Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Stevany Lydia Jedidjah Hugen
Abstrak :
Praktik fondasi di Indonesia masih berada pada tahap linear elastis dengan batas displacement yang disyaratkan hanya sebesar 25 mm oleh SNI 8460:2017. Hal ini mengakibatkan desain fondasi di Indonesia tidak efisien dan dianggap boros karena berukuran besar dan berjumlah banyak agar fondasi dapat tetap berperilaku elastis. Jumlah tulangan spiral pada praktik spun pile di Indonesia masih berada di bawah persyaratan minimum ASCE 7-16. Dibutuhkan banyak confinement dengan jarak yang rapat untuk mengatasi masalah tersebut. Namun, hal tersebut dinilai kurang ekonomis. Oleh karena itu, dilakukan studi eksperimen dan studi numerik untuk mengetahui perilaku sambungan spun pile-pile cap dengan perkuatan steel jacketing dengan pembebanan siklik untuk mengatasi permasalahan confinement tersebut. Sambungan spun pile-pile cap yang dimaksud adalah bagian atas permukaan pile cap hingga sekitar 700mm ke bagian spun pile dilihat dari pengujian eksperimen yang dilakukan sebelumnya. Pengujian dan pemodelan numerik dilakukan pada dua spun pile berdiameter 450 mm yang diselubungi beton grouting dan steel jacket. Studi numerik atau finite element secara 3D dilakukan dengan software ABAQUS karena terjadi kegagalan membuat benda uji yang perfectly bonded antara steel jacket dengan beton grouting dan beton grouting dengan spun pile. Studi parametrik juga dilakukan untuk mengetahui kebutuhan tebal dan tinggi steel jacket yang efektif dengan membandingkan terhadap spun pile dengan kebutuhan confinement yang memenuhi persyaratan ASCE 7-16. Hasil pengujian eksperimen dan pemodelan ini berupa kurva histeretik yang akan dianalisis untuk mendapatkan daktilitas, ketahanan lateral, kapasitas penampang, dan anlaisa tegangan. Pemberian steel jacketing meningkatan kekakuan, kekuatan, daktilitas dan menurunkan tegangan sengkang spun pile. ......The practice of foundations in Indonesia is still at the elastic stage with the displacement limit is only 25 mm required by SNI 8460:2017. Thus, design of foundation in Indonesia become inefficient and considered wasteful because of large sizes and in large quantities to keep the foundation remain elastic. The amount of confinement in the practice of spun piles in Indonesia is still below the minimum requirements of ASCE 7-16. It takes a lot of confinement with tight distance to overcome this problem. However, it is considered less economical. Therefore, an experimental study was conducted to determine the behavior of the spun pile-pile cap connection with steel jacketing reinforcement to overcome the less amount of confinement. The finite element study is using ABAQUS software because of the interaction failure that occurred between steel jacket and grouting concrete. The parametric study is also carried out to find out the needs of effective thickness and height of the steel jacket to be compared with confinement ideal according to ASCE 7-16. The results of this research and modelling are hysteretic curve that provides several research parameters, which are ductility, lateral load, moment capacity, and stress development. The use of additional steel jacketing results in increasing stiffness, strength, moment capacity and reduce the stress of confinement of spun pile.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathia Handayani Kamal
Abstrak :
Spun pile pada jenis fondasi elevated RC pile cap (EPC) merupakan tiang pancang beton bertulang yang berbentuk lingkaran lubang di bagian tengah yang difabrikasi secara pracetak dan prategang yang dijadikan satu kesatuang pada fondasi yang ditanam sebagian dalam tanah dengan letak pile cap yang ditinggikan dari permukaan tanah. Pada penelitian ini, diinvestigasi perilaku keruntuhan model fondasi spun pile yang berdasar dari penggabungan fondasi EPC dari eksperimen Liu et al. (2020) untuk fondasi tiang grup 1x1, 2x2, dan 2x3 pada tanah pasir dan eksperimen spun pile SPPC untuk tiang hollow dan infill. Permodelan numerikal dilakukan berdasarkan pendekatan Beam-on-Nonlinear-Wrinkler-Foundation (BNWF) melalui aplikasi Opensees, dengan tanah pasir dari eksperimen Liu et al disubstitusi menjadi tanah lempung. Diberikan variasi kuat geser tanah sebesar 20, 60, dan 100 KPa untuk mengetahui bagaimana nilai daktilitas, proses pembentukan sendi plastis, dan interaksi tanah lempung dengan masing-masing jenis tiang fondsi grup. Daktilitas yang didapat dari permodelan fondasi 1x1, 2x2, dan 2x3 untuk tiang infill secara berturut-turut adalah 3.942, 3.738, dan 3.55. Semakin besar nilai kuat geser yang digunakan maka semakin besar gaya dalam momen yang dihasilkan dan semakin cepat pula pembentukan sendi plastis, maka semakin besar kuat geser semakin tinggi lokasi sendi plastis. Untuk semua jenis model fondasi, akan terbentuk sendi plastis yang terletak pada pile head atau sambungan. Yang terbentuk sendi plastis kedua di dalam tanah hanya pada tiang SPPC02 fondasi tunggal dengan kuat geser tanah 60 KPa dan 100 KPa. Pembentukan sendi plastis pada model terbentuk di semua tiang. Untuk fondasi 2x3, walaupun momen pada leading pile dan center pile berbeda, dimana momen pada center pile lebih kecil, tetap terbentuk sendi plastis. Semakin tinggi kuat geser tanah yang digunakan, maka semakin rendah defleksi yang terjadi. Faktor P-multiplier juga mempengaruhi besar defleksi yang dihasilkan, pada nilai kuat geser tanah yang sama, semakin besar faktor p-multiplier yang diberikan pada tiang, maka akan semakin kecil nilai defleksi yang dihasilkan tiang tersebut. Pada tegangan tanah, semakin tinggi nilai kuat geser tanah maka semakin cepat perubahan elastis menjadi plastisitas pada tanah. Jenis tiang, atau lebih spesfiknya nilai p-multiplier, mempengaruhi tegangan tanah, yang mana semakin kecil nilai p-multiplier nya maka semakin kecil tegangan batasnya, namun sejalan juga dengan semakin kecil tegangan tanah yang dihasilkan tiap tiang pada model. ......Elevated RC pile cap (EPC) is a reinforced concrete pile partially buried in the ground with its pile cap high from the ground. The inelastic behavior of spun pile hollow and infill piles on 1x1, 2x2, and 2x3 EPC pile foundations is investigated. Numerical modeling is carried out based on the Beam-on-Nonlinear-Wrinkler- Foundation (BNWF) approach through Opensees. The shear strength variations (Su) of 20, 60, and 100 KPa were given to determine the ductility value, how the plastic hinges formed, and the interaction of clay with each group foundation pile. The ductility obtained from modeling the 1x1, 2x2, and 2x3 foundations for the infill piles are 3,942, 3,738, and 3.55, respectively. The greater the value of Su used, the greater the resulting moment, and the faster the formation of plastic hinges. Plastic hinges are formed at connections in all types of foundations. The higher the Su value used, the lower the deflection occurs. The greater the p-multiplier factor given to the pile, the smaller the deflection produced. The higher the Su value, the faster the soil changes to plasticity. The smaller the p-multiplier value, the smaller the limit soil stress, but in line with the smaller the soil stress produced by each pile in the model.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reese, Lymon C.
Hoboken, N.J: John Wiley & Sons, 2006
624.15 REE a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ambrose, James E.
New York: John Wiley & Sons, c1981
690.11 AMB s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
London: Thomas Telford, 2000
624.15 DES
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Johnson, Sidney M.
New York: McGraw-Hill, 1968
721.1 JOH d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hasif Syahrastani
Abstrak :
Penulisan hukum ini menganalisis mengenai pengaturan yayasan di Indonesia beserta permasalahannya di lingkup kepemilikan, penggunaan, dan pengawasan kekayaan yayasan, pengaturan mengenai kekayaan yayasan di Republik Rakyat Tiongkok, Jepang, Switzerland, dan Norwegia, dan juga hasil pengkritisian terhadap permasalahan kekayaan yayasan di Indonesia melalui perbandingan dengan pengaturan kekayaan yayasan di keempat negara tersebut. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk Yuridis-Normatif dengan tipe Deskriptif. Hasil dari penelitian ini menggambarkan mengenai kedudukan yayasan sebagai suatu badan hukum dan juga akan menguraikan mengenai permasalahan kekayaan yayasan di Indonesia. Penelitian ini juga akan secara komprehensif menjelaskan pengaturan kekayaan yayasan di Republik Rakyat Tiongkok, Jepang, Norwegia, dan Switzerland, yang mana pengaturan di keempat negara tersebut lebih terperinci apabila dibandingkan dengan pengaturan di Indonesia. Hasil penelitian ini juga menguraikan tentang pemecahan masalah kekayaan yayasan di Indonesia yang didapatkan dari hasil perbandingan dengan keempat negara tersebut. Berdasarkan hasil perbandingan tersebut, Pemerintah Indonesia dirasa perlu untuk melakukan perincian terhadap pengaturan kekayaan yayasan yang sudah ada saat ini agar permasalahan-permasalahan tersebut bisa diminimalisir.
This legal writing analyzes the regulation of foundations in Indonesia and their issues in the scope of ownership, use and control of the foundation 39 s asset, the regulation of the foundation 39 s asset in the People 39 s Republic of China, Japan, Switzerland and Norway, as well as the results of critiques of the foundation 39 s asset issues in Indonesia through comparison with the foundation 39 s asset regulations in the four countries. The research method used in this research is Juridical Normative with Descriptive type. The results of this study illustrate the position of the foundation as a legal entity and will also describe the problems in the scope of the foundation 39 s asset in Indonesia. The study also describes comprehensively the regulation of foundation rsquo s asset in the People 39 s Republic of China, Japan, Norway, and Switzerland, where arrangements in the four countries are more detailed when compared to Indonesian regulations. The results of this study also describe the problem solving foundation rsquo s asset in Indonesia obtained from the comparison with the four countries. Based on these comparative results, the Government of Indonesia deems it necessary to detail the existing foundation rsquo s asset regulation to minimize these problems.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Badaruddin
Abstrak :
Proyek pembangunan world trade center 3 (WTC 3) menggunakan pondasi pile raft lengkap dengan 5 lantai basement dan retaining structure yang mengelilinginya berupa secant pile dia. 800 mm untuk menopang 44 lantai bangunan tower serta 4 lantai podium, desain pondasi pile raft tersebut belum meperhitungkan keberadaan retaining structure serta kekakuan dari konstruksi basement. Sejatinya pondasi pile raft, retaining structure & element struktur basement terintegrasi dan bekerja secara bersama-sama dalam meneruskan beban struktur atas ke masa tanah dibawah pondasi. Pada penelitian ini telah dilakukan pengujian melalui analisa numerik dengan menggunakan software GTS Midas terhadap sejumlah model dan ditemukan bahwa keberadaan retaining structure dan elemen struktur basement dapat mengurangi settlement (maksimum settlement serta differential settlement) dan internal force (bending moment & shear force) yang terjadi pada pondasi pile raft melalui mekanisme pengekangan ujung raft dan masa tanah dibawah raft serta transfer beban vertikal dari raft ke retaining structure sehingga sebagin beban vertikal dipikul oleh retaining structure. Efek pengekangan dan mekanisme transfer beban retaining structure dapat bekerja efektif pada rasio Dw/Dt < 1.3 serta pada sistem pondasi partially pile raft.
The construction of world trade center 3 (WTC 3) project are using pile raft as a foudation to support 44 floors of tower building and 4 floors of podium building. This foundation is integrated with five floors of basement and retaining structure. The type of retaining structure used is secant pile with 800 mm diameter in which the position of retaining structure lies on the circumferences of the basement. The original design of the pile raft foundation are not consider the existence of retaining structure and the structural element stiffness of basement likes column, beam etc. In fact that pile raft, basement element structure and retaining structure are integrated and working together in transfer load from upper structucture to soil. In this reasearch it was examine a number of model with numerical analysis using GTS midas software and it was known that the interaction of retaining structure and basement element structure can reduce settlement (Maximum settlement and differential settlement) and internal force (bending moment & shear force) on pile raft foundation by two mechanism. The first mechanism is the retaining structure and basement element structure can restraining the end of raft and the second mechanis is vertical load transfer from raft to retaining structure. Both of the mechanisms are effective for rasio Dw/Dt less than 1.3 and for partially pile raft.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T43759
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Abdul Azhim
Abstrak :
ABSTRAK
Peningkatan nilai konstruksi setiap tahunnya di berbagai provinsi di Indonesia menunjukkan bahwa industri konstruksi terus mengalami pertumbuhan. Seiring pertumbuhan konstruksi yang pesat di berbagai daerah di Indonesia, peningkatan biaya konstruksi pun terus meningkat. Hal tersebut mendorong pelaku dunia konstruksi di Indonesia untuk dapat melakukan optimasi terhadap biaya dan kualitas proyek yang dihasilkan. Optimasi dilakukan untuk memperoleh hasil terbaik dari kondisi yang diberikan sebagai suatu batasan atau masalah. Pada bidang konstruksi, optimasi sangat perlu dilakukan pada aktivitas pekerjaan dengan tingkat ketidakpastian uncertainty yang tinggi seperti hal nya pekerjaan pondasi. Dalam mendesain pondasi, khususnya pondasi dangkal sedikitnya terdapat tiga persyaratan dasar yang perlu dipenuhi, yaitu ultimate limit state ULS, serviceability limit state SLS, dan ekonomis. Pada umumnya, dalam mendesain suatu pondasi dangkal pengoptimalan hanya berfokus pada ULS dan SLS, sedangkan aspek biaya ditinjau setelahnya. Oleh karena itu, perlu adanya pendekatan optimasi yang secara eksplisit mampu mempertimbangkan aspek ekonomi dalam desain konstruksi guna menghasilkan pondasi yang memiliki biaya konstruksi paling minimum.
ABSTRACT
Enhancement of construction value each year in every province in Indonesia shows that industrial construction has been growing since. As the rapid growth of construction in every districts in Indonesia, cost of construction has also been increasing. That matters to encourage the perpretators in construction sector in Indonesia to optimize the projects cost and project qualities result. Optimization is performed to obtain the best result from the given conditions as a limitation or a problem. In construction sector, optimization is an important thing to do in the high uncertainty activity such as foundation activity. In designing foundation, especially shallow foundation, there are three fundamental requirements, namely ultimate limit state ULS , serviceability limit state SLS, and economic. Generally, ULS and SLS are focused only in optimization of designing a shallow foundation, meanwhile cost aspects are reviewed later. Therefore, optimization approach is needed, that explicitly able to consider economic aspects in designing construction to result foundation that has the most minimum construction cost.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library