Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Van Boeckel, Joseph J.G.M.
Amsterdam: Helder, [Date of publication not identified]
622.15 BOE g
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Faisa Nazhimah
"Dalam eksplorasi geotermal, metode magnetotellurik (MT) berperan penting dalam memberikan informasi distribusi resistivitas bawah permukaan. Melalui pemodelan resistivitas, dapat mengidentifikasi lokasi komponen sistem geotermal yang umumnya ditandai oleh keberadaan lapisan anomali konduktif sebagai caprock. Batas bawah caprock mengindikasikan keberadaan top of reservoir (ToR) pada sistem geotermal. Agar hasil pemodelan akurat, desain survei yang optimal perlu dirancang, termasuk penentuan jarak antar stasiun. Jarak yang terlalu rapat meningkatkan biaya dan waktu, sementara jarak terlalu renggang akan berpotensi menurunkan resolusi. Oleh karena itu, studi ini bertujuan menentukan jarak antar stasiun optimum untuk eksplorasi geotermal melalui pemodelan forward dan inversi. Pemodelan forward dilakukan untuk mensimulasikan variasi jarak antar stasiun berdasarkan model bawah permukaan lapangan geotermal. Hasil pemodelan forward dilakukan inversi 1D, 2D, dan 3D untuk dibandingkan resolusinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak 500 m merupakan jarak optimum di area interest untuk mendeteksi batas anomali konduktif, sehingga kedalaman ToR dapat ditentukan lebih akurat. Sementara itu, jarak 1 km masih cukup efektif di luar area interest. Pada hasil juga menunjukkan, inversi 3D memberikan resolusi lebih baik dalam menggambarkan geometri anomali konduktif dibandingkan inversi 1D dan 2D, serta tidak menunjukkan adanya struktur palsu.

In geothermal exploration, the magnetotelluric (MT) method plays a crucial role in providing information on subsurface resistivity distribution. Through resistivity modeling, it is possible to identify the locations of geothermal system components, which are typically characterized by the presence of a conductive anomaly layer acting as a caprock. The lower boundary of the caprock indicates the top of the reservoir (ToR) in a geothermal system. To ensure accurate modeling results, an optimal survey design is essential, including the determination of station spacing. Spacing that is too close increases cost and survey time, while spacing that is too wide may reduce resolution. Therefore, this study aims to determine the optimum station spacing for geothermal exploration through forward modeling and inversion. Forward modeling is conducted to simulate variations in station spacing based on a geothermal field subsurface model. The results of forward modeling are then subjected to 1D, 2D, and 3D inversion to compare their resolution. The findings indicate that a 500 m station spacing is optimal within the area of interest for detecting the boundary of the conductive anomaly, allowing for more accurate determination of the ToR depth. Meanwhile, a 1 km spacing remains effective outside the area of interest. The results also demonstrate that 3D inversion provides better resolution in depicting the geometry of the conductive anomaly compared to 1D and 2D inversions, and does not produce false structures."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shamira Bechora
"Produksi minyak di Lapangan ‘S’, Cekungan Sumatera Tengah, mengalami penurunan signifikan sejak awal tahun 2014, menandakan pentingnya pencarian potensi baru untuk mendukung keberlanjutan produksi hidrokarbon di wilayah tersebut. Untuk itu, penelitian ini bertujuan mengidentifikasi geometri subcekungan di Lapangan ‘S’ guna memberikan gambaran yang lebih jelas tentang struktur geologi bawah permukaan. Dengan menggunakan forward modelling gravitasi, penelitian ini mengintegrasikan data gravitasi, seismik, dan sumur untuk memperoleh informasi mengenai kedalaman, bentuk, dan orientasi sesar pembentuk subcekungan. Data gravitasi yang digunakan, berupa Complete Bouguer Anomaly (CBA), dipisahkan menjadi anomali regional dan residual melalui Filter Bandpass. Selanjutnya, anomali residual diproses dengan First Horizontal Derivative (FHD) untuk mengidentifikasi sesar, yang kemudian dikorelasikan dengan peta geologi dan data seismik 2D. Proses forward modelling digunakan untuk menggambarkan geometri subcekungan dengan parameter input densitas batuan, dan kedalaman. Setelah melakukan pemodelan, masing-masing subcekungan dihitung Gross Volume untuk mengetahui subcekungan mana yang paling potensial. Hasil dari perhitungan ini menunjukkan dua subcekungan paling potensial dengan Gross Volume masing-masing 1347.961 km3 dan 702.186 km3. Temuan ini memberikan wawasan penting mengenai struktur geologi bawah permukaan yang dapat menjadi dasar untuk penelitian seismik lebih lanjut guna memverifikasi potensi sumber daya hidrokarbon di kawasan ini.

The oil production in Field ‘S’, Central Sumatra Basin, has experienced a significant decline since early 2014, indicating the importance of identifying new potential to support the sustainability of hydrocarbon production in the region. Therefore, this study aims to identify the sub-basin geometry in Field ‘S’ to provide a clearer understanding of the subsurface geological structure. Using forward gravity modeling, this research integrates gravity, seismic, and well data to obtain information about the depth, shape, and orientation of the fault structures forming the sub-basin. The gravity data used, in the form of complete Bouguer anomaly (CBA), is separated into regional and residual anomalies through a bandpass filter. Next, the residual anomalies are processed with the First Horizontal Derivative (FHD) to identify faults, which are then correlated with geological maps and 2D seismic data. Forward modeling is applied to describe the sub-basin geometry using input parameters such as rock density and depth. After modeling, the gross volume of each sub-basin is calculated to determine which sub-basin is most potential. The results of these calculations indicate two highly potential sub-basins with gross volumes of 1347.961 km³ and 702.186 km³, respectively. These findings provide valuable insights into the subsurface geological structure, which can serve as a basis for further seismic research to verify the potential of hydrocarbon resources in this area."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adnan Hasyim Wibowo
"Provinsi Jawa Tengah menghadapi tantangan serius dalam pengendalian emisi karbon akibat alih fungsi lahan yang masif dari kawasan hutan dan vegetasi rapat menjadi area terbangun. Penelitian ini menunjukkan bahwa selama periode 2017 hingga 2036, kehilangan cadangan karbon alami atau Carbon Pool di wilayah ini diproyeksikan mencapai lebih dari 230 juta ton CO₂ ekuivalen. Analisis ini didasarkan pada pemodelan perubahan tutupan lahan dan estimasi kapasitas serapan karbon alami berdasarkan vegetasi dominan. Di sisi lain, potensi offset karbon melalui penyimpanan geologis (GCS) dianalisis menggunakan data gravitasi resolusi tinggi dan pemodelan bawah permukaan berbasis voxel. Zona prospektif di Cekungan Banyumas teridentifikasi memiliki kapasitas penyimpanan maksimum sekitar 12 juta ton CO₂, atau hanya sekitar 5% dari total kebutuhan offset kumulatif selama hampir dua dekade. Meski kapasitasnya relatif kecil, GCS dinilai memiliki keunggulan sebagai bentuk penyimpanan permanen yang tidak tergantung pada kondisi ekologis di permukaan. Dengan demikian, pendekatan ini berpotensi menjadi solusi komplementer untuk mengimbangi defisit karbon yang tidak dapat lagi ditutup oleh mekanisme alami. Penelitian ini merekomendasikan integrasi antara konservasi lahan, perluasan wilayah injeksi karbon, serta peningkatan resolusi data geofisika untuk memperkuat peran GCS dalam strategi mitigasi emisi jangka panjang di tingkat regional.

Central Java is facing a major challenge in controlling carbon emissions due to widespread land-use conversion from forests and dense vegetation to built-up areas. This study finds that the province’s natural Carbon Pool is projected to decline by over 230 million tons of CO₂ equivalent between 2017 and 2036. The estimate is based on land cover change modeling and the carbon storage potential of natural vegetation. In contrast, the potential for geological carbon offset (GCS) was assessed using high-resolution gravity data and subsurface modeling with a voxel-based approach. A prospective shallow sediment zone in the Banyumas Basin was identified with a maximum estimated storage capacity of around 12 million tons of CO₂, or only about 5% of the total cumulative offset needed. While the capacity is modest, GCS offers a unique advantage as a form of permanent storage that is not dependent on surface ecological conditions. As such, it presents a complementary solution to address carbon deficits that can no longer be mitigated by natural means. The study recommends a combination of land conservation, expanded injection zones, and improved geophysical data resolution to enhance the role of GCS in long-term regional emission mitigation strategies."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lumbantoruan, Agnes Yolanda
"Pada Lapangan “AYS”, interpretasi seismik menunjukkan variasi geometri basement yang signifikan berupa zona high basement dan low basement, namun keterbatasan cakupan lintasan membuat interpretasi bersifat lokal. Untuk mengatasi hal ini, data gravitasi digunakan untuk memetakan struktur dan kedalaman basement secara regional. Estimasi kedalaman dilakukan dengan metode inversi domain Fourier. Analisis struktur geologi dilakukan menggunakan filter Total Horizontal Derivative (THD) dan Directional Horizontal Gradient 45º (DHG). Hasil analisis peta kedalaman menunjukkan bahwa basement regional di Lapangan “AYS” berada pada kisaran +0.2 km hingga -2 km. Zona basement high dengan kedalaman +0.2 km hingga -0.6 km tersebar di barat laut dan tenggara, sedangkan zona basement low dengan kedalaman -0.6 km hingga -2 km terletak di bagian tengah hingga utara-tengah lapangan. Keberadaan zona basement low ini mengindikasikan sub-cekungan dengan akumulasi sedimen yang lebih tebal, yang berpotensi sebagai area prospek hidrokarbon. Analisis THD dan DHG menunjukkan bahwa struktur geologi regional pada Lapangan “AYS” didominasi oleh pola patahan berorientasi barat laut–tenggara. Struktur ini mengontrol variasi kedalaman basement dan membentuk pola tektonik horst dan graben. Zona transisi antara basement high dan basement low yang dikontrol oleh patahan ini berpotensi sebagai jalur migrasi dan perangkap struktural hidrokarbon.

In the “AYS” Field, seismic interpretation reveals significant variations in basement geometry, characterized by high and low basement zones. However, the limited coverage of seismic lines results in interpretations that are only local in nature. To overcome this limitation, gravity data is utilized to map the structures and depth of the basement on a regional scale. Basement depth estimation was conducted using Fourier domain. Structural analysis was carried out using the Total Horizontal Derivative (THD) and Directional Horizontal Gradient 45º (DHG) filters. The basement depth map indicates that the regional basement in the “AYS” Field ranges from +0.2 km to -2 km. High basement zones, with depths between +0.2 km and -0.6 km, are distributed in the northwest and southeast areas, while low basement zones, ranging from -0.6 km to -2 km, are located in the central to north-central parts of the field. The presence of these low basement zones indicates sub-basins with thicker sediment accumulation, which may serve as potential hydrocarbon prospects. THD and DHG analysis shows that “AYS” Field is dominated by fault structures trending northwest–southeast. These structures control the variation in basement depth and form horst and graben tectonic patterns. The transitional zones between high and low basement areas, controlled by these faults, are considered potential pathways for hydrocarbon migration and structural traps."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library