Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adi Putra Permadi
Abstrak :
Kali Cipinang merupakan salah satu kali paling rawan banjir di Jakarta Timur. Setelah pembangunan Banjir Kanal Timur selesai di tahun 2009 Kali cipinang mengalami perubahan luas genangan banjir. Sebelum pembangunan Banjir Kanal Timur luas genangan Kali Cipinang mencapai 121,12 hektar di tahun 1996, 527,56 hektar di tahun 2002, dan 693,69 hektar di tahun 2007, Sedangkan setelah pembangunan Banjir Kanal Timur luas genangan banjir di Kali Cipinang sebesar 66,94 hektar di tahun 2010. Sebelum pembangunan Banjir Kanal Timur wilayah genangan banjir berada di wilayah ketinggian dengan kisaran 0-70 mdpl sedangkan setelah pemabangunan Banjir Kanal Timur genangan banjir terdapat pada wilayah ketinggian 0-40 mdpl. Pengurangan banjir yang terjadi sebelum dan sesudah pembangunan Banjir Kanal Timur disebabkan lebih karena faktor curah hujan harian yang tinggi di tahun 2002 dan 2007 sebelum pembangunan Banjir Kanal Timur. ......Cipinang River is one of most risk river from flood in East Jakarta. After Flood East Canal was Estabilish in 2009, Cipinang River have move their flood condition. Before East Canal Flood Was build, Cipinang river has Flood capacious 121,12 hectar in 1996, 527,56 hectar in 2002, and 693,69 hectar in 2010, and after Flood east Canal Build Cipinang River has decrase flood capacious at least 66,94 hectar. Before Flood East Canal build, the spread of flood was in 0-70 Meter up the sea surface. After Flood East Canal build the spread of flood is in 0-40 meter up than sea surface. The decrease of flood in Cipinang river before and after Flood East Canal build is caused from daily rain fall in 2002 and 2007. In 2002 and 2007 have more than 100 mm daily rainfall in several day in both of years.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S45147
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septian Agung Waluyo
Abstrak :
Pemahaman terhadap alur sungai dan dinamikanya sangat diperlukan sebagai salah satu agen perubahan bentang alam. Studi tentang migrasi alur sungai salah satunya dapat diterapkan pada jenis sungai yang berkelok-kelok (meander) seperti Sungai Batanghari. Saat ini, keseimbangan ekosistem Sungai Batanghari terganggu akibat aktivitas pertambangan dan perkebunan di sepanjang aliran sungai yang mengakibatkan perubahan pada beberapa alur sungai. Perubahan alur sungai dapat menyebabkan berbagai masalah sosial, ekonomi, dan lingkungan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis variasi spasial dan temporal dari laju migrasi perubahan alur Sungai Batanghari serta menganalisis kaitannya dengan faktor pendorong di wilayah hilir DAS Batanghari pada periode 1985 – 2020. Citra Landsat digunakan untuk menganalisis migrasi perubahan alur Sungai Batanghari wilayah hilir berdasarkan indikator migrasi garis sentral sungai (MGSS), migrasi garis tepi sungai (MGTS), dan sinuousity index. Hasil penelitian menyebutkan bahwa hampir seluruh indikator laju migrasi perubahan alur Sungai Batanghari cenderung terjadi peningkatan di sepanjang periode 1985-2020. MGSS mengalami penurunan pada periode 1985-2013 dan peningkatan pada periode 2013-2020. MGTS menunjukkan terjadi peningkatan tren dimana laju erosi lateral tahunan (LELT) dan total luas erosi lateral (TLEL) juga meningkat. Hal sebaliknya terjadi dimana adanya penurunan tren pada laju pengendapan lateral tahunan (LPLT) dan total luas pengendapan lateral (TLPL). Diketahui pula bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara laju migrasi perubahan alur Sungai Batanghari dengan faktor pendorongnya yaitu debit sungai, vegetasi riparian, litologi, dan gradien sungai. ......An understanding of river channels and their dynamics is needed as an agent of landscape change. One of the studies on river channel migration can be applied to meandering rivers such as the Batanghari River. Currently, the Batanghari River ecosystem is disrupted due to mining and plantation activities along the river basin, which have resulted in changes to several river channels. Changes in river flow can cause various social, economic, and environmental problems. Therefore, this study was conducted with the aim of analyzing the spatial and temporal variations of the migration rate of changes in the Batanghari River channel and analyzing its relation to driving factors in the downstream region of the Batanghari Watershed in the period 1985 – 2020. Landsat imagery was used to analyze the migration of changes in the downstream of Batanghari River channel based on indicators of centerline migration (MGSS), bankline migration (MGTS), and sinuousity index. The results of the study stated that almost all indicators of the migration rate of changes in the flow of the Batanghari River tended to increase throughout the 1985-2020 period. MGSS experienced a decrease in the 1985-2013 period and an increase in the 2013-2020 period. MGTS shows an increasing trend where the annual lateral erosion rate (LELT) and total lateral erosion area (TLEL) also increase. The opposite occurs where there is a decreasing trend in the annual lateral deposition rate (LPLT) and the total lateral deposition area (TLPL). It is also known that there is a significant relationship between the migration rate of changes in the Batanghari River channel and the driving factors, namely river discharge, riparian vegetation, lithology, and river gradient.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rinaldi Pahlevi
Abstrak :
Sungai Pesanggrahan merupakan salah satu aliran sungai yang menyebabkan banjir di Jakarta sehingga membentuk dataran banjir. Daerah yang seringkali tergenang akibat banjir adalah Kelurahan Ulujami dan Cipulir di Jakarta Selatan. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui sebaran kerugian akibat banjir secara spasial berdasarkan waktu periode ulang kejadian banjir. Penilaian kerugian akibat banjir di dataran banjir Sungai Pesanggrahan ini didasari oleh wilayah banjir yang dihasilkan dari hasil model banjir periode ulang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive random sampling dengan total sebanyak 50 sampel untuk melakukan verifikasi hasil model banjir dan melakukan wawancara terhadap responden untuk mengidentifikasi nilai bangunan serta mengetahui besaran kerugian banjir. Hasil analisis menunjukkan bahwa sebaran kerugian akibat banjir di bagian selatan lebih besar dibandingkan bagian utara daerah penelitian karena wilayah tersebut terdapat banyak unit nilai bangunan yang terkategori sebagai usaha. Perbedaan besaran kerugian akibat banjir di dataran banjir dipengaruhi oleh kategori nilai bangunan dan faktor ketinggian dari keberadaan bangunan. ......Pesanggrahan river is one of the river that caused flooding in Jakarta that formed the flood plains. Regions often flooded due to flood is Ulujami and Cipulir in South Jakarta. The purpose of research is to find distribution of losses due to flooding in spatial based on the time of the period of repeated flooding incident. The assessment of losses due to flood in the river flood plains Pesanggrahan this constituted by the flooding resulting from the results of a model of the period of repeated flooding. Methods used in this research is a method of purposive random sampling with a total of 50 sample to verify the results of a model of the flood and do an interview on the respondents to identify the value of building and knowing the amount of flood losses. The analysis shows that the distribution of losses due to flooding in the south are higher than the northern regions of research because the region there are many unit of value of a building which is categorized as business. The difference in the amount of losses due to flood in flood plains influenced by the category of the value of the building and the elevation of buildings.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S60611
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novia Handayani
Abstrak :
Perkotaan di negara berkembang seperti Indonesia sedang menghadapi tantangan terkait dengan kebutuhan vital yaitu hunian di lahan yang kian terbatas sebagai dampak dari tingginya angka urbanisasi. Investasi hunian meningkat dengan pengendalian ruang yang tak terkendali dengan adanya peluang dan ketertarikan atas rendahnya harga lahan. Hasil kajian awal memperlihatkan tumbuh dan berkembangan hunian di dalam wilayah dataran banjir sepanjang sungai Ciliwung Kabupaten Bogor. Berbagai faktor melatarbelakangi daerah rawan banjir itu berkembang dan mengalami ketimpangan berupa irisan dari fungsi dan peran wilayahnya. Hal ini menjadi fenomena perkembangan perkotaan terencana. Studi ini menelaah lebih jauh dengan memodelkan wilayah dataran banjir pada perumahan pengembang yang merupakan salah satu bagian dari perkotaan terencana. Menggunakan perangkat GIS dan HEC-GeoRAS untuk mendeliniasikan wilayah dataran banjir baik topografi dan hidrologis. Termasuk di dalamnya evaluasi kebijakan terkait yang mendasari perencanaan di wilayah studi. Serta tindaklanjut dengan analisis persepsi pemangku kepentingan (penghuni perumahan dan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor) terhadap wilayah dataran banjir yang dihasilkan dari permodelan. Hasil dari permodelan dataran banjir pada wilayah studi dimulai dari periode ulang 5 tahun dengan area limpasan seluas 163 Ha hingga periode ulang 50 tahun seluas 398 Ha. Jenis tutupan lahan dan rencana pola ruang yang telah disandingkan dengan hasil permodelan menunjukkan adanya pengaruh keberadaan wilayah dataran banjir dengan perkembangan perkotaan terencana di Kabupaten Bogor. Pengaruh signifikan berada pada wilayah dengan jenis permukiman perkotaan pada tutupan lahan dan perumahan perkotaan pada rencana pola ruang. Keberadaan perumahan pengembang pada wilayah dataran banjir yaitu sebanyak 12 perumahan dan didapati bahwa perkembangan perkotaan terencana ditinjau dari keberadaan perumahan pengembang dipengaruhi 7,04% oleh wilayah dataran banjir.
Urban in developing countries such as Indonesia is facing challenges related to the vital needs of residential land that are increasingly limited as the impact of high urbanized figures. Residential investment increases with uncontrollable space control with opportunities and interest in low land prices. Preliminary review results showed growing and developing occupancy in flood plains along the Ciliwung River Bogor Regency. Various factors are behind the flood prone areas are developing and experiencing inequality in the form of slices from the function and role of the region. This became a planned urban development phenomenon. This study further studied by modeled the flood plains area on the developers estate which was one part of planned urban areas. It uses GIS and HEC-GeoRAS devices to delineate areas of flood plains both topographical and hydrological. It includes the evaluation of the related policies underlying planning in the study area. As well as a follow up with the analysis of stakeholder perception (housing and local government of Bogor Regency) to the flood area resulting from the modelling. The results of the floodplain modelling in the study area began from a 5-year anniversary with the area of hydrological flood plains in the form of the area of 163 Ha to the anniversary of 50 years of 398 Ha. The type of land cover and spatial plan that has been paired with the result of the modeling indicates the presence of the flood plains area with planned urban developments in Bogor Regency. Significant influence is on the territory with the type of urban settlements on land cover and urban housing on the plan of spatial patterns. The existence of residential developers in the flood plains area is a total of 12 housing and found that the planned urban development is reviewed from the existence of developers housing influenced by 7.04% by flood plains area.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2020
T54865
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhi Sugandhi
Abstrak :
Banjir merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia, tak terkecuali wilayah Ibukota, DKI Jakarta. Setiap tahun, selalu saja ada wilayah yang mengalami banjir, terutama dipicu oleh luapan sungai-sungai yang mengalir. Jakarta sendiri terletak di daerah hilir yang terdiri dari daerah rawa yang merupakan dataran banjir. Salah satu daerah aliran sungai yang paling sering mengalami luapan banjir ialah Sungai Krukut. Hal itu terutama dipicu tingginya nilai curah hujan yang bisa mencapai lebih dari 200 mm dalam sehari. Pembangunan yang masif di sepanjang bantaran aliran sungai telah memperparah banjir yang terjadi, terutama di segmen Pela Mampang yang mencakup Kelurahan Pela Mampang Kecamatan Mampang Prapatan dan Kelurahan Petogogan, Kecamatan Kebayoran Baru. Penilitian ini memodelkan secara dua dimensi, genangan banjir menggunakan program HEC-RAS untuk menggambarkan sebaran potensi banjir periode ulang 2, 5, 10, 25, 50 dan 100 tahun. Selain itu dilakukan juga analisis sapasial infrastruktur terdampak sampai ke tingkat RT untuk memberikan gambaran terkait jangkauan genangan menggunakan 4 jenis klasifikasi (rendah, sedang, tinggi dan ekstrim). Hasil penilitian menunjukkan 19 dari 150 RT di Kelurahan Pela Mampang dan 33 dari 79 RT di Kelurahaan Petogogan tergenang banjir dengan total luas genangan banjir 100 tahun mencapai 39,58 ha. Adapun insfrastruktur terdampak mencapai 1.903-unit dengan luas jalan tergenang mencapai 3,27 ha. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan masukan untuk perencanaan infrastruktur dan pengaturan sungai ke depan dalam rangka antisipasi dan mitigasi bencana yang lebih baik. ......Floods are one of the natural disasters that often occur in Indonesia, including the capital city, DKI Jakarta. Every year, there are always areas that experience inundation, mainly triggered by overflowing rivers. Jakarta itself is in the downstream which consists of swampy areas which are floodplains. One of the rivers that often experiences flooding is the Krukut River. This is mainly caused by the high rainfall which can reach more than 200 mm in a day. Massive development along the banks of the river has exacerbated the flooding, especially in the Pela Mampang segment which includes Pela Mampang Urban Village, Mampang Prapatan Sub-District and Petogogan Urban Village, Kebayoran Baru Sub-District. This study uses a two-dimensional model of flood inundation using the HEC-RAS program to describe the potential distribution of flood inundation for 2, 5, 10-, 25-, 50- and 100-year return periods. In addition, a spatial analysis of the affected infrastructure down to the neighborhood level was also carried out to provide an overview of the inundation range using 4 types of classification (low, medium, high and extreme). The results showed that 19 out of 150 Neighborhoods in Pela Mampang Urban Village and 33 of 79 Neighborhoods in Petogogan Urban Village were flooded with a total area of 100 years return period of flood inundation reaching 39.58 ha. The affected infrastructure reached 1,903 units with an area of 3.27 ha of inundated roads. It is hoped that this research can provide input for future infrastructure planning and river regulation in the context of better disaster anticipation and mitigation.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Khairunnisa
Abstrak :
Curah hujan adalah input dalam sistem hidrologi yang memberikan output dalam aliran sungai dalam bentuk debit aliran. Debit adalah jumlah air yang mengalir dalam satuan volume per waktu (m3/detik). Sungai Cilutung adalah anak sungai Cimanuk yang memiliki a fungsi yang lebih besar, yang merupakan salah satu pengendali banjir di bagian Muara Cimanuk setelah Cimanuk di bendung. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola hidrograf banjir dan menentukan hubungan antara pola hidrograf banjir dan tata ruang variasi curah hujan di Aliran Sungai Cilutung. Variabel dalam penelitian ini termasuk curah hujan dan debit. Metode penelitian menggunakan spasial deskriptif analisis, analisis hidrologi dan analisis statistik. Pola banjir hidrograf dapat terbentuk jika memiliki debit minimum 10 m3/detik dengan a minimum naik turun waktu 1 jam dan memiliki volume debit minimum 100 m3/dtk. Pola hidrograf banjir terkait dengan curah hujan di mana jika curah hujan yang terjadi di Aliran Sungai Cilutung semakin tinggi, maka akan menghasilkan semakin tinggi laju aliran dan membentuk pola hidrografi banjir yang lebih tinggi. Ini didukung oleh terjadinya 22 sampel dipelajari, secara spasial ketika hujan turun pertama di Hulu bagian dari DAS Cilutung dan disertai dengan curah hujan dan intensitas tinggi dan waktu yang relatif lama akan mempengaruhi pola hidrograf banjir yang memiliki a nilai debit maksimum yang lebih tinggi dan volume pembuangan yang lebih tinggi atau sebaliknya. Selain itu, Topografi DAS juga mempengaruhi hubungan banjir pola hidrograf dengan pola spasial curah hujan dimana semakin tinggi Cilutung Daerah aliran sungai, semakin tinggi debit dan disertai dengan curah hujan yang lebih tinggi baik. Ini menunjukkan hubungan antara pola hidrograf banjir dan spasial variasi curah hujan yang didukung oleh hasil uji korelasi yang menunjukkan a hubungan yang kuat antara debit maksimum dan debit total dengan curah hujan dan intensitas curah hujan. ...... Rainfall is an input in a hydrological system that provides output in a river flow in the form of a flowrate. Discharge is the amount of water flowing in units of volume per time (m3/sec). Cilutung River is a tributary of Cimanuk which has a greater function, which is one of the flood controllers in the Cimanuk estuary after Cimanuk is in the weir. This study aims to identify patterns of flood hydrographs and determine the relationship between flood hydrograph patterns and spatial variations in rainfall in the Cilutung River Flow. Variables in this study include rainfall and discharge. The research method uses descriptive spatial analysis, hydrological analysis and statistical analysis. Hydrograph flood pattern can be formed if it has a minimum flow of 10 m3 / sec with a minimum up and down within 1 hour and have a minimum discharge volume of 100 m3 / s. The flood hydrograph pattern is related to rainfall where if the rainfall that occurs in the Cilutung River Flow is higher, it will produce higher flow rates and form higher hydrographic flood patterns. This is supported by the occurrence of 22 samples studied, spatially when the first rain fell in the Upper part of the Cilutung watershed and accompanied by rainfall and high intensity and a relatively long time will affect the flood hydrograph pattern which has a higher maximum discharge value and a higher discharge volume or vice versa. In addition, the watershed topography also influences the relationship between hydrographic flood patterns and spatial rainfall patterns where the higher the Cilutung watershed, the higher the discharge and is accompanied by higher rainfall. This shows the relationship between flood and spatial hydrograph patterns variations in rainfall are supported by correlation test results which show a strong relationship between maximum discharge and total discharge with rainfall and rainfall intensity.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library