Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurhanna Fujiko Kamaruddin
"Krisis ekonomi serta rencana pengurangan bea masuk antar negara di kawasan ASEAN membuat dipertanyakannya potensi pasar di wilayah ASEAN dan resiko lingkungan investasi yang selama ini dianggap sebagai daya tarik utama, serta mengakibatkan restrukturisasi industri otomotif di kawasan ASEAN. Selama ini, di wilayah ASEAN, produsen otomotif membuat pabrik perakitan di masing-masing negara, dan bersaing secara domestik di masing-masing negara untuk memperoleh pangsa pasar terbesar di negara tersebut. Hal ini mengakibatkan tingginya harga kendaraan dengan ragam yang terbatas dan dukungan pemasok domestik skala kecil dan terbatas, sehingga impor komponen CKD masih cenderung tinggi.
Di pihak lain, pelaksanaan AFTA membuka peluang bagi industri otomotif Indonesia untuk melakukan ekspor ke kawasan ASEAN, karena produk komponen Indonesia dapat menjadi lebih kompetitif di kawasan ASEAN akibat penurunan bea masuk hingga tinggal sebesar 0% hingga 5% dengan kandungan ASEAN paling sedikit 40%, penghapusan hambatan non-tarif, prosedur bea cukai yang umum serta liberalisasi investasi dan jasa; apalagi wilayah ASEAN memiliki populasi total sekitar 500 jutajiwa dengan GDP sebesar US$ 750 milyar.
Krisis ekonomi, pelaksanaan AFTA, dan globalisasi memberikan tiga isu utama yang hams dipikirkan oleh perusahaan otomotif. Pertama, peninjauan ulang pengadaan komponen yang selama ini mayoritas diperoleh dari negara maju, karena menurunnya nilai tukar Rupiah membuat biaya pengadaan komponen menjadi sangat mahal. Kedua, pelaksanaan AFTA berarti semakin ketatnya persaingan bisnis akibat masuknya pemain dari kawasan ASEAN, karena memiliki rangkaian produk otomotif yang hampir serupa. dengan Indonesia dengan harga yang kompetitif akibat penurunan tarif masuk. Di pihak lain AFT A juga membuka peluang ekspor komponen dari Indonesia. Ketiga, tekanan persaingan yang semakin meningkat membuat siklus pengembangan produk menjadi sangat cepat, ditambah dengan keharusan akan menyediakan produk dan jasa dalam waktu yang cepat, serta pemasok spesialis teknik semakin banyak, sehingga muncul fungsi tertentu di dalam perusahaan yang lebih efektif dan efisien jika tidak dikerjakan sendiri.
Kondisi demikian merupakan latar belakang meningkatnya kegiatan Outsourcing di dalam perusahaan otomotif di Indonesia, karena dengan melaksanakan outsourcing, perusahaan dapat memfokuskan dirinya pada kegiatan yang paling memberikan keunggulan bersaing (competitive advantages).
Penulis memilih topik "Global outsourcing sebagai Strategi PT. XYZ dalam Menghadapi AFTA" untuk mempelajari bagaimana antisipasi perusahaan ini dalam menghadapi ketiga isu tersebut di atas, yang difokuskan dalam metoda pengadaan kompone!l yang selama ini diperoleh dari Jepang. Perusahaan ini dipilih karena PT. XYZ merupakan pemimpin pasar otomotif di Indonesia, memiliki tingkat kandungan lokal yang tinggi, serta memiliki perusahaan afiliasi di kawasan A SEAN dan jaringan pemasok di seluruh Indonesia.
Metoda penelitian yang digunakan adalah analisis terhadap data sekunder dari badan ekonomi seperti WTO, Bank Indonesia, dan OECD, untuk melihat lingkungan bisnis saat ini, serta pengamatan dalam pelaksanaan outsourcing di PT.XYZ sebagai perusahaan perakit otomotif dan A TPM merk XYZ, yang telah melakukan outsourcing dalam operasinya.
Aspek yang dianalisis adalah metoda penentuan strategi sourcing, yang meliputi pemilihan supplier, pemilihan komponen yang akan di-outsource, manajemen pengadaan komponen dari kawasan ASEAN (globul sourdng/ production buse), Commotz-desigr. untuk memperoleh economics of scale, serta implementasi strategi pada proyek.
Pcngamatan menunjukkan bahwa perusahaan cenderung mengurangi komponen impor dari Jepang, untuk menghindari fluktuasi nilai tukar mata uang asing yang terjadi selama krisis moneter; dengan meningkatkan pengadaan komponen dari domestik Indonesia, baik dengan membuat sendiri di dalam pabrik, maupun Outsourcing ke pemasok komponen di Indonesia maupun dari kawasan ASEAN (Multi Sourced Parts) karena banyaknya pemasok grup XYZ yang melakukan investasi di kawasan ini. Selain itu, perusahaan juga melakukan modularisasi proses untuk mempermudah pemasokan ke pabrik dan pengurangan ragam rancangan untuk komponen moneter; dengan meningkatkan pengadaan komponen dari domestik Indonesia, baik dengan membuat sendiri di dalam pabrik, maupun Outsourcing ke pemasok komponen di Indonesia maupun dari kawasan ASEAN (Multi Sourced Parts) karena banyaknya pemasok grup XYZ yang melakukan investasi di kawasan ini. Selain itu, perusahaan juga melakukan modularisasi proses untuk mempermudah pemasokan ke pabrik dan pengurangan ragam rancangan untuk komponen standar. PT. XYZ juga mendorong ekspor komponen dari Indonesia ke afiliasi XYZ di kawasan ASEAN jika komponen tersebut harganya kompetitif dibandingkan dengan pemasok dari kawasan ASEAN. Temuan yang lain adalah kecenderungan semakin ditinggalkannya pemilihan pemasok dalam satu grup bisnis (keiretsu), karena ketatnya persaingan membuat perusahaan harus membuka diri ke perusahaan non-Jepang yang dapat memberikan harga yang kompetitif. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya pemasok PT. XYZ yang bukan merupakan joint venture dengan Jepang, seperti Wijaya Karya Indonesia, maupun Autoliv Australia.
Berdasarkan pengamatan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa PT. XYZ melaksanakan outsourcing terhadap pengadaan komponen untuk menurunkan biaya komponen, sehingga harga jual kendaraan secara keseluruhan dapat diturunkan tanpa menurunkan kualitas produk. Pemilihan sumber pasokan dipengaruhi oleh faktor tarif impor, baik kebijakan pemerintah clalam menentukan pajak impor, maupun dari penerapan tarifikasi regional seperti AFT A. Untuk mencapai outsourcing yang berhasil, maka PT. XYZ harus melakukan koordinasi yang kuat antara PT. XYZ clengan pemasoknya. PT. XYZ juga harus mengkaji aspek finansial untuk mengetahui apakah outsourcing yang dilakukan benar-benar memberikan manfaat bagi bisnis perusahan. Terakhir, PT. XYZ harus memiliki tenaga kerja yang mengerti aspek teknis komponen dan proses yang aka;1 dioutsource dan manajemen proyek. standar. PT. XYZ juga mendorong ekspor komponen dari Indonesia ke afiliasi XYZ di kawasan ASEAN jika komponen tersebut harganya kompetitif dibandingkan dengan pemasok dari kawasan ASEAN. Temuan yang lain adalah kecenderungan semakin ditinggalkannya pemilihan pemasok dalam satu grup bisnis (keiretsu), karena ketatnya persaingan membuat perusahaan harus membuka diri ke perusahaan non-Jepang yang dapat memberikan harga yang kompetitif. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya pemasok PT. XYZ yang bukan merupakanjoint venture dengan Jepang, seperti Wijaya Karya Indonesia, maupun Autoliv Australia. Berdasarkan pengamatan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa PT. XYZ melaksanakan outsourcing terhadap pengadaan komponen untuk menurunkan biaya komponen, sehingga harga jual kendaraan secara keseluruhan dapat diturunkan tanpa menurunkan kualitas produk. Pemilihan sumber pasokan dipengaruhi oleh faktor tarif impor, baik kebijakan pemerintah clalam menentukan pajak impor, maupun dari penerapan tarifikasi regional seperti AFT A. Untuk mencapai outsourcing yang berhasil, maka PT. XYZ harus melakukan koordinasi yang kuat antara PT. XYZ clengan pemasoknya. PT. XYZ juga harus mengkaji aspek finansial untuk mengetahui apakah outsourcing yang dilakukan benar-benar memberikan manfaat bagi bisnis perusahan. Terakhir, PT. XYZ harus memiliki tenaga kerja yang mengerti aspek teknis komponen dan proses yang aka;1 dioutsource dan manajemen proyek."
2003
T11642
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diaz Rahmah Irhani
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak ACFTA terhadap industri perikanan di Indonesia. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah lima negara di ASEAN yaitu Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand dan Vietnam sebelum dan sesudah ACFTA dalam kurun waktu 5 tahun sebelum dan 10 tahun sesudah ACFTA yaitu, tahun 2004 – 2019. Teknik analisis yang digunakan adalah uji beda dengan uji Mann Whitney. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Ekspor Perikanan Indonesia mengalami kemajuan setelah penerapan ACFTA dan Berdasarkan hasil analisis uji beda diketahui bahwa ekspor sektor perikanan Indonesia lebih baik dari Thailand. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata peringkat Indonesia sebesar 17,94, lebih tinggi dari Thailand yang sebesar 15,06. Disarankan agar industri perikanan Indonesia mengembangkan teknologi perikanan untuk mempromosikan ekspor dengan menggunakan teknologi informasi untuk memperluas jaringan pemasaran produk baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

This study aims to analyze the impact of ACFTA on the fishing industry in Indonesia. The samples used in this study were five countries in ASEAN, namely Indonesia, Singapore, Malaysia, Thailand and Vietnam before and after ACFTA in 2004 – 2019. The analysis technique used was a different test with the Mann Whitney test. The results of this study indicate that Indonesian Fishery Exports have progressed after the implementation of the ACFTA and Based on the results of different test analyses, it is known that Indonesia's fisheries sector exports are better than Thailand's. This can be seen from the mean value of Indonesia's rank of 17.94, which is higher than Thailand's 15.06. It is recommended that the Indonesian fishery industry develop fishery technology to promote exports using information technology to expand the product marketing network both domestically and overseas."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Sejak kelahiran ASEAN-China Free trade area (ACFTA) pada tahun 2002, gagasan tersebut tela memancing banyak pertanyaan. Mengapa ACFTA perlu disepakati? Apa pula manfaatnya pada ekonomi dan pembangunan negara-negara ASEAN? Bagaimana pengaruhnya terhadap daya saing negara-negara ASEAN yang rendah terkecuali Singapore dan Malaysia? Gaung pertanyaan ini sejak awal 2010 muncul lebih nyaring karena ketentuan pasar bebas di Indonesia, Brunei, Malaysia, Thailand, Singapore. Sedangkan negara-negara yang belakangan bergabung dengan ASEAN seperti Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam muai menerapkannya lima tahun kemudian. Tulisan ini membahas masalah-masalah yang muncul dari pertanyaan-pertanyaan di atas dan juga memberikan berbagai solusi dalam mengatasi dilema yang timbul dari penerapan ACFTA tersebut.
"
330 ASCSM 9 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Harry Bowo
"Tesis ini membahas sejauh mana pengaruh penerapan ACFTA terhadap nilai perdagangan Indonesia atas China pada beberapa komoditas terpilih. Penelitian ini menggunakan regresi sebagai alat utama dalam mengestimasi parameter model ekspor dan impor komoditas terpilih Indonesia atas China dengan pendekatan analisis data panel.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pemberlakuan ACFTA berpengaruh terhadap nilai perdagangan antara Indonesia-China (pada komoditas terpilih). Produk Domestik Bruto Riil China berpengaruh terhadap ekspor komoditas terpilih Indonesia ke China dalam model ekspor. Sedangkan Produk Domestik Bruto Riil Indonesia dan nilai tukar riil Rupiah terhadap Yuan China berpengaruh terhadap impor komoditas terpilih Indonesia dari China pada model impor.

This thesis discusses the impact of implementation of The ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) on Indonesia-China?s Trade for selected commodities. The main tool to estimate parameters of the model of export and import is regression with panel data analysis.
The study concludes that the implementation of ACFTA affects trade value between Indonesia and China (on selected commodities). Export model shows China?s real GDP affects Indonesia's export of selected commodities to China. While import model shows Indonesia's real GDP and real exchange rate of Rupiah against Chinese Yuan affect Indonesia's imports of selected commodities from China.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T26148
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Walaupun tidak ada penelitian atau literatur mengenai pemanfaatan kesepakatan-kesepakatan perdagangan bebas (FTAs) yang ada hingga saat ini, baik yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia maupun ASEAN., oleh usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia, dugaan kuat adalah pada umumnya UMKM di Indonesia tidak memanfaatkan FTAs. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengidentifikasi penyebab-penyebab utama mengapa selama ini kebanyakan UMKM di Indonesia tidak memanfaatkan peluang-peluang yang ada dari adanya FTAs. Berdasarkan studi-studi yang ada di negara-negara Asia ada sejumlah kemungkinan alasan termasuk diantaranya keterbatasan informasi mengenai FTAs, prosedur yang mahal dan ruwet untuk mendapatkan surat keterangan asal dan sedikitnya UMKM yang melakukan kegiatan perdagangan internasional."
INFOKOP 24:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library