Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
Formalin is famous because of its danger. Although it has some advantages,it may give disadvatages for the layman.Figuratively,the formalin phenomena are pervasive......
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Ramadhani
Abstrak :
ABSTRACT
Formalin merupakan larutan yang mengandung 37-50% formaldehid yang digunakan dalam pembalseman kadaver.1,2 Mahasiswa kedokteran secara rutin mengikuti praktikum anatomi dan akan terpapar oleh formaldehid yang memiliki efek jangka pendek dan jangka panjang yang berbahaya bagi kesehatan.3-6 Paparan terus menerus dapat membuat tubuh beradaptasi sehingga jika terjadi paparan formalin yang berlebihan bisa terabaikan.7,8 Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya keluhan pada mahasiswa akibat paparan formalin selama mengikuti praktikum anatomi dan ada tidaknya perbedaan keluhan fisik secara subjektif antara mahasiswa yang baru pertama kali dan mahasiswa lama yang sudah berulang kali terpapar formaldehid selama mengikuti praktikum anatomi. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional. Data diambil di Departemen Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada bulan Mei-Juni 2012 dengan membagikan kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai keluhan subjektif yang dirasakan responden selama mengikuti praktikum anatomi. Kuesioner dibagikan kepada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia angkatan 2010 yang sedang mengikuti praktikum anatomi Modul Kardiovaskular dan angkatan 2011 yang sedang mengikuti praktikum anatomi Modul Neurosains. Hasilnya menunjukkan 96.3% mahasiswa mengeluhkan keluhan mata, 86.5% mengeluhkan keluhan hidung, 67.3% mengeluhkan keluhan tenggorokan dan 98% mengeluhkan keluhan lainnya.Hasil uji analisis dengan chi square keluhan subjektif antara mahasiswa lama dan baru yang muncul akibat paparan formalin selama mengikuti praktikum anatomi menunjukkan nilai p>0.05 pada keluhan subjektif mata, hidung, tenggorokan dan keluhan lainnya. Disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna keluhan subjektif yang muncul akibat paparan formalin selama mengikuti praktikum anatomi antara mahasiswa lama dan baru.
ABSTRACT
Formalin is a solution containing 37-50% of formaldehyde used in embalming cadavers.1,2 Medical students routinely follows the anatomy lab and will be exposed to formaldehyde in cadavers. Exposure to formaldehyde has the effect of short-term and long-term subjective complaints which hazardous for one's health3-6. Continuous exposure can make the body adapt so that the body will neglect and no longer able to responds to excessive exposure to formalin.7,8 The purpose of this study was to determine whether there is a complaint from the students as a result of exposure to formaldehyde during the anatomy lab session. This study also monitored the presence or absence of differences in subjective physical complaints between first-time students, who had never been exposed to formaldehyde before, and senior students, who have been repeatedly exposed to formaldehyde during the anatomy lab session. This study used a cross-sectional study design. Data was taken at the Department of Anatomy, Faculty of Medicine, Universitas Indonesia(FMUI) in May-June 2012 with distributing a questionnaire containing questions about subjective complaints that respondents felt during the anatomy lab session. Questionnaires were distributed to FMUI’s students 2010 who were following the Cardiovascular anatomy lab module and class of 2011 who were following the Neuroscience anatomy lab module. The results showed 96.3% of the students complained of eye complaints, 86.5% complained of nasal complaints, 67.3% complained of throat complaints and 98% complained of other types of complaints. The chi square test analysis with subjective complaints between senior and new students arising from exposure to formaldehyde during the anatomy showed p > 0.05 on the subjective complaints of the eyes, nose, throat and other complaints. It was concluded that there was no significant differences in subjective complaints arising from exposure to formaldehyde between the senior and new students during the anatomy lab session
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Penggunaan bahan tambahan makanan berbahaya seperti formalin akhir-akhir ini menjadi perhatian yang serius dikarenakan efeknya yang membahayakan kesehatan tubuh manusia dan berpotensi menyebabkan kanker. Penelitian bertujuan untuk melakukan skrining pereaksi yang dapat digunakan untuk mendeteksi formalin. Metode Spot Test digunakan untuk tujuan kepraktisan, sekaligus untuk mengetahui sensitivitas dan selektivitas pereaksi pada bahan pangan. Hasil pengujian beberapa pereaksi menunjukkan bahwa pereaksi Schiff merupakan pereaksi yang relatif paling memuaskan dengan selektivitas dan sensitivitas pereaksi hingga 10 ppm. Pengembangan pereaksi dengan menambahkan CuSO4 serta CuSO4 dan FeCl3 dapat meningkatkan sensitivitas sampai 0,01 ppm. Walaupun didapatkan sensitivitas yang memuaskan, akan tetapi selektivitas pereaksi ternyata masih kurang baik jika diuji terhadap formalin di dalam bahan pangan
615 JSTFI 1:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Satya Paramitha
Abstrak :
ABSTRAK
Hingga saat ini, pengawet utama kadaver untuk pendidikan anatomi tubuh manusia adalah formalin. Walaupun formalin telah terbukti sebagai materi fiksatif organ yang baik, formalin juga dikenal sebagai materi yang mudah menguap, bersifat iritatif, toksik, dan karsinogenik. Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan teknik pengawetan kadaver rendah formalin. Studi ini bertujuan untuk mengetahui efek dari dua jenis larutan bebas formalin (CaCl2 dan gliserin) sebagai larutan pengawet lanjutan terhadap struktur mikroskopik dan makroskopik jantung tikus Sprague Dawley dan dibandingkan dengan formalin (larutan pengawet standar Departemen Anatomi FKUI). Pengamatan struktur makroskopik, yaitu konsistensi organ dan keberadaan jamur dilakukan setiap bulan pada 6 bulan pertama dan setelah satu tahun pengawetan. Pengamatan struktur mikroskopik jaringan dengan pewarnaan hematoksilin-eosin dilakukan untuk mengetahui persentase nekrosis dan/atau abnormalitas jaringan dalam sepuluh lapang pandang besar. Hasil studi menunjukkan konsistensi organ yang buruk pada jantung yang diawetkan dengan 15% CaCl2 dan 20% CaCl2 dengan penurunan kondisi jaringan lebih cepat pada pengawetan dengan 15% CaCl2; sehingga tidak dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan mikroskopik. Keberadaan jamur ditemukan pada permukaan cairan pengawet, terutama pada larutan 15% dan 20% CaCl2, tetapi tidak ditemukan pada jaringan. Hasil pengamatan struktur mikroskopik yang menunjukkan persentase abnormalitas jaringan yang sama pada jantung yang diawetkan dengan larutan gliserin dibandingkan dengan jantung yang diawetkan dengan larutan pengawet standar. Disimpulkan bahwa larutan CaCl2 memiliki efek pengawetan yang lebih buruk dibandingkan dengan larutan standar berformalin, sementara larutan gliserin memiliki efek pengawetan yang sebanding.
ABSTRACT
As an educational facility, anatomy laboratory is important for medical students and staffs. Therefore, the improvement of appropriate learning and working environment needs to be achieved by finding the most appropriate organ preservation method. Nowadays, formalin is the most common preservative material used for human cadavers. Despite being a good fixative material, formalin is also known to be easily evaporated, irritative, toxic, and carcinogenic. This study aimed to observe the effect of two formalin-free solutions (CaCl2 and glycerine) as advanced preservative materials towards macroscopic and microscopic structures of heart tissue compared to formalin (Standard Preservative Solution of Department of Anatomy, FMUI). Macroscopic observation was conducted by observing organ consistency and the presence of fungi every month in the first six months and after one year of preservation. Meanwhile, microscopic observation was performed by using hematoxylin-eosin staining to determine the percentage of necrosis and/or tissue abnormalities in ten microscopic fields. Results of macroscopic observation showed low organ consistency between hearts preserved in 15% CaCl2 and 20% CaCl2 with earlier decreased consistency in 15% CaCl2; thus, making these results could not be continued for microscopic observation. The presence of fungi was observed only on the surface of preservative solutions, especially on 15% CaCl2 and 20% CaCl2, with no fungi was found on the surface of heart tissue. Results of microscopic observation showed that hearts preserved in glycerine solution had similar percentages of tissue abnormalities compared to Standard Preservative Solution. To conlude, this study demonstrated worse preservative effects of CaCl2 solutions compared to formalin, while glycerine solutions showed good preservative effects; nearly as good as formalin.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70400
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Ardyani
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26617
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Penelitian tentang pengobatan infestasi beberapa ektoparasit pada Epinephelus suilus (ikan kerapu lumpur) dilakukan di laboratorium. Benih ikan telah terinfeksi parasit Trichodina, Broklynella, dan Diplectanum diberi perlakuan dengan formalin teknis 200 ppm, hijau malakit 0,5 ppm, metilin biru 0,1 ppm, air tawar 100% dan kontrol tanpa obat dalam rancangan acak lengkap. Pengobatan dikerjakan dengan cara merendam benih ikan itu selama satu jam dalam larutan dengan tiga kali ulangan berturut-turut selama 3 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas setiap jenis parasit tidak ada perbedaan nyata, tetapi perbedaan yang sangat nyata terlihat terhadap prevalensi setiap jenis parasit. Semua perlakuan pengobatan di dalam penelitian ini tidak mampu memberantas ketiga jenis parasit yang menginfestasi, tetapi hanya dapat mengurangi intensitas dan prevalensinya saja.
MPARIN 9 (1-2) 1996
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Christopher Khorazon
Abstrak :
ABSTRAK
Formalin telah digunakan sebagai larutan pengawet untuk kadaver dan organ-organnya untuk waktu yang lama karena efektifitasnya dalam mempertahankan struktur kadaver, selain juga bersifat sebagai disinfektan. Namun, larutan formalin bersifat berbahaya terhadap orang-orang terkait, misalnya staf pengajar, mahasiswa, dan laboran karena sifat iritatifnya yang sangat kuat dan beracun. Karena itu, studi ini dilaksanakan untuk mencari larutan pengawet alternatif berkemampuan sebanding dalam mengawetkan, tetapi dengan efek berbahaya yang lebih rendah atau tidak ada. Larutan pengawet alternatif yang digunakan adalah CaCl2 dan gliserin. Paru diambil dari 36 tikus Sprague-Dawley berusia 6 minggu, setelah mereka di anesthesia dan di injeksi formalin (10% atau 25%) sebagai pengawet primer. Paru yang diambil kemudian diproses lanjut dengan pengawet lanjutan, yaitu larutan standard Departemen Anatomi FKUI sebagai kontrol, CaCl2 15% dan 20%, dan gliserin 70% + timol 0.1%. Organ yang telah diawetkan diobservasi struktur makroskopis (konsistensi) dan struktur mikroskopis. Paru yang diawetkan dengan CaCl2 15% dan CaCl2 20% konsistensinya menurun. Sedangkan paru yang diawetkan dengan larutan standard anatomi dan gliserin 70% + timol 0.1% berhasil dipertahankan konsistensinya atau bahkan lebih keras. Derajat abnormalitas struktur mikroskopis paru yang diawetkan dengan gliserin 70% + timol 0.1% lebih tinggi daripada yang diawetkan dengan larutan standard. CaCl2 terbukti tidak efektif untuk mengawetkan paru. Meskipun paru yang diawetkan dengan gliserin mempunyai struktur mikroskopis yang kurang baik dibandingkan dengan larutan standar, tetapi struktur makroskopisnya bagus.
ABSTRACT
Formalin has been used as a preservative solution for cadavers and organs for a long time due to its effectiveness in maintaining the structure and disinfectant properties. However, formalin solution tends to be harmful towards the surrounding people, such as teaching staff, students, and lab assistants due to its very irritable and toxic content. Therefore, this study is conducted to find alternative preservative solution with equal preservative effectiveness yet with lesser or even no harmful effects. The selected alternative solution were CaCl2 and glycerine. Lungs organ from a total of 36 six-week-old Sprague-Dawley rats were extracted after the mice were anesthetized and injected with formalin (10% or 25%) for primary preservative purpose. The extracted lungs organs were continued to be preserved in standard solution of Department of Anatomy Faculty of Medicine Universitas Indonesia as control, CaCl2 15% and 20%, and Glycerine 70% + Thymol 0.1%. The preserved organs were observed for macroscopic consistency and microscopic structure. Lungs organs that were preserved with both CaCl2 15% and CaCl2 20% turned out to have weaker consistency than the original. Meanwhile, lung organs which were preserved with standard anatomy preservative solution and glycerine 70% + thymol 0.1% managed to either maintain their original consistency or more solid, In glycerine 70% + thymol 0.1% solution, the microscopic tissue abnormality were higher than the ones preserved in standard anatomy solution. In conclusion, CaCl2 proved to be an ineffective solution for lungs organ preservation. Even though the microscopic results were not better than formalin solution, lungs organ preserved with glycerine turned to be able to yield good macroscopic results.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70444
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library