Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 134 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadapdap, Huala
Abstrak :
Emisi gas buang kendaraan bermotor khususnya yang berbahan bakar bensin berpotensi meningkatkan kandungan CO di perparkiran bawah tanah dua kali lebih besar dalam empat bulan. Korelasi konsentrasi CO, HC dan Opasitas dari emisi gas buang dengan perparkiran sangat erat dengan nilai r untuk rata-rata kandungan CO mencapai 0.9845. Kandungan CO dan HC dapat terakumulasi di perparkiran tertutup dengan terbatasnya ventilasi, sirkulasi udara dan exhaust. Perancangan sistem perparkiran yang memadai dan memenuhi kaidah Kesehatan dan Keselamatan Kerja menentukan seberapa besar akumulasi CO. Kandungan CO dalam darah dan Phenol dalam air kemih merupakan indikasi paparan CO emisi gas buang kendaraan dengan udara ruang parlor P2 BEJ. Kandungan CO berdampak negatif langsung terhadap kesehatan manusia. CO dengan cepat dapat menggeser 02 dari dalam darah karena CO dengan Hb membentuk COHb dengan cepat 200 - 300 kali lebih kuat dari oksigen dalam mengikat Hb darah. Dampak CO terhadap pekerja parkir tergantung lamanya pemajanan dan konsentrasi CO nya. Perokok lebih berisiko terhadap pajanan CO di P2. Kondisi pekerja yang terpajan CO di P2 sudah relatif terganggu, potensi hipoksia sudah megganggu sistem kardiovaskuler terlihat dari keluhan-keluhan pekerja seperti nyeri kepala, pusing, mual dan vertigo. Pengendalian dampak emisi gas buang dapat dilakukan oleh pekerja secara proaktif. Tindakan preventif dengan menekan emisi gas buang melalui penyuluhan pemeliharaan mesin secara teratur, pemiiihan jenis dan tahun produksi kendaraan. Pengelola gedung sebaiknya melakukan tindakan perbaikan yang terpadu mencakup perencanaan system perparkiran, ventilasi, sirkulasi udara dan sistem pengaturan kerja. ...... Within four month periods the gas emissions from burning gasoline vehicles has the potential to doubling increase of the carbon monoxide (CO) concentration in the underground parking area. The correlation of HC, CO and Opacity of gas emission is very close to the parking indoor air quality, it shows by the r-value of CO about 0.9845. CO and HC content can be accumulated in the indoor parking area due to the poor ventilation, air circulation, number and capacity of exhaust fans. The adequate parking system designs that meet with Health and Safety requirement will effect the CO content accumulation. The CO content in the blood and phenol in the urine are indicating the employee exposure to CO vehicles gas emission and P2 BET parking indoor air quality. The CO concentration at P2 has direct impact to the parking employee health. Carbon monoxide quickly reduce the oxygen intake from blood stream and by binding carbon monoxide with hemoglobin (Hb) to become a carboxyhemoglobin (COHb) compounds that toxic to human. CO bound Hb rapidly 200 - 300 times stronger than oxygen in the blood. The effect of carbon monoxide to the employee depends on the duration of exposure and CO concentration. Moreover smokers have a higher risk to the CO exposure in the P2. The condition of employee who expose to the CO at P2 has relatively been affected of the gas emission and will suffering from hypoxia with aggravated cardiovascular problem such as head pain, headache, fatigue and vertigo. The employee can proactively participate in controlling of vehicles gas emission. Preventive action by minimizes the gas emission through awareness program, regular engine maintenance, choosing type of vehicles and year of product are parts of better control_ The building management should concern a continuous improvement through corrective action such as redesign the parking system, ticketing system, ventilation system, and shift work system of the employee.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12742
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irvan Nurtanio
Abstrak :
Gasifikasi adalah suatu proses termokimia yang mengubah bahan bakar padat menjadi gas mampu bakar yang dikenal dengan istilah teknik Producer Gas atau Syntetic Gas (Syngas) dengan proses pembakaran menggunakan oksigen terbatas.Updraft Gasifier merupakan jenis gasifier yang dapat menghasilkan daya yang lebih besar dibandingkan downdraft gasifier tetapi menghasilkan tar yang lebih banyak. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kandungan tar pada updraft gasifier dengan pengeluaran gas produk melalui daerah reduksi. Dengan penggunaan metode seperti ini diharapkan kandungan tar dapat berkurang dikarenakan gas produk bergerak kembali ke daerah temperatur tinggi dan tar yang terkandung di dalamnya mengalami cracking baik karena termal atau bereaksi dengan uap, H2O atau CO2 yang terkandung dalam gas produk sebelum meninggalkan gasifier. Pengujian dilakukan menggunakan bahan bakar kayu karet dengan primary air blower sebesar 108 lpm dan penarikan tar sebesar 2 lpm. ......Gasification is a thermochemical process that converts solid fuel into a combustible gas known as "Producer Gas or Synthetic Gas (Syngas)"using a limited supply of air for combustion. Updraft gasifier is a type of gasifier that can generate more power than the downdraft gasifier but produces more tar. The purpose of this study was to determine the tar content in the updraft gasifier with syngas outlet through the reduction zone. With the use of such methods is expected to decrease due to the tar content of product gas to move back into areas of high temperature and tar contained in it have either cracking due to thermal or react with steam, H2O or CO2 contained in the product gas before leaving the gasifier. Tests carried out using rubber wood fuel with the primary air blower at 108 lpm and tar extracted at 2 lpm.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42264
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Simpson, Matthew J.
Abstrak :
The first study uses tunable vacuum-ultraviolet radiation from a synchrotron to identify negative ions from twenty four photoexcited polyatomic molecules in the gas phase. From these experiments, Matthew collects a vast amount of data and summarises and reviews ion-pair formation from polyatomic molecules. The second study is on selected ion flow tube mass spectrometry. Matthew investigates the reactions of cations and anions with ethene, monofluoroethene, 1,1-difluoroethene and tetrafluoroethene. In this study Matthew tries to explain why certain products are formed preferentially over other products at a microscopic level of understanding.
Heidelberg : Springer, 2012
e20406097
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Rudi Cahyo Nugroho
Abstrak :
Ignition delay merupakan salah satu parameter panting dalam operasi mesin diesel, ignition delay didefinisikan sebagai selang waktu antara mulai injeksi bahan bakar sampai dengan mulainya terjadi penyalaan bahan bakar, pembakaran akan optimum bila penyalaan terjadi sebelum titik mati atas. Secara ukuran derajat putaran poros engkol, semakin tinggi putaran mesin semakin panjang ignition delaynya, sehingga perlu adanya perubahan waktu injeksi. Ignition delay semakin pendek bila bilangan cetana bahan bakar bertambah, bilangan cetana solar dapat dinaikkan dengan menambah metil ester yang mempunyai bilangan cetana lebih tinggi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan bahan bakar campuran metil ester kelapa sawit (ME) dan solar terhadap unjuk kerja mesin dan ignition delay. Pengujian dilakukan dengan menggunakan mesin diesel satu silinder injeksi langsung. dengan memperbandingkan beberapa komposisi campuran bahan bakar yaitu solar murni, 20% massa metil ester (20% ME), 30% ME dan 40% ME. Pengujian dilakukan berdasarkan kurva daya yang dihasilkan bahan bakar solar. Ignition delay didapat dari grafik tekanan gas dalam silinder terhadap posisi poros engkol, untuk itu dalam pengujian dilakukan pengukuran tekanan gas dalam silinder. Dari pengujian didapatkan bahwa torsi dan daya yang dihasilkan bahan bakar campuran ME dan solar 1.5 s/d 4% lebih rendah dibanding solar. Sedangkan tingkat emisi asap lebih rendah 5 ski 25%. Ignition delay semakin pendek bila putaran mesin dan bilangan cetana bertambah, dengan suatu persamaan linier pengaruh putaran mesin dan bilangan cetana terhadap ignition delay adalah : ignition delay = 0.0033 putaran mesin-0.375 bilangan cetana 4-38.321. ...... Ignition delay is important parameter for diesel engine operation. Ignition delay is the time between start of injection and start of combustion, combustion will be optimum if started before TDC. Injection liming advancing is needed, because ignition delay (in crank angle degree) increase as engine speed increase. Ignition delay decrease as cetane number increase, cetane number of petroleum diesel can be increased with addition of methyl ester. The research conduct in a single cylinder direct injection diesel engine, the engine was fueled with several different composition fuel blend ( petroleum diesel and ME). The fuel blend are petroleum diesel (D), 20% mass ME (20 % ME), 30% and 40% ME. Effect of different fuel blend to engine performance and ignition delay is studied. Engine setting to get power curve for petroleum diesel used as the basic. engine test Ignition delay was determined from cylinder pressure vs. crank position diagram. Cylinder pressure measurement is needed to get cylinder pressure vs. crank position diagram. Engine power for ME & petroleum diesel blend are 1.5 - 4 % lower than petroleum diesel, and smoke are 5 - 25 % lower. Engine speed, cetane number and ignition delay correlation is : ignition delay = 0.0033 engine speed -0.375 cetane number + 38.321 .
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T5197
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Triyono Budi Prayitno
Abstrak :
Pada pembakaran dengan bahan bakar cair, diperlukan suatu usaha untuk memperbesar permukaan kontak antara udara dengan bahan bakar. Pengaruh perubahan diameter sembur udara dan tekanan bahan bakar cair terhadap panjang dan stabilitas nyala api akan dipelajari pada penelitian ini. Burner yang digunakan dalam penelitian ini adalah burner dengan tipe jet-mixing combustor. Dimana semprotan bahan bakar dari nosel di irnpak dengan semburan udara dengan diameter yang divariasikan dari ф 45 mm, ф 50 mm, ф 55 nun dan ф 60 mm pada sudut 60°. Nasal yang digunakan untuk menyemprotkan bahan bakar adalah nosel dengan tipe hollow-cone. Nyala api hasil dari proses pembakaran dipelajari dari warna dan panjang apinya. Dan hasil penelitian ini diperoleh adanya pengaruh perubahan diameter sembur udara dan AFR terhadap panjang api. Panjang api tertinggi 140 mm pada diameter sembur udara 45 mm. Beban burner maximum yang diterima ruang bakar adalah: 23.862,928 kW/m2 pada diameter sembur udara 60 mm dengan menggunakan bahan bakar minyak tanah dan 23.713,780 kW/m2 pada diameter sembur udara 60 mm dengan menggunakan bahan bakar solar. Space heat release maximum yang diterima ruang bakar adalah: 2,480 kW/m2.Pa pada diameter sembur udara 60 mm dengan menggunakan bahan bakar minyak tanah dan 2,514 kW/m2. Pa pada diameter sembur udara 60 mm dengan menggunakan bahan bakar solar.
In the combustion process using liquid fuel, the contact surface between air and fuel needs to be widen. These experiments study the effect of changes in air spray diameter and the liquid fuel pressure on the length and stability of flame. Burner used in this study is a jet mixing type combustor. Fuel spray from nozzle is impacted with air jet at the diameter of 45 mm, 50 mm, 55 mm and 60 mm with impinging angle of 60°. The nozzle is a hollow-cone one. Flames come from the combustion process are measured for their lengths and colors. Experiments show that the changes in air spray diameter and the AFR do have effects on the flame length. The longest flame obtained by the experiments is 140 mm at the air spray diameter 45 mm. Maximum burner loading in the combustor is 23.862,928 kW/m2 at air spray diameter of 60 mm using kerosene, and 23.713,780 kW/m2 at air spray diameter of using 60 mm using high fuel oil (FIFO). Maximum space heat release in the combustor is 2.480 kW/m2 Pa at air spray diameter of 60 mm using kerosene, and 2.514 kW/m2 Pa at air spray diameter of 60 mm using HFO.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T14969
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gamma Nur Merrillia Sularso
Abstrak :
ABSTRAK
Segmen 2 Kota Bogor dan Segmen 3 Kabupaten Bogor DAS Ciliwung bagian tengah mengalami perubahan penggunaan lahan yang cukup pesat selama dua dekade terakhir. Tujuan penelitian adalah menganalisis trend penggunaan lahan pada 1989-2012, dampaknya terhadap penurunan stok karbon/peningkatan emisi CO2eq, dan penyebab utamanya, memproyeksikan Reference Level (RL) pada tahun 2020, dan menyusun strategi pembangunan rendah emisi karbon di kedua segmen. Metode yang digunakan yaitu survey lokasi pada tiap tipe penggunaan lahan yang diolah menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG), telaah dokumen sosial ekonomi dan kebijakan, dan forecasting RL. Hasilnya diharapkan dapat memberikan berbagai arahan kegiatan mitigasi emisi karbon dalam strategi pembangunan rendah emisi karbon pada kedua segmen. Perubahan penggunaan lahan pada 1989-2012 memperlihatkan bahwa terjadi penurunan luasan ruang terbuka hijau (RTH) hingga 2.575,57 ha sedangkan non-RTH meningkat hingga 2.575,57 ha. Hal ini berdampak pada menurunnya stok karbon hingga 26.900 ton.C dan melepaskan emisi CO2eq hingga 98.723 ton.CO2eq. Penyebab perubahan penggunaan lahan yaitu pertambahan penduduk, kebutuhan lahan, dan keterbatasan lahan. Proyeksi RL hingga tahun 2020 dilakukan berdasarkan kondisi standar (BAU) dan rencana ke depan (FL). Hasil proyeksi memperlihatkan bahwa FL adalah skenario terbaik yang diestimasi menyimpan karbon hingga 217.610 ton.C di tahun 2020. Strategi pembangunan rendah emisi karbon diarahkan pada penambahan luasan RTH hingga 20% melalui arahan kegiatan mitigasi emisi karbon pada penggunaan lahan RTH dan non-RTH meliputi kegiatan perlindungan, pemantauan, penyuluhan, dan penegakan hukum.
ABSTRACT
Second Segment Bogor City and Third Segment Bogor Regency of Ciliwung middlestream watershed land use has changed drastically over the past two decades. This study was conducted to analyze land use trend in 1989-2012, its impact on decreasing carbon stock/increasing CO2eq emission, to project Reference Level (RL) to 2020, and establishment of Low Carbon Emission Development Strategy in both segments. The methods were survey on each type of land use which would be processed using Geographical Information System (GIS), literature study of socio-economic and policy documents, and forecasting RL. The results were expected to provide guidance for carbon emission mitigation activities in low carbon emission strategies in both segments. Land use changes in 1989-2012 indicated a reduction of green space area by 2.575,57 ha whereas non-green space area increases by 2.575,57 ha. These changes resulted in decreasing carbon stock by 26.900 ton.C and releasing CO2eq emission by 98.723ton.CO2eq. Population growth, demand for lands, and land constraints were found to be the driving factors of land use changes in these area. Reference Level to 2020 was established based on business as usual (BAU) and forward looking (FL). The projection shows that FL was the best scenario which estimated carbon storage by 217.610 ton.C in 2020. Low carbon development strategy directed at the area of green space adding up to 20% through the guidance for carbon emission mitigation activities based on green space and non-green space which covered from protection, supervision, extention/awareness rising, and law enforcement activities.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T38730
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widiatmini Sih Winanti
Abstrak :
[ABSTRAK
Sebagai salah satu gas rumah kaca, gas CO2 dan CH4 akan dikonversikan menjadi gas yang berguna dalam reaktor plasma non-termal dengan konfigurasi umpan 3- lewatan, yang beroperasi pada suhu ruangan. Reaktor mempunyai keunggulan dapat sekaligus mendinginkan elektroda tegangan tinggi pada proses reaksinya dan memanaskan awal umpan sebelum masuk zona plasma. Laju alir gas CO2 yang digunakan adalah 500-1.500 mL/menit dengan Time on Stream (TOS) 2,1-8,4 menit, sedangkan pada reformasi gas CO2 digunakan campuran gas CO2/CH4 (1/1) dengan laju alir 9,19; 19,45 dan 85,43 mL/menit dengan TOS 140 menit, dan tegangan reaktor 12,27 kV. Dekomposisi gas CO2 menghasilkan gas CO dan O2 dengan konversi rendah dan menurun kembali setelah TOS 2,1 menit, karena adanya reaksi berbalik. Dari reformasi gas CO2 dihasilkan gas sintesis, H2 dan CO, C2H6 serta komponen C3. Konversi CO2 dan CH4 tertinggi dicapai pada laju alir 9,19 mL/menit yaitu 36,73% dan 35,52%. Energi spesifik terbaik pada dekomposisi CO2 adalah 270 kJ/mol, sedangkan pada reformasi CO2 adalah 2.333,5 kJ/mol. Analisis PSSH dapat memprediksi suhu lokal pada beberapa titik didalam reaktor, sebesar ratarata 1425 K. Penelitian ini perlu dikembangkan sampai skala komersial dengan konversi dan efisiensi tinggi, untuk digunakan juga pada gas alam dengan kandungan CO2 tinggi, menghasilkan gas sintesis dan juga hidrokarbon rantai panjang sebagai bahan bakar cair melalui proses Fischer Tropsch.
ABSTRAK
As one of the Greenhouse gas, CO2 and CH4 will be converted into valuable gas in the three-pass flow configuration of non-thermal plasma reactor that operated in the room temperature. Reactor has advantage can simultaneously cool the high voltage electrode during reaction process and preheat the feed before entering the plasma zone. The used of CO2 feed flow rates was 500-1,500 mL/minute with Time on Stream (TOS) between 2.1-8.4 minutes, and CO2 reforming used the mixture of CO2/CH4 (1/1) with the feed flow rates of 9.19, 19.45 and 85.43 mL/minute until TOS 140 minutes. The electrical voltage was 12.27 kV. The CO2 decomposition produced CO and O2 with low conversion and dropped off after TOS 2.1 minutes, due to the occurrence of reverse reaction. The CO2 reforming process produced synthesis gas, C2H6 and C3 components. The highest CO2 and CH4 conversion reached 36.73% and 35.52%, respectively at the feed flow rate of 9.19 mL/minute. The best specific energy in the CO2 decomposition was 270 kJ/mol, while the CO2 reforming was 2,333.5 kJ/mol. Analysis of PSSH identified the local spots temperature inside the reactor, by an average of 1425 K. This research need to be developed into a high performance and efficient commercial scale reactor, to be used also for high CO2 content natural gas, producing synthesis gas and also high chained of liquid fuel hydrocarbon through Fischer Tropsch processes, As one of the Greenhouse gas, CO2 and CH4 will be converted into valuable gas in the three-pass flow configuration of non-thermal plasma reactor that operated in the room temperature. Reactor has advantage can simultaneously cool the high voltage electrode during reaction process and preheat the feed before entering the plasma zone. The used of CO2 feed flow rates was 500-1,500 mL/minute with Time on Stream (TOS) between 2.1-8.4 minutes, and CO2 reforming used the mixture of CO2/CH4 (1/1) with the feed flow rates of 9.19, 19.45 and 85.43 mL/minute until TOS 140 minutes. The electrical voltage was 12.27 kV. The CO2 decomposition produced CO and O2 with low conversion and dropped off after TOS 2.1 minutes, due to the occurrence of reverse reaction. The CO2 reforming process produced synthesis gas, C2H6 and C3 components. The highest CO2 and CH4 conversion reached 36.73% and 35.52%, respectively at the feed flow rate of 9.19 mL/minute. The best specific energy in the CO2 decomposition was 270 kJ/mol, while the CO2 reforming was 2,333.5 kJ/mol. Analysis of PSSH identified the local spots temperature inside the reactor, by an average of 1425 K. This research need to be developed into a high performance and efficient commercial scale reactor, to be used also for high CO2 content natural gas, producing synthesis gas and also high chained of liquid fuel hydrocarbon through Fischer Tropsch processes]
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
D1905
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oki Sugama
Abstrak :
Keunggulan proses pemisahan gas CO2 dengan membran dibandingkan dengan proses pemisahan lalnnya seperti distilasi kriogenik dan proses adsorpsi adalah penggunaan energi yang lebih rendah, tidak menimbulkan pencemaran lingkungan dan biaya operasinya yang relatif lebih rendah. Mekanisme terjadinya pemisahan dalam membran adalah berdasarkan perbedaan permeabilitas dari setiap komponen gas dalam campurannya. Gas CO2 memiliki sifat-sifat fisik yang memungkinkannya mmtuk berpermeasi lebih mudah menembus membran, seperti diameter kinetik molekulnya yang kecil, solubilitasnya yang relatif besar, dan kemampuannya untuk berinteraksi dengan molekul-molekul penyusun membran polimer. Pada penelitian ini digunakan Polyester Film yang digunakan sebagai membran unmk pemisahan campuran C02 dan Udam P gujian dilakukan dalam dnla iahap yaitu pada kondisi Ideal menggunakan gas murni CO2 , O2 dan N2 dan pada kondisi Aktual menggunakan campuran gas dmgan komposisi 20.045 % CO2, 16.91 % O2 dan 63.045 % N2. Hasil pengujian menunjukkan bahwa Permeabilitas Ideal O2 dan N2 oenderung konstan dengan kenaikan tekanan. Sedangkan Permeabilitas Ideal CO2 meningkat tajam dengan kenaikan tekanan. Hal ini disebabkan molekul-molekul gas co2. berinteraksi mempengaruhi struktur rantai membran sehingga membuatnya semakin fleksibel, semakin mudah untuk dilewati molekul gas CO2. Dari perhitungan, pada permodelan maupun Aktual, diperoleh peningkatan fraksi gas CO; yang tertolak terhadap kenaikan fraksi gas yang permeat (stage cut). Sebaliknya terdapat peningkatan & aksi udara yang permeat terhadap kenaikan stage cut. Ini disebabkan meningkatnya permeabilitas membran akibat interaksi struktur membran dengan molekul-molekul gas C02, sehingga membran jadi kurang selektif terhadap gs C02. Sebaliknya gas-gas di dalam campuran yang seharusnya sulit lmtuk permeat, sebagian ikut terpermeasi. Selektivitas Ideal C02/N2 tertinggi didapat sebesar 26.769 dan Selektivitas Ideal C01/O2 tertinggi didapat sebesar 11.618 pada tekanan 900 kPa. Koudisi optimum untuk pemisahan gas dengan membran Polyester Film berada pada tekanan 900 kPa dan stage cut 0,21 dengan kemurnian udara yang diperoleh sebesar 85% dari udara umpan sebesar 79,9 %. Kemurnian udara ini dapat ditingkatkan sampai dengan 94% dengan stage cut sebesar 161.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S49211
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rismalalo
Abstrak :
Skripsi ini membahas mengenai analisis pengaruh temperatur terhadap perilaku gas karena penguapan minyak isolasi transformator. Pada transformator berpendingin minyak biasanya menghasilkan gas-gas yang mudah terbakar (combustible gas) seperti hidrogen, methane, ethane, ethylane, karbon dioksida, dan karbon monoksida yang dikenal dengan istilah fault gas. Metode pengujian yang digunakan adalah Dissolved Gas Analysis (DGA) dan konsentrasi gas diukur dengan Gas Chromatograph (GC). Metode pengujian DGA akan mengidentifikasi jenis dan jumlah dari fault gas. Dalam skripsi ini pengujiaan diutamakan pada konsentrasi gas methane karena merupakan gas yang mudah terbakar. Hasil dari uji DGA adalah data konsentrasi berbagai jenis fault gas terutama gas methane yang nantinya akan dianalisis dan diolah untuk memperoleh informasi akan adanya indikasi kegagalan-kegagalan termal dan elektris pada transformator daya. Temperatur optimum minyak trafo yang diujikan yaitu sebesar 115°C. Pada temperatur tersebut, konsentrasi gas methane yang mudah terbakar berada dalam kondisi minimum. Tapi pada temperatur diatas 115°C konsentrasi gas methane kembali mengalami peningkatan. Hal ini dapat menyebabkan kegagalankegagalan termal dan elektris. Sehingga perlu dijaga agar temperatur minyak trafo tidak melebihi temperatur optimum dari minyak trafo tersebut yaitu sebesar 115°C.
This skripsi deals with the analysis influance temperature on the behaviour of gas due to evaporation of oil isolation transformer. The transformer oil is usually refrigerated produce gas that are flammable (compustible gas) such as hydrogen, ethane, ethylane, carbon dioxide, and carbon manoxide which is known by name fault gases. The test methode used is the Dissolved Gas Analysis (DGA) and the concentration is measured by a Gas Chromatograph (GC). The DGA testing methode will identify the type and the amount of fault gases. In this skripsi examine take precedence on the concentration of methane gas which is flammable. The result of the test data is the DGA concentration range of fault gases primarily methane gas that will be analyzed and processed to obtain information for indication of failure from electrical and thermal power at the transformer. The optimum temperature of the transformer oil to be tested is a 1150C. On the temperature, the concentration of methae gas which is flammable under minimum. But on the temperature above 1150C the concentration of methane has increased again. This can lead to failure of thermal and electrical. So that needs to be maintained that the temperature does not exceed the transformer oil temperature optimum of the transformer which is 115°C.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47686
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Septi Nugraheni
Abstrak :
Pencemaran udara akibat gas rumah kaca (GRK) yang meningkat tiap tahun menyebabkan diperlukannya suatu inventarisasi emisi untuk mengetahui besarnya emisi GRK. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa sumber emisi GRK beserta karakteristiknya di Kecamatan Beji dan Cimanggis, mengestimasi jumlah emisi GRK, serta memetakan emisi GRK. Penelitian dilakukan dengan metode inventarisasi emisi sesuai dengan IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories tahun 2006 untuk sumber area dan sumber titik, sedangkan emisi GRK dipetakan menggunakan Sistem Informasi Geografis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kelurahan Tugu di Kecamatan Cimanggis mengemisikan GRK terbesar sumber area dari permukiman dengan nilai emisi CO2, CH4, dan N2O masing-masing sebesar 49.822.433,7 kg; 171,07 kg; dan 17,49 kg. Sedangkan untuk sumber titik dari kegiatan industri, Kecamatan Cimanggis menyumbang emisi GRK terbesar dengan nilai emisi CO2, CH4, dan N2O masing-masing sebesar 7.877.852.787,01 kg; 124.787,18 kg; dan 12.542,18 kg. ......Air pollution caused by greenhouse gas (GHG) that increases each year makes an emission inventory is needed to know how much GHG emission. This study aims to analyze the source of GHG emission and its characteristic in Beji and Cimanggis District, estimates GHG emitted, and maps GHG emission. This study uses an emission inventory method from IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories 2006 for area source and point source, and GHG emission is mapped with Geographic Information System. The result shows that Tugu Village in Cimanggis District emits the biggest GHGs for area source from residential with emission values for each CO2, CH4, dan N2O are 49.822.433,7 kg; 171,07 kg; dan 17,49 kg. For point source from industrial activity, Cimanggis District emits the biggest GHGs with emission values for each CO2, CH4, dan N2O are 7.877.852.787,01 kg; 124.787,18 kg; dan 12.542,18 kg.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54973
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>