Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 24 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Naning Widaningsih Hendro Lukito
Abstrak :
Penulis tertarik untuk mengetahui secara lebih mendalam tentang adanya perbedaan pengucapan fonem-fonem tertentu yang dilakukan oleh penutur asli bahasa Prancis. Perbedaan tersebut sering terjadi pada waktu penutur bahasa Prancis mengoposisikan dan merealisasikan fonem /e/ dan fonem / /
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S14395
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Avant d'aborder notre etude proprement dite, il est necessaire de preciser 1'objet do notre etude et ensuite faire 1'analyse de la construction d'une phrase. Dans on livre Elements de Linguitique Generale. Martinet a constate que le noyau d'un enonce est le syntagme predicatif. Qu'est-ce qu'un syntagme predicatif ? Un syntagme predicatif est 1'unite minimum d'une phrase qui peut. A elle seul costituer le message. Cela veut dire que ce pour ce faire, deux monemes au moins sent necesscaires, don_t est le porteur du message et 1'autre en est 1'actualisateur. Voyons 1'example : Elle travaillera; travaillera actualiselle, potteur du message. Le rapport entre les deux elements principaux d'un syntagme predicatif est dit actualisation. Ces elements sent : premierement le participant actif ou passif dent 1e role est la mise en valeur, dit sujet, et predicat, un etat de chose ou un evenement sur lequel on attire l'attention. Dans Elle trvaillera,: elle est sujet travaillera est le presicat. En francais le sujet n_est pas autonome sa fonection est marqueepar marquee par sa posision par rapport au predi_
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1973
S14457
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Christina Uliaty
Abstrak :
ABSTRAK
Tujuan skripsi ini adalah memperlihatkan berbagai pola cakapan di dalam Archipel I yang menggambarkan bagai_mana partisipan berusaha mencapai tujuan utama. Sainpel yang diteliti untuk bahan analisis adalah 21 cakapan yang terdapat di dalam Archipel I.

Teori Parisi dan Castelfranchi (1981) beserta Austin (1960) dipakai dalam menganalisis tujuan cakapan. Tujuan dalam cakapan terdiri atas tujuan langsung (T1) yaitu tuju_an yang mengatur munculnya kalimat yang diujarkan seseorang. Pada saat T1 dikejar, ada tujuan yang dinamakan tujuan pengontrol (To) yaitu tujuan mengetahui apakah pendengar mendengar kalimat yang diujarkan pembicara, telah memahami hal tersebut dan telah mengambil tujuan kalimatnya. Tujuan yang lainnya adalah tujuan utama (T2) yaitu tujuan partisi_pan dalam menggunakan ujaran melalui sarana T1.

Hasil analisis tujuan cakapan digambarkan dalam bentuk skema. Skema dibuat berdasarkan tahapan yang dilakukan partisipan dalam mencapai T2nya. Selanjutnya dilakukan pengelompokan skema berdasarkan persamaan bentuk-bentuk skema yang terlihat dan yang masing-masing memperlihatkan persamaan cara partisipan berusaha mencapai T2. Setiap kelompok skema yang menunjukkan persamaan tersebut dijadikan satu pola cakapan yang diberi nama sesuai dengan bentuk skema yang terlihat_
1990
S14401
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tesa Noviyati Bandiyoko
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam bahasa Prancis terdapat beberapa fungsi, diantaranya fungsi modals, yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan fungsi keterangan cara. Yang dimaksud dengan fungsi keterangan cara dalah fungsi yang menerangkan predikat kalimat.Diketahui bahwa ada lebih dari satu bentuk unsur pengisi fungsi keterangan cara bahasa Prancis. Yang menjadi topik dalam skripsi ini adalah, aoa saja bentuk unsur pengisi fungsi keterangan cara, apa penanda fungsinya dan di mana posisinya dalam kalimat

Untuk mengetahui bentuk unsur pengisi fungsi keterangan cara dalam skripsi yang berjudul Bentuk dan Posisi Unsur Pengisi Fungsi Keterangan Cara Bahasa Pranci digunakan konsep satuan gmatikal. Selain itu digunakan konsep fungsi dan otomasi sintaksis untuk melihat dalam kalimat.

Berdasarkan analisis yang dilakukan terlihat bahwa (1) dari segi bentuk, fungsi keterangan cara bahasa Prancis mengenal 4 bentuk pengisi fungsi, yaitu momen, sintem, sintagma, dan klausa. (2) dilihat dari penanda fungsi keterangan cara terdapat penanda berupa monem fungsional (dalam hal ini preposisi) dan ujaran baku (locution prepositionale). Akhirnya (3) ada unsur yang otonom dan unsur yang tidak otonom. posisi unsur yang otonom dalam kalimat dapat berubah tanpa mengubah makna kalimat tersebut. Ada dua jenis unsur yang tidak otonom, yaitu unsur yang posisinya dalam kalimat sama sekali tidak dapat berubah, dan unsur tidak otonom yang posisinya dalam kalimat dapat berubah dengan mengubah makna kalimat.

Dengan demikian jelas bahwa unsur fungsi keteragan cara bahasa Prancis terdiri dari beberapa bentuk dan posisinya dalam kalimat pun beragam.

Akhirnya, diharapkan hasil analisis ini dapat menjadi masukan paling tidak dalam penyusunan buku pedoman tata bahasa guru bahasa Perancis untuk menyajikan atau menerangkan fungsi keterangan sedemikian sehingga daat dicerna oleh seseorang yang sedang belajar bahasa Prancis.
1989
S14063
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanisyah Fahmi
Abstrak :
Penelitian dilakukan melalui penelitian kepustakaan yaitu dengan menggunakan kamus ekabahasa bahasa Perancis dan kamus ekabahasa bahasa Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ketepatan padanan yang diberikan pada satuan leksikal perumahan dan melihat apakah kamus tersebut dapat disebut sebagai kamus produksi. Pengumpulan data dilakukan dengan memilih kata kepala yang padanannya mengacu pada perumahan dan terdapat pada kamus umum Perancis-Indonesia karangan Prof. Drs. S. Wojowasito dan Hartono Ruslan D.E.S. Data dikelompokkan menurut kiasifikasi bangunan tempat tinggal yang dikemukakan oleh Dewey (1965:113). Penelitian tentang ketetapen padanan dilakukan dengan menggunakan teori analisis sem yang dikemukakan oleh Tutescu (1979:75). Penelitian untuk melihat apakah kamus tersebut dapat disebut sebagai kamus produksi (bahasa Perancis bahasa ibu pemakai kamus) dilakukan dengan membandingkan cara penyajian padanan, tipe padanan, bahasa yang digunakan dalam keterangan penjelas, dengan kaidah-kaidah penyusunan kamus dwibahasa serta dengan melihat ketepatan padanan yang diberikan. Teori yang dipergunakan dalam analisis Cara penyajian padanan dan bahasa yang dipergunakan dalam keterangan penjelas adalah teori yang dikemukakan oleh Al-Kasimi {1977:68 dan 23). Teori yang dipergunakan dalam analisis tipe padanan adalah teori tipe padanan pada kamus dwibahasa yang dikemukakan oleh Zgusta (1971:32) dan A1-Kasimi (1977:61). Hasil penelitian menunjukan bahwa 33,33% dari padanan yang diberikan adalah merupakan padanan yang tepat, 65,31% padanan yang kurang tepat dan 1,36% padanan yang salah. Sebagai sebuah kamus produksi, kamus tersebut kurang memadai karena: 52,38% dari padanan yang diberikan merupakan padanan tipe penjelasan yang tanpa disertai keterangan penjelas, 4,76% padanan tipe penjelasan yang disertai keterangan penjelas, hanya 40,14% padanan tipe sinonim tanpa keterangan penjelas dan 2,72% padanan tipe sinonim yang disertai keterangan penjelas. Sebagai sebuah kamus produksi, penyusun kamus harus mengutamakan padanan tipe sinonim agar padanan tersebut dapat dipersiapkan dalam kalimat-kalimat yang mempergunakan bahasa Indonesia. b. Padanan yang berasal dari satuan leksikal bahasa sumber yang merupakan polisemi tidak diberi keterangan penjelas yang menunjukkan perbedaan makna padanan.Sebagai sebuah kamus produksi, padanan yang demikian harus diberi keterangan penjelas agar pemakai kamus dapat membedakan makna padanan yang diberikan dari padanan lain yang juga dimiliki oleh kata kepala yang sama dan dapat mempergunakannya dalam konteks yang tepat. c. Bahasa yang digunakan dalam keterangan penjelas adalah bahasa Indonesia. Sebagai sebuah kamus yang ditujukan bagi pemakai kamus yang bahasa ibunya bahasa Perancis, keterangan penjelas harus disajikan dalam bahasa Perancis agar pemakai kamus dapat memahami penjelasan yang diberikan penyusun kamus.d. Sebagian besar {65,31%) dari padanan yang diberikan merupakan padanan yang kurang tepat. Sebagai sebuah kamus produksi, padanan yang. diberikan harus merupakan padanan yang tepat agar kalimat-kalimat yang dibentuk dengan mempergunakan padanan tersebut merupakan kalimat yang baik dan memiliki makna yang sama dengan pesan yang ingin disampaikan penulis atau pembicara. Satuan leksikal bahasa sumber yang padanannya mengacu pada perumahan sebaiknya diteliti kembali dan diadakan perbaikan. Sebaiknya penulis kamus mengaktifkan penggunaan keterangan penjelas agar padanan yang maknanya hanya mencakup sebagian maknasatuan leksikal bahasa sumber dapat sepadan dengan makna sebenarnya. Kamus yang ditujukan bagi pemakai kamus yang bahasa ibunya bahasa Indonesia sebaiknya tidak disatukan dengan kamus yang ditujukan bagi pemakai kamus yang bahasa ibunya bahasa Perancis, agar bentuk penyajian kamus tersebut dapat disesuaikan dengan kebutuhan pemakai kamus dan kaidah-kaidah penyusunan kamus dwibahasa yang berlaku.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danihar Irawati Is. Gunawan
Abstrak :
Pembahasan deskriptif sufiks nominalisator bahasa Perancis dilakukan karena jumlah dan macamnya yang banyak, di mana setiap macam memiliki satu nilai atau lebih. Deskripsi ini bertujuan untuk memerikan macam macam sufiks nominalisator tersebut dan nilai yang dimiliki oleh setiap macamnya. Pembahasan sufiks nominalisator ini dilakukan berdasarkan teori linguistik aliran fungsional, khususnya yang menyangkut morfologi. Pengumpulan data dilakukan berdasarkan kamus ekabahasa Petit Robert 1, Dictionnaire de ia Langue Francaise. Sufiks nominalisator yang dapat bergabung dengan verba ada 17 buah, dengan adjektiva hanya 3 buah dan dengan keduanya ada 14 buah. Hasilnya menunjukkan bahwa pembentukan nomina melalui proses afiksasi atau derivasi, cenderung terjadi pada verba. Penambahan sufiks nominalisator pada sebuah verba dapat menghasilkan bermacam-macam nilai, dan nilai terbanyak adalah nilai tindakan. Dari 33 sufiks nominalisator yang ada, sufiks nominalisator, yang produktif adalah sufiks nominalisator -ment mencapai jumlah 1024 (18.08%).
Depok: Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budiman Hakim
Abstrak :
Tujuan penulisan skripsi ini adalah menggambarkan istilah Perancis dalam peristilahan pos Indonesia. Data dikumpulkan dari buku Kamus Pos dan Giro, buku Vocabu_laire Polyglotte du Service Postal International, benda-benda pos serta wawancara dengan beberapa tokoh perposan dan salah seorang penyusun buku Kamus Pos dan Giro. Penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan istilah pos Indonesia yang berasal dari bahasa Perancis dari sumber data yang ada. Istilah pos Indonesia tersebut lalu diteliti dan dikelompokkan berdasarkan pembentukannya. Dari analisis data diketahui bahwa dari seluruh istilah pos Indonesia yang berasal dari bahasa Perancis, 60,2% merupakan hasil penerjemahan, 13% hasil penyerapan serta 26,8% hasil penerjemahan sekaligus penyerapan. Jumlah persentase yang besar dari istilah hasil penerjemahan menandakan bahwa Indonesia hanya mengambil konsep istilah bahasa Perancis, sedangkan bentuknya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Pembentukan istilah pos Indonesia dari bahasa Perancis jelas menambah kosa kata bahasa Indonesia, baik istilah hasil penerjemahan, penyerapan, maupun penerjemahan sekaligus penyerapan. Istilah pos Perancis dapat dikatakan memasuki peristilahan pos Indonesia karena pemaksaan, yaitu sebagai konsekuensi masuknya Indonesia menjadi anggota organisasi Perhimpunan Pos Sedunia. Dari seluruh istilah pos Indonesia yang terdapat dalam buku Kamus Pos dan Giro, 32,11% berasal dari bahasa Perancis. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh bahasa Perancis pada peristilahan pos Indonesia cukup besar.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S16392
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Cecilia Hegi
Abstrak :
ABSTRAK
Setiap bahasa bersifat universal dan sekaligus bersifat unik. Yang dimaksud dengan universal adalah bahwa setiap bahasa memiliki sifat-sifat umum yang ada pada bahasa lain. Sedangkan yang dimaksud dengan unik adalah bahwa setiap bahasa memiliki sistem yang khas yang tidak harus ada dalam bahasa lain. Itu sebabnya bahasa yang satu berbeda dengan bahasa yang lain. Tetapi, selain ada perbedaan di antara dua bahasa, terdapat persamaan. Misalnya, leksem bahasa Francis yang suku kata terakhirnya -te dan leksem bahasa Indonesia yang suku kata terakhirnya -tas yang memiliki kemiripan dalam hal bentuk dan bunyinya. Secara umum, leksem-leksem yang memiliki kemiripan bentuk dan bunyi, seperti acceptabilite-akseptabilitas, faulte-fakultas, musicalite-musikalitas dan sebagainya, dianggap memiliki makna yang sama. Ternyata, makna dari leksem acceptabilite berbeda dengan makna dari leksem akseptabilitas. Untuk melihat persamaan dan perbedaan makna dari leksem bahasa Prancis yang suku kata terakhirnya -te dan leksem bahasa Indonesia yang suku kata terakhirnya -tas, digunakan anal isis komponen makna.

Dari perbandingan makna dari leksem-leksem tersebut, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Tidak semua leksem bahasa Prancis yang suku kata terakhirnya -te memiliki makna yang sama dengan leksem bahasa Indonesia yang suku kata terakhirnya _tas walaupun memiliki kemiripan bentuk dan bunyinya. Leksem bahasa Prancis yang suku kata terakhirnya -te dan leksem bahasa Indonesia yang suku kata terakhirnya -tas bersifat monosemis atau polisemis. Pada umumnya, leksem bahasa Prancis memiliki makna yang lebih banyak (polisemis) dibandingkan dengan leksem bahasa Indonesia. Ada beberapa leksem yang maknanya berbeda sama sekaii.
1990
S14430
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silvana Marunduri
Abstrak :
Pokok masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah keberterimaan kata-kata pungutan dari bahasa Inggris yang memiliki sinonim dalam bahasa Perancis dalam masyarakat bahasa Perancis. Kerangka teori bertumpu pada wawasan sosiolinguistik, sedangkan metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Sebagai jalan keluar dari permasalahan skripsi dan sesuai dengan kerangka teori serta metode yang digunakan, diadakan penelitian lapangan. Penelitian diadakan langsunng pada masyarakat bahasa Perancis, yang dalam hal ini digunakan percontoh populasi, yaitu masyarakat bahasa Perancis yang berada di Indonesia. Kesimpulan dari penelitian ini adalah, bahwa masyarakat bahasa Perancis di Indonesia mewakili masyarakat bahasa Perancis di Perancis karena keadaan responden tersebut tidak mempengaruhi keberterimaan kata pungutan. Kata pungutan dari bahasa Inggris yang memiliki sinonim dalam bahasa Perancis cenderung berterima. Kata pungutan yang berterima sebagian besar adalah kata sehari-hari, sedangkan istilah khusus yang berterima cenderung istilah yang digunakan dalam berbagai bidang sekaligus.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meuthia A. Muchtar
Abstrak :
Dalam perkembangannya bangsa Perancis Seperti juga bangsa lainnya banyak mengadakan kontak dengan bangsa lain. Kontak inilah yang menyebabkan proses saling mempengaruhi antara bangsa Perancis dengan bangsa lainnya. Dengan terjadinya kontak tersebut, maka bahasanya pun saling mempengaruhi. Demikian pula yang terjadi dengan adanya kontak antara bangsa Perancis dengan bangsa Spanyol. Hubungan antara kedua bangsa tersebut dimulai sejak abad 16 melalui perang. Kemudian hubungan yang terus berlangsung antara kedua bangsa tersebut secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan masing-masing pihak saling menerima pengaruh. Bahasa Perancis pun menerima pengaruh tersebut, yaitu berupa masuknya sejumlah kata bahasa Spanyol ke dalam bahasa Perancis dan sebaliknya masuknya sejumlah kata bahasa Perancis ke dalam bahasa Spanyol. Bertitik tolak dari keadaan tersebut, penulis tertarik untuk meneliti kata-kata pungutan bahasa Perancis yang berasal dari bahasa Spanyol yang tercantum dalam kamus Petit Robert dilihat dari segi semantis. Untuk melakukan penelitian ini, dalam skripsi yang berjudul Kosakata Bahasa Spanyol dalam Dictionnaire. Alphabetiaue et Analogique de la langue Fran_aise dilihat dari Segi Semantic, digunakan teori-teori: Data dan makna kata (Vida dan Taber: 1974), analisis sem (Tutescu: 1979) dan perubahan makna (Guilbert: 1975). Hasil analisis menunjukkan bahwa beberapa kata pungutan dari bahasa Spanyol yang sudah menjadi kosakata bahasa Perancis memang mengalami perubahan makna. Di antara 77 kata yang diteliti, ada yang,maknanya hanya berubah sebagian saja: penyempitan atau perluasan, dan ada kata yang berubah seluruhnya. Kata-kata pungutan yang tidak mengalami perubahan makna 68%, presentasenya lebih tinggi dibandingkan dengan kata pungutan yang mengalami perubahan makna 35%. Ini berarti bahwa dari 77 kata yang dianalisis, 52 kata pungutan maknanya tetap. Di antara 52 kata tersebut, sebagian merupakan kata yang polisemi dalam bahasa asalnya. Dari 21 kata yang polisemi, 19 merupakan kata yang monosemi setelah menjadi kosakata bahasa Spanyol dan sisanya tetap polisemi. Kata yang polisemi tersebut setelah menjadi kosakata bahasa Perancis, maknanya tidak ada yang berubah. Banyaknya kata pungutan yang tidak mengalami perubahan makna menunjukkan bahwa kata-kata tersebut tidak ada dalam bahasa Perancis. Masuknya kata-kata pungutan bahasa Spanyol dalam kosakata bahasa Perancis merupakan tuntutan atau kebutuhan. Hal ini sesuai dengan pendapat L. Guilbert (1975: 93-94) yang mengatakan bahwa salah satu motivasi pemungutan kata adalah untuk melengkapi adanya kekurangan istilah dalam bidang tertentu atau dengan kata lain tidak adanya kata yang berasal dari bahasa sendiri. Akhirnya, hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dalam bidang leksikologi dan semantik Perancis.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S14428
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>