Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 33 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Claudia Yuliani Kurnia
Abstrak :
Skripsi ini membahas tentang pengaruh ajaran Buddha dan Konfusianisme yang berkembang di Korea terhadap tata cara dan makna ritual pemakaman dan peringatan arwah yang dilakukan masyarakat Korea. Namun, penulis membatasi masalah ini pada ritual yang dilaksanakan sebelum mendapat pengaruh agama Kristen dan perkembangan modernisasi. Sebelum membahas topik tersebut, penulis juga membahas mengenai pandangan masyarakat Korea mengenai kematian dan kehidupan setelah kematian yang dijadikan dasar dilaksanakannya kedua ritual tersebut. Dari penelitian kualitatif deskriptif ini, disimpulkan adanya pengaruh yang kuat dari ajaran Buddha dan Konfusianisme dalam makna dan pelaksanaan ritual pemakaman dan peringatan arwah dalam masyarakat Korea dan kedua ritual tersebut tetap dilaksanakan secara turun-temurun hingga sekarang ini.
Abstract
This thesis discusses the influence of Buddhism and Confucianism that developed in Korea toward the procedure and meaning of funeral and memorial services performed in Korean society. However, the author limits this problem in the rituals conducted prior to the influence of Christianity and the development of modernization. Before addressing the topic, the author also discussed the Korean society views of death and life after death which is used as the basis of the implementation of both the ritual. From this descriptive qualitative research, we can conclude the existence of the strong influence of Buddhism and Confucianism in the meaning and implementation of funeral and memorial services in Korean society and the rituals are still carried out by generations until today.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S500
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
R. Cecep Eka Permana, 1965-
Abstrak :
ABSTRAK
Salah satu bukti tingkah laku dan budaya manusia masa lalu yang menarik untuk diungkapkan adalah yang berhubungan dengan tradisi penguburan. Penguburan memiliki arti dan peranan yang penting dalam proses kehidupan manusia. Penguburan dianggap sebagai suatu perlakuan masyarakat dalam rangka memperlakukan dan mengantar seseorang yang meninggal kembali menuju ke alam kehidupan lain, yang disebut dunia roh atau dunia para leluhur.

Aspek-aspek dalam penguburan, khususnya penguburan primer, banyak yang menarik untuk dikaji. Penelitian ini mengkaji tentang penguburan primer dengan melihat aspek-aspek orientasi/arah bujur mayat/rangka yang dikubur, sikap badan dan anggota badan mayat/rangka, serta jenis dan sebaran bekal kubur yang disertakan dalam penguburan tersebut.

Penelitian ini merupakan kajian kepustakaan, di mana data-data yang digunakan berdasarkan laporan-laporan yang telah diterbitkan. Data-data penguburan ini berasal dari situs Plawangan (Jawa Tengah), Gilimanuk (Bali), dan Liang Bua (Nusa Tenggara Timur). Data yang digunakan dalam kajian ini berjumlah 62 rangka, masing- masing 28 rangka dari situs Plawangan; 22 rangka dari situs Gilimanuk; dan 12 rangka dari situs Liang Bua.

Sebagai hasil dari kajian ini diperoleh kesimpulan bahwa orientasi atau arah bujur mayat/rangka yang dikubur sebagian besar mengarah ke gunung yang dianggap suci dengan meletakkan bagian kaki searah dengan arah gunung. Mengenai sikap badannya, umumnya dalam posisi lurus berbaring, tetapi dengan bermacam-macam variasi sikap tangan dan kaki. Sedangkan jenis bekal kubur yang umum dijumpai adalah periuk. Suatu hal yang cukup menarik dalam bekal kubur ini bahwa rangka/mayat yang berjenis kelamin perempuan selalu ditemukan bekal kubur berupa periuk, sementara itu yang berjenis kelamin laki-laki selalu dijumpai bekal kubur berupa kapak atau tajak.
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
R. Cecep Eka Permana, 1965-
Abstrak :
ABSTRAK
Hewan merupakan salah satu temuan arkeologis yang penting dalam rangka penelitian masa lalu manusia. Hewan di samping merupakan sumber pangan, juga digunakan dalam kehidupan religi yaitu sebagai bekal kubur.

Bekal kubur adalah berbagai jenis benda (termasuk manusia dan hewan) yang disertakan bersama mayat dalam penguburan. Penyertaan bekal kubur pada mayat/rangka ini umumnya berlandaskan keinginan dan kepercayaan masyarakat yang masih hidup untuk mencukupi keperluan si mati dalam perjalanan ke alam arwah, dan untuk melanjutkan kehidupan di sana.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini pada dasarnya berupa deskriptif analitik. Data-data yang dikumpulkan berupa data-data sekunder, yaitu hasil-hasil laporan penelitian lapangan atau ekskavasi arkeologi yang telah diselenggarakan oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan Balai Arkeologi Denpasar. Data-data tersebut dicatat, dipilah, dan dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu mengetahui jenis-jenis hewan yang digunakan sebagai bekal kubur, mengetahui ciri-ciri khusus dari kubur yang menggunakan bekal kubur hewan, dan mengetahui latar belakang dipilihnya jenis hewan tertentu sebagai bekal kubur.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah: Pertama, jenis-jenis hewan yang digunakan sebagai bekal kubur di situs Gilimanuk adalah hewan babi, anjing, dan ayam; Kedua, secara tegas tidak ada ciri khusus yang membedakan antara kubur yang menggunakan hewan dengan kubur yang tanpa menggunakan hewan sebagai bekal kubur; Ketiga, mengingat hanya sebagian kecil saja kubur yang menggunakan bekal kubur berupa hewan, maka kemungkinan besar menunjukkan status sosial tertentu dalam masyarakatnya. Di samping itu, disertakannya hewan dalam penguburan tersebut mempunyai latar belakang dan makna tertentu pula.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Tangkeliku, Agustinus Sem Porak
Abstrak :
Disertasi ini mengkaji perkembangan judi dalam ritual adu kerbau (ma’pasilaga tedong) dalam upacara pemakaman rambu solo’ di Tana Toraja dan Toraja Utara. Perkembangan judi dalam atraksi ma’pasilaga tedong yang menggambarkan perubahan dalam masyarakat Toraja baik itu perubahan struktur sosial dan juga perubahan ritual. Pelaksanaan upacara rambu solo’ yang semakin mewah menjadi fenomena akan perubahan yang sedang terjadi dalam masyarakat Toraja. Perkembangan judi dalam permainan adu kerbau dapat menjadi jendela untuk melihat perubahan sosial dan kebaharuan dalam ritual. Ma’pasilaga tedong tidak bisa dilepaskan dari ritual rambu solo’ karena kerbau dan permainan adu kerbau bagian dari ritual. Selama kerbau masih ada kerbau dan menjadi hewan kurban dalam upacara rambu solo' adu kerbau akan selalu ada dalam rambu solo’. Permainan selalu terbuka pada tindakan judi yang dapat melahirkan pranata baru. Pertanyaan yang bisa diajukan terhadap fenomena ini adalah bagaimana perubahan tersebut terjadi dan bagaimana para aktor berperan sebagai agen perubahan? Data diperoleh melalui penelitian dengan menggunakan metode etnografi yang menekankan observasi terlibat dan wawancara mendalam. Melalui observasi peneliti terlibat dalam ritual dan hadir dalam arena judi. Data-data observasi diperkuat dan dilengkapi melalui wawancara mendalam dengan para tokoh adat dan pelaku ritual serta aktor judi. Data lapangan juga diperkaya dengan penelusuran literatur. Data dianalisa berdasarkan perspektif ritual sebagai proses perubahan sosial. Ritual adalah tindakan untuk memberi penghormatan kepada yang meninggal yang bisa menguatkan ikatan para pelaku ritual dengan para leluhur. Fungsi ritual juga memperkuat ikatan sosial di antara pelaku ritual. Selanjutnya tindakan pengorbanan yang selalu menyertai ritual menjadi sarana (kendaraan) untuk mempresentasikan status sosial dan mengkonstruksi pranata judi. ......This dissertation discusses the development of gambling in the buffalo fighting ritual (ma'pasilaga tedong) in the rambu solo' funeral ceremony in Tana Toraja and North Toraja. The development of gambling in the ma'pasilaga tedong attraction depicts changes in Toraja society, both changes in social structure and also changes in rituals. The increasingly luxurious implementation of the rambu solo' ceremony is a phenomenon that reflects the changes that are taking place in Toraja society. The development of gambling in buffalo fighting games can be a window to see social changes and newness in rituals. Ma'pasilaga tedong cannot be separated from the rambu solo' ritual because buffalo and buffalo fighting games are part of the ritual. As long as there are still buffaloes, and they are sacrificial animals in the rambu solo ceremony, buffalo fighting will always be in rambu solo'. The game is always open to gambling actions that can give birth to new institutions. The questions that can be asked about this phenomenon are how does this change occur, and how do actors act as agents of change? Data was obtained through research using ethnographic methods, which involved observation and in-depth interviews. Through observation, researchers were involved in rituals and were present in the gambling arena. Observational data is strengthened and complemented through in-depth interviews with traditional leader ritual practitioners and gambling actors. Field data was also enriched by literature searches. Data were analyzed based on the perspective of ritual as a process of social change. Rituals are actions to pay respects to the dead which can strengthen the bonds of ritual practitioners with their ancestors. The ritual function also strengthens social ties between ritual practitioners. Furthermore, the act of sacrifice that always accompanies the ritual becomes a means (vehicle) for presenting social status and constructing gambling institutions.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Romi
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan pada masyarakat Suku Baduy yang terletak di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Penelitian ini mengambil tema tentang ritus kematian, salah satu ritual khusus yang dianggap sakral bagi masyarakat Suku Baduy. Ritus kematian yang dilakukan oleh masyarakat Suku Baduy adalah bentuk ketaatan masyarakat dalam menjalankan aturan adat yang mengharuskan mereka menjalankan prosesi ritual ketika salah seorang dari mereka meninggal dunia. Ritual ini dilakukan bukan hanya sebatas aturan adat yang menjadi acuan masyarakat dalam melakukannya, melainkan sebagai bentuk penghormatan terakhir keluarga terhadap si mayit. Selain itu, ritual kematian dianggap penting karena masyarakat Baduy percaya bahwa ritual kematian diyakini mampu mengantarkan roh si mayit ke tempat suci (Mandala Hiyang), dan tidak tersesat ke tempat larangan (Buana Larang). Ritus kematian masyarakat Suku Baduy dilakukan karena masyarakat percaya bahwa kematian adalah awal dari perjalanan roh si mayit menjalankan kehidupan barunya di tempat lain bersama para leluhur mereka terdahulu. Oleh karena itu, masyarakat Suku Baduy percaya bahwa dengan mentaati semua aturan adat dan mampu menjaga alam semesta titipan leluhur mereka, berharap setelah kematian bisa bersama-sama dengan para leluhur. Interaksi yang dibangun oleh masyarakat Baduy dengan para leluhur adalah dengan cara menjaga alam semesta. Dengan demikian, makna kematian bagi masyarakat Baduy sangat mendalam karena menyangkut keberlangsungan orang hidup dan keberlangsungan roh si mayit dengan para leluhurnya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan antropologis. Sedangkan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan studi pustaka. Ritus kematian masayarakat Suku Baduy diwarnai berbagai macam simbol yang menunjukan adanya relasi antara orang hidup, orang mati dan alam semesta. Masyarakat Suku Baduy juga memahami bahwa kematian merupakan bagian dari siklus hidup manusia dan sekaligus menunjukan adanya keberlangsungan roh si mayit dengan roh para leluhurnya di tempat suci. Oleh karena itu, relasi yang dibangun masyarakat Suku Baduy antara orang mati dan orang hidup melalui ritus yang dilakukan sebagai bentuk keterjalinan dan memastikan roh si mayit dapat menghadap yang suci dan bisa bertemu dengan para leluhurnya di tempat suci (Mandala Hiyang). ......This research was conducted on the Baduy Tribe community located in Kanekes, Leuwidamar, Lebak, Banten. This research takes the theme of the death rite, the special ritual that is considered sacred to the Baduy tribe. The death rite performed by the Baduy people is a form of community obedience in carrying out customary rules that require them to carry out a ritual procession when one of them dies. This ritual is carried out not only to the extent of the customary rules that are the reference for the community in doing so, but as a form of the family's last respect for the dead. In addition, the death ritual is considered important because the Baduy people believe that the death ritual is considered to be able to deliver the spirit of the dead to the holy place (Mandala Hiyang), and not stray to the place of prohibition (Buana Larang). The death rite of the Baduy people was carried out because the people believed that death was the beginning of the mayit living his new life elsewhere with their previous ancestors. Therefore, the people of the Baduy Tribe believe that by obeying all customary rules and being able to maintain the universe entrusted by their ancestors, hope that after death they can be together with the ancestors. The interaction built by the Baduy people with the ancestors was by taking care of the universe. Thus, the meaning of death for the Baduy people is very deep because it concerns on the continuity of the living and the continuity of the spirit of the dead with his ancestors. This research used qualitative methods with anthropological approach. Observation, interviews and literature studies were used in collection data. The death rites of the Baduy people are colored by various simbols that indicate the relationship between the living, the dead and the universe. The Baduy people also understand that death is part of the human life cycle and at the same time shows the continuity of the spirit of the dead with the spirit of his ancestors in the holy place. Therefore, the relationship built by the Baduy tribe between the dead and the living through rites is carried out as a form of intertwining and ensuring that the spirit of the dead can face the holy and can meet his ancestors in the holy place (Mandala Hiyang).
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R.P. Soejono
Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional, 2008
930.1 SOE s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bae, Yong-pha
Seoul : Onbooks, 2006
KOR 306.519 BAE k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kerrigan, Michael
Abstrak :
he History of Death explores the compelling subject of death, burial, and the afterlife in varied cultures, societies, and ages. Examines the various approaches to funerals, from sky burials in Tibet and mummification in Egypt, to being left to rot in the family home in Indonesia. Balances grim facts with intriguing details, such as remarkable burial requests, extravagant funerals, human sacrifice, and ritual killings. Illustrated throughout with photographs and artworks of representations of death and funerary rituals throughout history up to the present day"
Jakarta: Elex Media Komputindo, 2017
394.4 KER s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Fatimah Yahya
Abstrak :
Bon-odori sebagai salah satu kebudayaan Jepang sudah berkembang sejak sangat lama dan masih dipraktikkan hingga saat ini. Selama perkembangan zaman dan teknologi Bon-odori juga mengalami beberapa perkembangan. Penelitian ini akan membahas mengenai perubahan makna sakral dan perubahan lainnya yang terjadi pada Bon-odori sejak masuk ke Jepang hingga saat ini. Penelitian ini menggunakan metode studi literasi. Berdasarkan hasil penelitian tidak ada perubahan makna sakral pada Bon-odori yang masih dilakukan di Jepang. Sedangkan pada aspek-aspek lain Bon-odori, seperti gerakan, lagu, musik, dan instrumen pengiring Bon-odori terdapat perubahan yang terjadi seiring berkembangnya zaman.
ABSTRACT
Bon-odori as one of the Japanese cultures have developed since a very long time and are still practiced today. During the changing era and technologies development Bon-odori also experienced some developments. This research will discuss changes in sacred meaning and other changes that have occurred in Bon-odori since entering Japan until now. This research uses literacy study methods. Based on the result of the research there were no changes in the sacred meaning of Bon-odori that were still carried out in Japan. Whereas in the other aspects of the Bon-odori, such as movements, songs, music, and, accompaniment instruments of the Bon-odori there are changes that occur as the times passes.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Naskah terdiri dari berbagai macam teks yang antara lain berisi: 1. Doa-doa yang diucapkan pada waktu mengiringi jenasah menuju pemakaman. Naskah diterima Pigeaud pada tanggal 24 Januari 1938; 2. Kisah Suta dodol sega. Naskah diterima Pigeaud pada tanggal 15 Mei 1935; 3. Macam-macam istilah seperti maling, kecu, bangsat, kere. Naskah diterima Pigeaud pada bulan Agustus 1935; 4. Daftar nama binatang seperti cacing, lintah dll disertai gambar dan keterangan bentuknya. Naskah diterima Pigeaud pada bulan Juni 1935; 5. Daftar kata sinonim disertai keterangan artinya. Naskah diterima Pigeaud, Juli 1935; 6. Uraian dan gambar bagian kaki. Naskah diterima Pigeaud, Agustus 1935; 7. Uraian tentang tali. Naskah diterima Pigeaud pada bulan Agustus 1935; 8. Daftar kata dan penjelasan artinya. Naskah diterima Pigeaud pada Mei 1937. Naskah tidak memuat keterangan penulis/penyalin, demikian pula dengan keterangan tarikh penulisan/penyalinan tidak ditemukan dalam teks. Penyunting menduga teks dikarang dan disalin oleh Mandrasastra sendiri sekitar tahun 1930.
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
UR.77-W 55.05
Naskah  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>