Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rismauly
"Data seismik 2D post ? stack pada lapangan Phy memiliki kecenderungan anomali indikator hidrokarbon bright spot pada interval waktu 1265 hingga 1365 ms. Inversi geostatistik dilakukan dengan tujuan mendapatkan penampang impedansi akustik yang lebih detail secara vertikal daripada inversi deterministik dan proporsi pay sand yang mengacu pada data seismik maupun sumur. Inversi geostatistik pada mulanya membutuhkan hasil inversi deterministik seperti sparse - spike terkonstrain atau inversi simultan yang berusaha menghasilkan penampang impedansi akustik yang paling tinggi rasio sinyal terhadap noisenya. Pada inversi geostatistik, masukan yang diperlukan yaitu penampang impedansi akustik yang digunakan untuk menjadi informasi lateral dan data sumur yang digunakan sebagai informasi vertikal. Penampang impedansi akustik akan menghasilkan model konvolusi seismik yang terkontrol oleh variogram lateral, data sumur menghasilkan klasifikasi litologi menggunakan analisis crossplot, histogram, dan probability density function.
Simulasi geostatistik kemudian dilakukan pada saat melakukan perhitungan estimasi proporsi impedansi akustik dan pay sand di interval 1265 ? 1365 ms menggunakan teorema Bayesian untuk memperoleh probabilitas masing - masing proporsi dan simulasi Markov Chain Monte Carlo untuk menghasilkan model reservoir yang integrasi modelnya akan konvergen ke satu nilai distribusi yang paling representatif dengan data seismik yang dimiliki. Hasil inversi geostatistik menunjukkan hasil inversi yang lebih tajam dengan harga impedansi akustik (5 - 5.4e+06) kg/m3m/s dan proporsi pay sand yang terlihat sebagai warna coklat dalam penampang pay sand.

Seismic data 2D post ? stack of Phy field has tendency of direct hydrocarbon indicator of bright spot anomaly on time interval 1265 to 1365 ms. Geo-statistical inversion is performed with objectives to obtain acoustic impedance section with more detail information vertically better than deterministic inversion and to get pay sand proportion that respect seismic and well log data. Firstly, geostatistical inversion needs the product of deterministic inversion such as sparse - spike inversion which try to produce acoustic impedance section with high signal to noise ratio. On geostatistical inversion, acoustic impedance section is used as lateral information and well log data is used as vertical information. Acoustic impedance section will produce seismic convolution model that controlled by lateral variogram, well log data will produce lithological classification using cross plot analysis, histogram, and probability density function.
Geostatistical simulation is then conducted when calculating proportion estimation of acoustic impedance and pay sand on time interval 1265 ? 1365 ms using Bayesian theorem to get each proportion probability and Markov Chain Monte Carlo simulation to build reservoir models that will be integrated until they converges into one value of representative target distribution in seismic data. Geostatistical inversion result shows more detail inversion result with AI value of (5 - 5.4e+06) kg/m3m/s and pay sand proportion that is shown as brown coloured section on pay sand section.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1501
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fakhri Muhammad Hafizh
"Indonesia memiliki banyak daerah yang berpotensi panas bumi yang perlu ditelusuri dan dikembangkan. Daerah yang berpotensi panas bumi di Indonesia salah satunya terletak di Gunung Arjuno-Welirang, Provinsi Jawa Timur, yang merupakan daerah gunung api muda berumur Kuarter (Utama dkk., 2012). Penelitian ini berfokus dalam memperkirakan persebaran daerah prospek panas bumi di Gunung Arjuno-Welirang dengan menganalisis serta mengintegrasi beberapa metode penginderaan jauh yang meliputi LST, NDVI, dan FFD. Metode ini diolah pada data citra Landsat-8 dan DEM serta didukung juga oleh data geologi dan manifestasi permukaan. Selain itu, dilakukan juga evaluasi daerah prospek tersebut untuk mengetahui kondisi sistem panas bumi dan kondisi permukaannya yang ditentukan berdasarkan analisis aspek 3G (geologi, geokimia, dan geofisika) dari penelitian terdahulu serta analisis dari metode penginderaan jauh, sehingga dapat ditentukan tingkat kelayakan daerah tersebut untuk dapat dieksplorasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa daerah prospek panas bumi di kompleks Gunung Arjuno-Welirang ditentukan pada dua tempat, yaitu prospek A dengan koordinat UTM 669207 - 671925 mE dan 9149510 - 9151370 mN serta memiliki luas sekitar 549,912 hektar, dan prospek B dengan koordinat UTM 668347 – 669687 mE dan 9142730 - 9144840 mN serta memiliki luas sekitar 272,17 hektar. Evaluasi daerah prospek panas bumi menunjukkan bahwa kondisi sistem panas bumi sudah lengkap dan terletak dekat dengan daerah prospek serta kondisi permukaan dengan akses wilayah yang mudah dan tidak mengganggu daerah hutan. Secara keseluruhan, daerah prospek ini sudah cukup layak untuk eksplorasi panas bumi lebih lanjut.

Indonesia has many areas with geothermal potential that need to be explored and developed. One of the areas that have geothermal potential in Indonesia is located on Mount Arjuno-Welirang, East Java Province, which is a young volcanic area of Quaternary age (Utama et al., 2012). This study focuses on estimating the dist ribution of geothermal prospect areas on Mount Arjuno-Welirang by analyzing and integrating several remote sensing methods including LST, NDVI, and FFD. This method is processed on Landsat-8 and DEM image data and is also supported by geological data and surface manifestations. In addition, an evaluation of the prospect area was also carried out to determine the condition of the geothermal system and its surface conditions which were determined based on the analysis of 3G aspects (geology, geochemistry, and geophysics) from previous studies as well as analysis of remote sensing methods, so that the feasibility level for exploration in that area could be determined. The results of this study indicate that the geothermal prospect area in the Mount Arjuno-Welirang complex is determined in two places, namely prospect A with UTM coordinates of 669207 - 671925 mE and 9149510 - 9151370 mN and has an area of about 549,912 hectares, and prospect B with UTM coordinates of 668347 - 669687 mE and 9142730 - 9144840 mN and has an area of about 272.17 hectares. Evaluation of the geothermal prospect area shows that the condition of the geothermal system is complete and is located close to the prospect area as well as surface conditions with easy area access and does not interfere with forest areas. Overall, this prospect area is worthy enough for further geothermal exploration."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library