integrate the surface identifier variables that identified through the Application of Remote Sensing. The identifier variables are the level of rock permeability (Fault and Fracture Density), the distribution of clay alteration (Directed Principal Component Analysis) and structural morphology. The results showed that the structural morphology, such as caldera, sector collapse, horst and graben, is an identifier variables that most influence the geothermal potential in both areas of research. Wayang-Windu has an area of 58.6 km2 prospects, reservoir temperature of about 2200 C - 2700 C with a potential resource is calculated as about 707.6 MWe. Mount Endut has an area of 17.5 km2 prospects, reservoir temperature of about 1810 C with a potential resource is calculated as about 95 MWe. Based on the physical characteristics of the region, the Wayang Windu area which is a Volcanic Complex Geothermal System has geothermal potential is greater than area of Mount Endut area which is Volcano-Tectonic (volcanic cone-graben) Geothermal System.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S53305
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anugrah Indah Lestari
Abstrak :
Data magnetotellurik biasanya masih dihimpun dan ditampilkan dalam bentuk profil dan diinterpretasi menggunakan inversi 1-dimensi (1-D) atau 2-dimensi (2-D). Asumsi yang digunakan dalam inversi 1-D dan 2-D dapat menyebabkan kesalahan interpretasi dikarenakan kondisi riil di bawah permukaan adalah 3-D. Oleh karena itu dilakukan pengujian inversi 1-D, 2-D, dan 3-D (full tensor impedance dan off diagonal elements) profil data sintetik 3D untuk menganalisis pengaruh efek 3D dan efek tepi. Hasil dari inversi 1D dan 2D memperlihatkan ketidakmampuan dalam mempertahankan geometri model sintetik 3D terutama dalam memperlihatkan batas tepi model sintetik 3D. Dengan menggunakan inversi 3-D, terlihat memberikan hasil yang lebih baik dalam memperlihatkan geometri model sintetik 3D. Pentingnya penggunaan on diagonal elements (Zxx dan Zyy) dalam proses inversi diperlihatkan melalui hasil data sintetik yakni menambah keakuratan dalam hasil inversi terutama pada profil bagian tepi dari benda konduktif dan resistif. Hal ini diperlihatkan melalui hasil plot nilai impedansi Zxx dan Zyy. Oleh karena itu penggunaan seluruh komponen tensor impedansi penting digunakan dalam inversi 3-D untuk menginterpretasi profil data. Arah strike juga terlihat sangat mempengaruhi hasil inversi 2-D. Analisis terhadap inversi multidimensi profil data dilakukan terhadap data riil magnetotelurik daerah prospek panas bumi Tawau, Malaysia. Dari hasil inversi1-D, 2-D, dan 3-D pada data riil didapatkan kemiripan pola distribusi zona resistivitas rendah dan tinggi pada hasil inversi 1-D dan 3-D dikarenakan hasil kedua inversi tidak dipengaruhi oleh arah strike serta hasil ini mendukung kesesuaian pada hasil model sintetik di mana hasil inversi 1-D dapat mencitrakan resistivitas bawah permukaan dengan baik pada kedalaman dangkal. ...... Magnetotelluric data is usually still collected and displayed in profile data and interpreted by using 1-dimensional inversion (1-D) or 2-dimensional inversion (2-D). The assumption that is used in 1-D and 2-D may lead potential pitfall during interpretation because real condition beneath the surface is 3-D. Therefore, inversion 1-D, 2-D, and 3-D (full tensor impedance and off diagonal elements) is tested in 3D synthetic profile data for analyzing the influence of 3D effect and edge effect. 1-D and 2-D inversion result shows an inability to maintain the geometry of 3D synthetic model, mainly in imaging edge border of 3D synthetic model. By using 3-D inversion profile synthetic data MT, it is proven that the use of 3-D inversion gives better result in showing the geometry of 3D synthetic model. The importance of on diagonal elements (Zxx and Zyy) in the inversion result is shown by the result of synthetic data which increase the accuracy of inversion result, particularly at edge of conductive and resistive feature. This is shown by the result of impedance value (Zxx and Zyy) ploting. Therefore, using all components of tensor impedance is important in 3D inversion to interpret profile data. Strike direction is also seen affect the result of 2D inversion. Analysis of multidimension inversion of profile data is then performed on real magnetotelluric data in Tawau geothermal prospect area. From 1-D, 2-D, and 3-D inversion result, it is obtained that there is similarity in distribution pattern of low and high resistivity zone because both of the inversion are not influenced by strike direction and this result supports the suitability of synthetic model result where 1-D inversion can image subsurface resistivity at shallow depth well.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S54755
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>