Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Wang, Chang-ling
Peking: World Anti-Communist League China Chapter Asian People's Anti-Communist League Republic of China , 1986
329.51 WAN c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Boyd, R.G.
New York: Frederick A. Praeger, 1962
327.510 5 BOY c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Gulf Indonesia Resources , 2004
327.598 0971 CAN i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rostow, Walt Whitman
New York: Harper & Row, 964.
327.89 ROS v
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Leifer, Michael
Jakarta: Gramedia, 1989
327.598 LEI t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Kusumawati
Abstrak :
Masalah status. golongan etnis Cina di Indonesia merupakan masalah penting yang mempengaruhi hubungan Indonesia - RRC, 1949-1967. Salah satu masalah status golongan etnis Cina yang harus segera diselesaikan adalah masalah dwikewarganegaraan. Sebagai dua buah negara yang baru merdeka RRC dan Indonesia hanya mengadopsi asas kewarganegaraan yang dianut oleh penguasa sebelumnya di negara masing-masing. Pemerintah RRC tetap mempertahankan Undang-undang kewarganegaraan tradisionalnya yang pada dasarnya menganut asas Ius-Sanquinis, sedangkan pemerintah Indonesia pada dasarnya menganut asas lus-Soli. Kewarganegaraan golongan etnis Cina di Indonesia harus jelas, sehingga perlakuan terhadap mereka menjadi tegas, yakni apakah mereka itu menjadi Warga Negara Indonesia atau Warga Negara RRC. Masalah status golongan etnis Cina dalam dunia perdagangan juga menjadi masalah penting dalam hubungan Indonesia-RRC pada periode ini. Peraturan Presiden no 10 tahun 1959 yang melarang orang asing melakukan kegiatan perdagangan eceran di daerah pedesaan Indonesia menimbulkan reaksi yang merusak hubungan Indonesia RRC.Keinginan untuk bebas dari dominasi Asing.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S12990
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ririn Qunuri
Abstrak :
Penelitian ini difokuskan pada pandangan dan sikap Partai Buruh Australia yang dipimpin oleh Perdana Menteri Gough Whitlam terhadap dekolonisasi Timor Timur pasca Revolusi Bunga di Portugal tahun 1974. Kebijakan Whitlam terhadap Timor Timur adalah integrasi dengan Indonesia yang menekankan self-determination kepada rakyat Timor Timur untuk menentukan masa depan mereka. Namun, kebijakan Whitlam terhadap Timor Timur tersebut menuai pro dan kontra di Australia, terutama dari Partai Oposisi Liberal-Country dan bahkan dari Partai Buruh sendiri. Terdapat perbedaan pandangan, baik oleh Partai Oposisi Liberal-Country maupun Partai Buruh, terkait persoalan integrasi Timor Timur dengan Indonesia. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui politik luar negeri Australia mengenai integrasi Timor Timur dengan Indonesia yang menuai kecaman di dalam negeri Australia karena keberadaan Indonesia di Timor Timur sebelum proses integrasi dilaksanakan. ......This research are focused on the Australian Labor Party‟s view and attitude toward East Timor decolonization after Portugal‟s Carnation Revolution in the 1974, during the leadership of Prime Minister Gough Whitlam. Whitlam‟s policy toward East Timor integration with Indonesia was meant to emphasize the idea of selfdetermination, so that the Timorese could decide their precise future. His policy toward East Timor, however, got pros and cons in Australia, especially from the Liberal-Country Party opposition, and even within Australian Labor Party itself. There were several different views between the Liberal-Country Party opposition and the Australian Labor Party. The purpose of this research are to figure Australian Foreign Policy regarding East Timor integration with Indonesia, which receive critiques from Australians due to Indonesia presence in the East Timor before the integration.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S60680
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Tita Agustiani
Abstrak :
Situasi politik di Australia sampai tahun 1947 masih terdapat kontradiksi dan ketidaksatuan dalam kebijaksanaan sipil Australia terhadap Indonesia. Ketidak-tetapan kebijaksa_naan yang berhubungan dengan Hindia Belanda dan kemerdekaan Indonesia mencerminkan tidak adanya kebulatan pendapat di dalam tubuh Pemerintah Australia. Pada tahun 1945, Chifley mengatakan bahwa perselisihan antara Indonesia dan Belanda adalah masalah dalam negeri Belanda dan Australia tidak ingin campur tangan. Walaupun demikian, Pemerintah Australia memper_hatikan perkembangan di Indonesia sebab situasi yang tidak menentu di wilayah tersebut telah menimbulkan kekhawatiran Australia bagi strategi pertahanan keamanannya. Kegagalan pemerintah Indonesia dan Belanda untuk mencapai kata sepakat dalam perjanjian Linggarjati telah memaksa Pemerintah Australia membawa masalah ini ke PBB. Di Dewan Keamanan EBB, Pemerintah Australia berusaha meyakinkan anggota DK-PBB bahwa masalah Indonesia-Belanda sudah saatnya ditangani PBB. Usaha Australia mulai menampakkan hasil saat DK-PBB mengeluark.an resolusi gencatan senjata dan membentuk suatu komisi yang dikenal dengan Komisi Tiga Negara. Usaha inipun menunjukkan ketegakkan sikap Australia terhadap masalah Indo-nesia, yang selama ini berusaha untuk bersikap hati-hati dalam menanggapi masalah tersebut. Ketegasan yang berlatar belakang dari kebijaksanaan politik Australia setelah perang, dimana Pemerintah Australia menginginkan penyelesaian secara damai di samping keinginan untuk menjalin hubungan baik dengan Negara-_negara tetangganya di Asia. Dukungan Australia di DK-PBB telah menimbulkan simpati tersendiri bagi Indonesia, sehingga Pemerintah Indonesia meminta Australia untuk mewakilinya dalam KTN. Bagi Pemerintah Australia, hal ini merupak.an kesempatan untuk mewujudkan ambisinya menjadi negara utama di kawasan Asia dan memanfaat_kan masalah ini sebagai batu loncatan untuk menjalin hubungan yang lebih baik dengan negara-negara di Asia, serta untuk melindungi kepentingan-kepentingan negaranya di Asia, khususnya Indonesia.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S12203
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Kurnia S.
Abstrak :
Skripsi ini membahas tentang Pola Pembayaran Kerjasama Teknik Militer Rusia dan Indonesia Periode Presiden Vladimir Putin dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2008). Kerjasama antara dua negara ini terjalin dalam berbagai bidang antara lain bidang ekonomi, sosial budaya, serta pertahanan dan keamanan. Bagi penulis kerjasama dalam bidang pertahanan dan keamanan merupakan bidang yang paling menarik, khususnya mengenai pola pembayaran dalam kerjasama tersebut. Pola pembayaran yang digunakan dalam kerjasama pertahanan kedua negara ini adalah kredit negara,namun pola pembayaran ini masih memiliki banyak kekurangan dan belum dilaksanakan secara maksimal, sehingga banyak kendala yang terjadi dalam proses realisasi kerjasama tknik militer antara kedua negara ini. Untuk menganalisis pola pembayaran penulis menggunakan teori pembayaran perdagangan internasional sebagai acuan. Berdasarkan analisis yang didapat, penulis menyimpulkan bahwa pembiayaan dengan menggunakan pola kredit negara tidak akan maksimal jika pemerintah Indonesia belum membenahi sistem birokrasi yang berlaku di lembaga-lembaga pemerintahannya.
The thesis covers the disbursement pattern in respect of military technical agreement between Russia and Indonesia during the President Vladimir Putin and President Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2008) period. In fact, the two countries have established considerable agreements which cover numerous sectors including Economy, Sosio-culture and Defense and Security. Among those areas, the author has found that defense and security is the most interesting field, specifically regarding the payment pattern which comes along with the agreements. Currently, the two countries defense agreements are using particular payment pattern, which is called state credit, kevertheless, this pattern still has obstacles which affected the realization of the agreements. However, the author adopted the theory of international trade as an approach to analyze the pattern. As a result, the author concluded that the state credit may not achieve satisfying output, therefore, Indonesian government is being necessitated to settle down the complexity of the bureaucracy system in all related departments.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S14776
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library