Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irastuty
Abstrak :
ABSTRAK
Sampai dengan tahun 1998 penyediaan, distribusi dan harga tepung terigu diatur oleh Bulog, Pemerintah juga menetapkan proteksi untuk berinvestasi di industri ini. Hak monopoli dalam penggilingan gandum hanya diberikan kepada PT Indofood Sukses Makmur Bogasari Flour Mills serta PT Berdikari Sari Utama Flour Mills. Pemilik kedua perusahaan inipun sama yaitu Grup Salim.

Dicabutnya wewenang Bulog, menyebabkan industri tepung terigu harus melaksanakan semua kegiatannya sendiri, mulai dari menyediakan gandum untuk digiling, pengolahan, pemasaran serta distribusinya. Apalagi dengan ditetapkannya UU No. 5/1999 mengenai Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, menyebabkan perusahaan-perusahaan dalam industri ini harus menjalankan kegiatannya secara profesional.

Citra Bogasari yang baru yaitu sebagai sebuah perusahaan yang profesional, akan sangat mendukung jalannya kegiatan perusahaan tersebut. Seperti diketahui bahwa selain bersaing dengan perusahaan sejenis di dalam negeri, persaingan juga terjadi dengan perusahaan-perusahaan luar negeri di dalam era globalisasi ini. Akan tetapi citra perusahaan yang lama, yaitu sebagai perusahaan yang erat kaitannya dengan monopoli dan KKN telah melekat dalam pandangan stake holders.

Menyadari pentingnya peranan Humas dalam membentuk opini masyarakat, maka merupakan salah satu tugas Humas Bogasari untuk membentuk citra perusahaan yang baru yaitu bahwa Bogasari merupakan perusahaan yang profesional dan dapat bersaing secara sehat dalam industri ini. Humas harus melakukan riset untuk mencari fakta yang ada pada stakeholders mengenai citra perusahaan saat ini. Kemudian Humas harus menselaraskan antara citra dan reputasi yang perusahaan inginkan ada dalam pandangan stake holders, dengan target publik, cara-cara serta ¡si dari kampanye, sehingga program pembentukan citra berhasil baik.

Karenanya studi ini bertujuan untuk mempelajari peranan kegiatan humas Bogasari dalam membentuk citra perusahaan di mata stake holders , serta memberikan masukan mengenai strategi yang perlu dilakukan untuk meningkatkan efektivitas kegiatan-kegiatan humas dalam membantu terciptanya citra yang dikehendaki.

Untuk itu metode peneilitian yang dilakukan adalah dengan mempelajari berbagai sumber informasi yang tersedia, teori, data, literatur serta wawancara dengan pihak-pihak yang dapat menjadi nara sumber dalam studi ini. Persepsi stakeholders kepada perusahaan didapatkan dengan meneliti banyaknya jumlah pemberitaan yang positif maupun negatif mengenai perusahaan di 12 media cetak.

Dari studi ini disimpulkan bahwa citra perusahaan yang positif di mata stake/solders mulai terbentuk, terlihat dari semakin berkurangnya pemberitaan negatif mengenai perusahaan dan semakin banyaknya pemberitaan positif. Akan tetapi yang diinginkan bukan sekedar citra positif saja, tetapi citra perusahaan yang profesional yang harus ditanamkan pada stake holders.

Sampai saat ini Humas belum pernah melakukan riset Iangsung dan menyeluruh untuk mengetahui citra perusahaan dalam persepsi stake holders . Penelitian terhadap citra perusahaan hanya dilakukan dengan melihat jumlah pemberitaan yang ada di media masa. Setelah itu Humas Bogasari menjalankan program-program perbaikan maupun program-program baru.

Pemberitaan mengenai profesionalisme perusahaan tidak dilakukan dalam suatu program khusus. Profesionalisme terlihat dalam proses menjalankan perusahaan, baik ke dalam maupun ke luar perusahaan. Salah satu ciri profesionalime perusahaan seperti transparansi memang telah berhasil ditanamkan melalui hubungan baik antara Humas dengan media masa. Media masa dapat memperoleh informasi dengan mudah mengenai perusahaan baik dari Humas maupun top manajemen. Gaya manajemen profesional yang mencerminkan kemandirian usaha serta bersaing secara sehat di pasar sebenarnya juga terdapat pada falsafah perusahaan. Akan tetapi ini tidak disosialisasikan secara khusus kepada semua lapisan stakeholders. Demìkian pula ciri profesional dalam bentuk kerja tim yang tangguh serta kesempatan yang setara dalam jenjang karir serta pelatihan tidak diinformasilcan kepada seluruh stake holders.

Melihat kenyataan diatas, maka tampak bahwa pemberitaan yang menyiratkan profesionalisme perusahaan tidak dilakukan dalam suatu program yang khusus. Tidak ada kesatuan ?wama? profesionalisme yang berkesinambungan dalam pemberitaan yang dilakukan, menyebabkan hasilnya tidak optimal dirasakan oleh stake holders.

Karena itu studi ini merekomendasikan agar apabila memungkinkan dilakukan riset mengenai citra perusahaan saat ini dimata stakeholders, sehingga dapat diketahui sejauh apa perubahan cara itu telah diterima. Dari hasil riset tersebut dibuat pembenahan ke dalam, kemudian dibuat suatu program kampanye yang menyelunuh dan berkesinambungan untuk menunjang cara profesionalisme perusahaan. antara lain dengan memasukkan falsafah perusahaan yang mencerminkan profesionalisme perusahaan sebagai salah satu bahan program.

Walaupun Bogasari telah melakukan spin off untuk menghadapi UU No.5/1999, namun yang masih dipertanyakan oleh stake holders yaitu apakah sebenarnya Bogasari masih ?mencintai? monopoli? Karena itu dibutuhkan kerjasama dengan bagian/departemen lain sehingga tercipta citra profesionalisme yang bebas dari KKN dan monopoli. Bentuk kerjasama itu seperti strategi pemasaran serta periiaku yang profesional dan individu-individu dalam perusahaan untuk menunjang terciptanya citra perusahaan yang diinginkan.
2001
T3262
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Denny
Abstrak :
Sektor industri adaiah sektor yang harus dikelola lebih serius karena merupakan penunjang sektor ekonomi. industri berbasis tepung seperti industri bakeri, hiskuit, noddle, dan industri pakan ternak. Membutuhkan campuran dari beberapa jenis bahan Baku hasil pertanian seperti terigu, jagung, dan sebagainya. Untuk menghasilkan suatu produk yang bermutu, baik kualitas maupun kuantitas adalah mengurangi sentuhan manusia, jadi pengendalian oleh manusia diganti dengan pengendalian oleh suatu alat kendali. Dengan cara tersebut proses pengolahan tidak memerlukan banyak tenaga manusia, menghemat biaya pengolahan dan tercapai mutu yang baik dengan komposisi yang tepat. Sistem otomatisasi pada proses distribusi bahan produksi dikendalikan oleh PLC (Programmable Logic Controller), dengan sinyal masukan dari panel operator melalui mikrokontroier AT89C5I untuk mengakses data komposisi bahan bake yang diinginkan dan tombol-tombol yang terhubung ke modul input PLC untuk mengaktifkan simulator dalam kondisi manual dan memberikan sinyal keluaran untuk mengendalikan buka/tutup katup dari tempat penyimpanan, timbangan dan alat pengaduk. Sistem simulasi proses pencampuran tidak merubah sistem kerja tetapi lebih mengoptimalkan sistem dengan mengutamakan ketelitian dari penimbangan data komposisi agar didapat suatu produk bermutu, baik kuantitas maupun kualitas.
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T15016
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adrina Dewani
Abstrak :
Penulisan karya akhir ini dilatarbelakangi penghapusan tata niaga tepung terigu yang menjadi akhir monopoli Bulog dalam industri ini. Implikasi Iebih lanjut dan keputusan pemerintah tersebut adalah pembebasan impor terigu dan gandum bagi Importir Umum, penghapusan subsidi pembelian gandum serta meningkatnya persaingan di dalam industri. Perubahan dalam lingkungan industri tersebut tentunya berpengarub terhadap strategi pemasaran yang diterapkan oleh para pelaku usaha. Dan studi kasus yang dipilih dalam pembahasan karya akhir ini difokuskan pada strategi pemasaran yang diterapkan oleh PT. ISM Bogasari Flour Mills. Melalui analisa lingkungan internal dan eksternal, serta lingkungan industri untuk mengidentifikasi peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan disusun Matriks TOWS untuk memunculkan strategi yang sesuai. Identifikasi terhadap ancaman, peluang, kekuatan dan kelemahan yang dimiliki Bogasari memberikan hasil bahwa ancaman yang dihadapi mencakup foreign currency impact & raw material supply; peluang yang dimiliki Bogasari bersumber dari captive market, degress of concentration, degrees of integration, types of competitors, barrier to entry/exit, ecological impact, consumer protection; kelemahan utama terletak pada price competitiveness-, kekuatan bersumber dari size of plants, number of equzment owned, number of specialists, procurement, capacity utilization, market share, company image, planning & control systems. Ancaman, peluang, kekuatan dan kelemahan yang telah diidentilikasi dimasukkan ke dalam Matriks TOWS. Kombinasi strategi yang dihasilkan berupa strategi TOWS yaitu Strategi SO (optimalisasi kapasitas, memperbesar market share, dan meningkatkan sales melalui ekspor); Strategi WO (memanfatkan economies of scale, meningkatkan etisiensi., dan memberi miai tambah pada produk); Strategi ST (mencari alternatif bahan baku selain gandum, memanfaatkan kapasitas untuk produk tepung-tepungan lainnya); Strategi WT (mendorong pengembangan teknologi budidaya gandum di dalam negeri). Selain itu, berdasarkan hasil analisa dan evaluasi yang dilakukan melalui in-depth interview dengan perwakilan manajemen Bogasari, maka ditentukan posisi Bogasari dalam matriks Industiy Attractiveness - Business Strengths. Posisi tersebut akan berimplikasi terbadap strategi yang sebaiknya diterapkan oleh Bogasari. Selain itu, berdasarkan hasil analisa juga ditentukan target market, positioning serta implementasi strategi yang diperoleh dati Matrik TOWS & Matriks Industry Attractiveness-Business Strengths yang dijabarkan melalui strategi bauran pemasaran / marketing mix (product, price, place & promotion). Penjelasan strategi bauran pemasaran dikaitkan dan dibandingkan dengan strategi yang telah diterapkan oleh Bogasari sebelum dan setelah dihapuskannya tata niaga tepung tetigu. Data yang digunakan untuk melakukan analisa diperoleh dari berbagal sumber literatur dan juga wawancara dengan pihak PT. Bogasari Flour Mills. Hasil analisa menunjukkan bahwa posisi Bogasari di dalam matriks Industry Attractiveness Business Strengths adalah pada kuadran "Selective Growth" (high business strengths dan medium industry attractiveness) Implikasi strategi yang ditimbulkan adalah: investasi pada segmen yang atraktif untuk dikembangkan; membangun kemampuan untuk menghadapi persaingan dan mengutamakan pencapaian profitabihtas. Target market yang disarankan adalab segmen mie (noodle) yang pada tahun 2000 menyerap konsumsi tepung terigu nasional hingga rnencapai 50% dari total konsumsi. Selain itu, pergeseran pola makan masyarakat juga berdampak pada meningkatnya konsurnsi mie instant yang rata-rata mencapai 12% per tahun. Bogasari telah memiliki keuntungan tersendiri dengan memilih segmen ini karena integrasi dengan produsen mie instant terbesar di Indonesia yaitu PT. Indofood Sukses Makmur telah menjamin penyerapan sebesar 17% total produksi Bogasari. Positioning pemisahaan sebagai pelaku bisnis yang memperhatikan kesejahteraan masyarakat Indonesia melalui slogan ?Turut Membangun Gizi Bangsa? dinilai telah cukup baik. Demikian pula positioning produk terigunya secara umum sebagai ?Terigu Istimewa Hasil Sempurna?. Namun, satu hal yang perlu diperhatikan Bogasari dalam penerapan positioning produk-produknya adalah pembedaan jenis terigu berdasarkan fungsinya. Banyak sekali produk Bogasari yang memuiki positioning yang tumpang tindih (Lencana Merah, Segitiga Merah dan Kunci Biru), terutama pada produk-produk baru yang diluncurkan setelah penghapusan tata niaga. Menimbang kondisi tersebut maka disarankan agar Bogasari menerapkan marketing relationship strategy, untuk mendekatkan hubungan dengan konsumen melalui pelayanan yang diberikan serta mengkomunikasikan fungsì/kegunaan produk yang dihasilkan. Saran lain adalah penetapan orientasi yang jelas untuk pengembangan produk baru melalui new product strategy dimana pengembangan produk baru diarahkan pada segmen yang telah dipilih. Stratregi bauran pemasaran yang telah diterapkan Bogasari digambarkan dalam dua masa yaitu sebelum dan setelah deregulasi (penghapusan tata niaga terigu). Perubahan drastis yang dilakukan Bogasan memberikan hasil yang cukup baik dengan mulai meningkatnya penjualan produk pada tahun 2000 (2.010 juta ton) setelah mengalami titik terendah pada tahun 1999 (1.700 juta ton). Namun belum cukup baik jika dibandingkan dengan performa sebelum deregulasi. Strategi produk diterapkan melalui implementasi product design strategy, new product design dan value marketing strategy; mengutamakan pengembangan produk untuk industri mie dan perbaikan positioning produk. Strategi harga melaiui penerapan pricing strategies for established produclls serta price flexibility strategy. Penerapan strategi distribusi yang telah cukup baik perlu diperkuat dengan pertimbangan terhadap faktor-faktor yang berpengaruh seperti adaptabiitas, perubahan teknologì dan nilai-nilai sosial budaya. Sedangkan strategi promosi diterapkan melalui gabungan promotion mix dan pemilihan media (media selection strategy.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Syifa Fitria
Abstrak :
ABSTRAK
Proses produksi tepung terigu terdiri dari enam proses utama, terdapat permasalahan pada salah satu proses yaitu proses pengemasan disebabkan oleh tingginya intensitas breakdown mesin dan apabila terjadi secara terus menerus dapat mempengaruhi waktu downtime produksi yang mengakibatkan kurang maksimalnya utilisasi mesin sehingga jumlahnya harus diminimalisir. Penelitian ini diawali dengan mengidentifikasi akar permasalahan utilisasi mesin yang tidak maksimal dengan cause-effect analysis, didapatkan penyebab utama yaitu belum adanya jadwal pemeliharaan yang tepat. Permasalahan difokuskan pada mesin packer dan empat komponen kritis didalamnya yaitu komponen heater, metal detector, sealing dan plastic wrapper. Penelitian dilanjutkan dengan perhitungan Time to Failure dan Time to Repair yang kemudian dilanjutkan ke perhitungan Mean Time to Failure dan Mean Time to Repair sesuai dengan distribusi yang sudah dicocokkan. Penelitian diakhiri dengan penentuan interval untuk pemeliharaan berdasarkan batas akhir reliability masing-masing mesin.
ABSTRAK
Flour production process consists of six main processes, there is a problem in one of the process. It is the packaging process caused by the high intensity of machine breakdown and if it occurs continuously, it can affect the downtime of production resulting in less maximum utilization of the machine so that the amount should be minimized. This research begins by identifying the root of the problem in machine utilization that is not optimum with the cause effect analysis, the main cause of it is that there is no proper maintenance schedule. The problem is focused on the packer machine and the four critical components inside, there are heater component, metal detector, sealing and plastic wrapper. The study advanced with the calculation of Time to Failure and Time to Repair which then continued to the calculation of Mean Time to Failure and Mean Time to Repair in accordance with the distribution that has been matched. The study ends with the determination of the interval for maintenance based on the limits of the reliability of each machine.
2017
S67485
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Torganda Raymundus
Abstrak :
ABSTRAK
Kebijakan Pembebasan PPN Atas Pakan Ternak merupakan upaya pemerintah untuk menjaga kestabilan harga produk ternak agar terjangkau bagi masyarakat. Penelitian ini menjelaskan implikasi kebijakan pembebasan PPN bagi industri terigu, evaluasi kebijakan pembebasan PPN atas pakan ternak dalam perspektif kebijakan publik dan produktivitas produsen pakan ternak dan gagasan desain kebijakan PPN atas pakan ternak dalam upaya mendukung industri terigu dan industri pakan ternak nasional. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Pemerintah sebaiknya mencabut kebijakan pembebasan PPN atas pakan ternak pada tingkat produsen untuk menghindari cascading effect pada harga jual pakan ternak dan mengalihkannya ke tingkat retailer sehingga tidak menimbulkan distorsi pasar dan mengurangi cost of taxation. Selain itu, Badan Kebijakan Fiskal sebaiknya mengganti instrumen fasilitas pajak menjadi instrumen subsidi atas produk ternak untuk menjamin harga produk ternak tetap terjangkau.
ABSTRAK
The VAT Exemption Policy on Animal Feed is the government 39 s effort to keep the price stability of livestock products affordable for the people. This study explains the implications of VAT exemption policy for flour industry, VAT exemption policy evaluation of animal feed in the perspective of public policy and productivity of animal feed producers and the concept of VAT policy design on livestock feed in an effort to support the national flour industry and fodder. This research used qualitative descriptive method with in depth interview data collection and documentation study. The government should revoke the VAT exemption policy on animal feed at the producer level to avoid cascading effect on the price of animal feed and divert it to the retailer level so as not to cause market distortions and reduce the cost of taxation. In addition, the Fiscal Policy Agency should replace the tax facility instrument into a subsidy instrument for livestock products to ensure the price of livestock products remains affordable.
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library