Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nisrina Fariha
Abstrak :
Pendahuluan: Pramugari/a  merupakan salah satu profesi dengan beban kerja cukup besar karena jam kerja yang tidak beraturan, waktu kerja yang panjang serta lingkungan kerja yang tidak biasa. Kondisi pandemi COVID-19 meningkatkan risiko terjadinya gangguan mental emosional pada banyak sektor terutama sektor penerbangan. Meskipun telah memasuki masa transisi pandemi COVID-19, kondisi pekerjaan pramugari/a belum kembali seperti sebelum pandemi terjadi.

Objektif: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi serta hubungan antara faktor individu serta pekerjaan di masa transisi pandemi COVID-19 dengan risiko terjadinya gangguan mental emosional pada pramugari/a penerbangan komersial di Indonesia.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang yang dilakukan di Balai Kesehatan Penerbangan Jakarta dari tanggal 9 September – 3 Oktober 2022. Pengumpulan data menggunakan kuesioner mandiri, Fear of COVID-19 Scale, dan Self Reporting Questionnaire-20 kemudian dianalisis dengan menggunakan SPSS versi 25.

Hasil: Penelitian diikuti oleh 163 responden, terdiri dari 89,6% pramugari dan 10,4% pramugara. Diantara faktor individu dan pekerjaan, ada beberapa yang memiliki hubungan signifikan dengan risiko gangguan mental emosional seperti usia muda p <0,001, tidak memiliki anak p 0,047, kebiasaan olahraga yang kurang (95% CI 0,97-9,18); p 0,048, masa kerja < 5 tahun (95% CI 1,35-8,78); p 0,007 serta persepsi ketidakamanan pekerjaan (95% CI 1,47-8,55); p 0,003. Berdasarkan hasil analisis multivariat, masa kerja dan persepsi ketidakamanan pekerjaan merupakan faktor paling dominan yang dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan mental emosional sebesar 3,66 (95% CI 1,39 – 9,66); p 0,009 dan 3,31 (95% CI 1,30 – 8,43); p 0,012 kali.

Kesimpulan: Prevalensi risiko gangguan mental emosional pada pramugari penerbangan sipil Indonesia di masa transisi pandemi COVID-19 cukup tinggi. Dari semua faktor yang dianalisis pada penelitian ini, terlihat masa kerja dan persepsi ketidakamanan pekerjaan dominan meningkatkan risiko terjadinya gangguan mental emosional. Diperlukan penelitian lanjutan untuk menilai faktor-faktor risiko lainnya yang dapat berkontribusi dengan terjadinya gangguan mental emosional. ......Background: Flight attendant is a profession with a heavy workload due to irregular working hours, long working hours and an working mostly at high altitude. The condition of the COVID-19 pandemic increases the risk of mental emotional disorders in many sectors especially the aviation sector, one of which is due to job insecurity. Even though we have entered the transition period of the COVID-19 pandemic, the stability of flight attendants has not returned to what it was before the pandemic outbreak.

Objective: To determine the prevalence of mental emotional disorders among Indonesian commercial flight attendants during the transition period of the COVID-19 pandemic and its relationship with job insecurity.

Methods: This cross-sectional study was conducted at the Directorate General of Civil Aviation Medical Jakarta from September 9th to October 3rd 2022. The data was collected using independent questionnaire such as Fear of COVID-19 Scale and Self Reporting Questionnaire-20, which was then analyzed using SPSS version 25.

Results: The subjects were 163 people in total, consisting of 89,6% female flight attendants and 10,4% male flight attendants The prevalence of mental emotional disorders in Indonesian commercial flight attendants during the transition period of COVID-19 pandemic was found to be 15.3%. The trends showed that there is a significant relationship between perceptions of job insecurity and mental-emotional disorders p=0.036, and there are other characteristics that are significantly related to mental-emotional disorders such as young age p=<0.001, not having children p=0.047, and working period <5 years (95% CI 1.35-8.78); p=0.007.

Conclusion: The prevalence risk of mental emotional disorders in Indonesian commercial flight attendants during the transition period of COVID-19 pandemic is quite high. The existence of job insecurity is one of the dominant factors associated with the occurrence of mental emotional disorders during the transition period of COVID-19 pandemic and also young age seems to be a contributing factor. However, further research is still needed to assess other risk factors that can contribute to the occurrence of mental emotional disorders.

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dasti Anditiarina
Abstrak :
Latar belakang: Stres kerja pada pramugari mengurangi tingkat konsentrasi dan kinerja dalam tugas terbang,serta menimbulkan gangguan fisiologis berupa gangguan siklus haid. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi stres kerja dan faktor lainnya terhadap risiko gangguan siklus haid pada pramugari. Metode: Desain potong lintang dengan sampling purposif pada pramugari usia 19-50tahun yang melaksanakan pengujian kesehatan berkala di Balai Kesehatan Penerbangan dan Garuda Sentra Medika tanggal 18-29 Mei 2015. Data untuk gangguan siklus haid dikumpulkan melalui kuesioner. Stres kerja diidentifikasi dengan National Institute for Occupational Safety and Health generic job stress questionnaire mental demands. Hasil: Di antara 521 pramugari yang melaksanakan pengujian kesehatan, tersedia 251 subyek yang terpilih. Stres kerja, jenis penerbangan long haul dan pernah merokok merupakan faktor risiko dominan yang berhubungan dengan gangguan siklus haid. Subyek dengan stres kerja berisiko 2 kali lebih tinggi mengalami gangguan siklus haid [risiko relatif suaian (RRa)= 2,03; p= 0,104]. Subyek dengan jenis penerbangan jarak jauh 1 tahun terakhir berisiko 79% mengalami gangguan siklus haid (RRa= 1,79; p= 0,041). Subyek yang pernah merokok berisiko 70% mengalami gangguan siklus haid (RRa= 1,70; p= 0,072). Kesimpulan: Pramugari penerbangan sipil dengan stres kerja, jenis penerbangan jarak jauh dalam 1 tahun dan pernah merokok, memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan siklus haid. ...... Background: Job stress among female flight attendants reduce level of concentration and flight duty performance, also cause physiological disorder such as menstrual cycle disorder. This study aimed to identify risk factors related to menstrual cycle disorder on female flight attendants. Methods: A cross-sectional with purposive sampling was conducted on female flight attendants age 19-50 years who underwent periodic medical examination at Civil Aviation Medical Center and Garuda Sentra Medika on May 18-29,2015. Menstrual cycle disorder data collected with questionnaire. Job stress was identified by using National Institute for Occupational Safety and Health generic job stress questionnaire mental demands. Results: Among 521 flight attendants, 251 subjects to analyze. Job stress,flight type and ever smoked were the risk factors related to menstrual cycle disorder. Subjects who had job stress had 2 times higher risk to menstrual cycle disorder [adjusted relative risk (RRa)= 2.03; p= 0.104]. Subject who had long haul flight had 79% higher risk to menstrual cycle disorder (RRa= 1.79; p= 0.041). Subject who ever smoke had 70% higher risk to be menstrual cycle disorder (RRa= 1.70; p= 0.072). Conclusions: Female civilian flight attendant who had job stress, long haul flight within the last one year, and who ever smoked had higher risk to be menstrual cycle disorder.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Wulan Nursita
Abstrak :
Talents is crucial to determind the competitive advantage of an organization. Most organization are facing challenge for retaining their talents who are doing voluntary turnover. This cause problems for company especially in airline industry which has strict regulation related to its personell. This study looks at the effect of job satisfaction, job stress, and individual factor on flight attendants turnover rate. Using the case and data from PT. Garuda Indonesia, this study follows qualitatif system dynamic framework to identify and describe the overall phenomena of flight attendant turnover and the variable involved. The study also tested several intervention strategies to see whether there are changes on the flight attendant turnover considering the intervention given. This study shows that turnover rate has significant impact on the company crew strength that influence job satisfaction and job stress which eventually back to influence the turnover rate in a reinforcing effect. Furthemore, company policy related to married, maternity leave, and hijab are according to subject matter expert should be evaluated. This results imply that the Airline should consider to make adjustment and creating policy intervention related to existing policy in order to see results of turnover reduction.
Pegawai berbakat merupakan penentu keunggulan kompetitif pada suatu organisasi. Banyak organisasi dihadapkan pada tantangan untuk mempertahankan bakat-bakat yang ingin meninggalkan perusahaan. Hal ini menyebabkan permasalahan khususnya pada perusahaan penerbangan yang memiliki peraturan ketat untuk pegawai yang bekerja di sana. Penelitian ini melihat pengaruh kepuasan kerja, stres kerja, dan faktor individu terhadap tingkat turnover awak kabin. Menggunakan kasus dan data dari PT. Garuda Indonesia, penelitian ini mengikuti kerangka kerja kualitatif sistem dinamis untuk mengidentifikasi dan menggambarkan keseluruhan fenomena pergantian awak kabin dan variabel yang terlingkup pada fenomena tersebut. Studi ini juga menguji beberapa strategi intervensi untuk melihat apakah ada perubahan tingkat pergantian pramugari dengan mempertimbangkan intervensi yang diberikan. Studi ini menunjukkan bahwa tingkat turnover memiliki dampak signifikan pada kekuatan awak kabin perusahaan, yang kemudian mempengaruhi kepuasan kerja dan stres kerja yang pada akhirnya, kembali mempengaruhi tingkat turnover dalam efek penguatan. Selain itu, kebijakan perusahaan terkait pernikahan, cuti hamil, dan Pemakaian jilbab harus dievaluasi. Hasil Penelitian menyiratkan bahwa Maskapai Penerbangan harus mempertimbangkan untuk melakukan penyesuaian dan membuat perubahan kebijakan menjadi lebih akomodatif terkait dengan pernikahan, cuti hamil, dan pemakaian jilbab untuk melihat pengurangan turnover awak kabin.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T53702
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Melania Muda
Abstrak :
Latar belakang: Pramugari merupakan salah satu pekerjaan yang sering terpapar stresor ergonomik sehingga sangat rentan terkena gejala gangguan muskuloskeletal. Salah satu cara untuk mengatasi keluhan muskuloskeletal adalah dengan peregangan otot. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat prevalensi gangguan muskuloskeletal dan pengaruh program latihan peregangan selama 2 mingggu menggunakan video peregangan Kemenkes RI terhadap perubahan intensitas nyeri gangguan muskuloskeletal pada pramugari pesawat komersil di Indonesia. Metode: Penelitian ini merupakanre -post study dengan instrumen Nordic Musculoskeletal Questionnaire dan Visual Analog Scale<. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 92 %  pramugari (n = 75) mengalami gangguan muskuloskeletal pada setidaknya 1 area tubuh dalam 12 bulan terakhir. 34 responden dijadikan sebagai subjek penelitian. Skor tingkat keluhan pada 28 area tubuh sebelum intervensi sebesar median 34 (29-84) dengan intensitas nyeri sebesar median 6 (2-9) masing-masing menjadi median 32 (28 - 67) dan  median 3 (0-9) setelah intervensi. Kesimpulan: Didapatkan adanya perubahan yang bermakna pada skor tingkat keluhan pada 28 area tubuh yang bermakna pada skor tingkat keluhan pada 28 area tubuh (p < 0,001) serta intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi latihan peregangan (p < 0,001). ......Background: Flight attendant (FA) is a job that often exposed to ergonomic stressors so they are very susceptible to symptoms of musculoskeletal disorders. One of the ways to overcome musculoskeletal complaints is to stretching. The aim of this study was to examine the prevalence of musculoskeletal disorders and the effect of a 2-week stretching exercise program using the Indonesian Ministry of Health's stretching video on changes in the intensity of musculoskeletal pain in FA on commercial aircraft in Indonesia. Methods: This is a pre-post study with Nordic Musculoskeletal Questionnaire and Visual Analog Scale as instruments. Results: The results showed that 92% of the FA (n=75) had musculoskeletal disorders in at least 1 area of the body in the last 12 months. 34 respondents were used as subjects. The complaint level score in 28 body areas before the intervention was a median of 34 (29-84) with pain intensity of a median of 6 (2-9) became a median of 32 (28-67) and a median of 3 (0-9) after the intervention, respectively. Conclusion: The stretching exercise program showed significant changes in the complaint level scores in 28 body areas (p<0.001) and pain intensity before and after the stretching exercise intervention (p<0.001).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library