Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 121 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eugenia Mardanugraha
Abstrak :
Lemuru merupakan jenis ikan utama di Selat Bali. Sekitar 80% dari hasil tangkapan nelayan di Selat Bali adalah ikan Lemuru. Sedangkan jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan perikanan mencapai sekitar 61%. Dengan demikian, analisis mengenai perekonomian di Selat Bali sangat erat kaitannya dengan analisis mengenai perekonomian Lemuru. Analisis ekonomi dinamis dapat dilakukan dengan menghitung tangkapan optimum yang memaksimumkan keuntungan bersih dari pengusahaan Lemuru. Kondisi biologis ikan Lemuru yaitu sifat reproduksi dan pertumbuhan ikan Lemuru serta keterkaitan antara produksi Lemuru muda dan Lemuru dewasa menjadi kendala dalam persoalan maksimisasi di atas. Persoalan optimasi ini diselesaikan dengan menggunakan pengganda LAGRANGE dan kondisi KUHN TUCKER. Metode KUHN TUCKER merupakan salah satu teknik dalam menyelesaikan persoalan nonlinear programming. Dalam menggambarkan kondisi biologisnya, Lemuru dibagi menjadi Lemuru muda dan Lemuru dewasa. Dalam satu tahun, Lemuru muda bertumbuh menjadi Lemuru dewasa dan Lemuru dewasa melakukan reproduksi menghasilkan Lemuru muda. Di pasar, Lemuru muda mempunyai harga jual lebih rendah- dibandingkan ikan Lemuru dewasa. Populasi Lemuru diperkirakan mencapai keseimbangan pada tahun 2010 pada tingkat 245,634.395 ton untuk ikan Lemuru dewasa dan 110,070.564 ton untuk ikan Lemuru muda. Untuk mencapai kondisi keseimbangan, maka tingkat tangkapan yang harus dilakukan adalah 95,309.640 ton untuk ikan Lemuru dewasa dan 29,768.135 ton untuk ikan Lemuru muda.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T20524
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bone, Quentin
New York: Taylor and Francis, 2008
597 BON b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Amsterdam: Elsevier , 2006
597 BEH
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tyus, Harold M.
Boca Raton : CRC Press , 2012
597 TYU e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Verhoef-Verhallen, Esther
London: Grange Books, 2000 ; 2004
R 597 VER c
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Hasan Djima
Abstrak :
Maksud diadakan penelitian terhadap peluang ekspor ke Republik Rakyat Cina adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ekspor ikan Tuna/ Cakalang , posisi daya saing komoditi ikan tuna Indonesia di pasar Republik Rakyat Cina serta strategi meningkatkan daya saing komoditi ikan tuna Indonesia.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif yang bersifat kualitatif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai kondisi faktor - faktor yang mempengaruhi daya saing berdasarkan telaah dari berbagai sumber yang dilakukan dengan mewawancarai nara sumber yang berkompeten dengan masalah ikan tuna.

Dari hasil analisis menunjukkan bahwa kekuatan daya saing komoditi ikan tuna Indonesia bertumpu pada faktor sumber daya alam, tenaga kerja yang banyak dengan tingkat upah yang relatif murah, sedangkan faktor-faktor lain perlu ditingkatkan, sehingga keunggulan sumber daya alam dapat digunakan untuk memanfaatkan peluang yang ada sehingga diharapkan Indonesia dapat menjadi eksportir yang utama dan handal di pasar Cina.

Berdasarkan hasil analisis SWOT memperlihatkan bahwa posisi daya saing ikan tuna Indonesia berada pada kuadran atau menerapkan strategi pertumbuhan dan alternatif yang tepat diterapkan adalah menjaga konsistensi volume produksi, mengingat pertumbuhan ekonomi Republik Rakyat Cina yang semakin membaik sebagai akibat dari kebijakan liberalisasi perdagangan, mengoptimalisasikan teknologi mengingat ekspor ikan tuna Indonesia ke Cina masih dalam bentuk yang sederhana. Dengan mengoptimalisasikan teknologi diharapkan mutu Ikan tuna Indonesia dapat lebih ditingkatkan.

Untuk mengimplementasikan strategi tersebut di atas, peran pemerintah sangat menentukan dengan menciptakan iklim usaha dan investasi yang kondusif disertasi dengan penciptaan stabilitas keamanan maupun politik sehingga akan lebih menarik banyak investor maupun calon investor untuk menanamkan modalnya di sektor perikanan tuna Indonesia, di samping itu tentunya pemerintah perlu memberikan kemudahan untuk memperoleh kredit dengan tingkat suku bunga yang relatif rendah dan murah. Bagi pelaku bisnis tentunya sangat diharapkan untuk berperan lebih aktif lagi melalui wadah yang telah ada dengan ikutserta dalam kegiatan pameran baik lokal maupun internasional sehingga komoditi tuna Indonesia lebih meningkat daya saingnya.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T1440
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siadari, Mutiara F.
Abstrak :
Akhir-akhir ini ikan dari perairan darat Indonesia sudah jarang ditemukan di pasaran, kalaupun ada harganya akan sangat mahal. Selain produksinya yang menunan terus, ukurannya pun jarang yang besar. Keadaan ini menjadi suatu tanda bahwa ikan air tawar yang hidup sekarang ini di perairan darat Indonesia tidak lagi memiliki kesempatan untuk tumbuh dan berkembang. Keadaan ini menyadarkan manusia untuk dapat memenuhi kembali kebutuhannya serta menyediakan kembali ketersediaan sumberdaya ikan dengan mengusa fakan budidayanya. Odum (1971) mengemukakan bahwa bila populasi alam dimanfaatkan sampai batasnya, dan berkurang karena pengambilan ikan yang melampaui batas, maka tentu saja perhatian akan beralih kepada pemeliharaan ikan, atau budidaya air, terutama karena budidaya semacam itu dapat merupakan cara yang efisien untuk memproduksi pangan protein. Budidaya diharapkan dapat menghasilkan produksi yang selalu meningkat sehingga selain dapat menyediakan kebutuhan protein ikan sehari-hari juga dapat menjaga kelestarian dari keanekaragaman hayati ikan air tawar. Khususnya di Ibun, salah satu kecamatan di Kabupaten Bandung, masyarakat telah sejak dulu ikut berperanserta dalam pembudidayaan ikan air tawar. Namun, peranserta yang selama ini ada hanya terkait dengan kegiatan pemanfaatan dan berorientasi pada ekonomi tanpa memperhatikan kelestarian ikan air tawar. Maka, diperlukan peranserta yang aktif dari masyarakat pembudidaya ikan air tawar dalam hal perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan secara lestari terhadap kualitas dan kuantitas ikan air tawar. Berdasarkan uraian di etas, maka yang pertu ditetiti adalah budidaya ikan yang dapat meningkatkan produksi ikan air tawar dan pengaruh peranserta masyarakat dalam budidaya ikan air tawar terhadap kelestarian keanekaragaman hayati. Penelitian ini menggunakan metode survei dan bersifat deskriptif analisis. Pemilihan responden sebagai sampel penelitian dilakukan dengan metode penarikan sampel secara acak sederhana. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solutions) yang mencakup perhitungan frekuensi, ANDVA, korelasi, dan chi-square. Hasil penelitan yang dapat dipaparkan adalah: Produksi ikan tertinggi dihasilkan oleh masyarakat yang memiliki sistem budidaya kolam air tenang, setelah itu masyarakat yang memiliki sistem budidaya minapadi, potikultur/tumpangsari, kolam air deras, keramba, dan yang paling sedikit produksinya adalah masyarakat dengan sistem budidaya jaring apung. Jenis ikan yang paling banyak dibudidayakan adalah jenis ikan mas, lale Jumbo, nila, dan ikan nitem. Berdasarkan jawaban dari 120 responden yang diberi kuesioner, sekitar 0,83% memiliki tingkat persepsi sangat baik, 60,83% baik, dan 38,34% memiliki tingkat persepsi cukup. Tingkat peranserta masyarakat masih sangat rendah dengan nilai 85,83%. Tingkat peranserta masyarakat kategori rendah sebanyak 5,87%, cukup 3,33%, dan kategori tinggi hanya sebanyak 4,17%. Setelah melakukan penelitian dan pembahasan terhadap data yang didapatkan, maka ditemukan kesimpulan sebagai berikut: 1. Budidaya ikan yang diiakukan masyarakat Desa Lampegan bervariasi dalam sistem budidaya dan jenis ikan. Budidaya yang dilaksanakan terdiri dari pembenihan dan pembesaran ikan. Kesemuanya ini menghasilkan produksi ikan yang meningkat dari waktu ke waktu, bagi pemenuhan konsumsi gizi dan peningkatan pendapatan keluarga. 2. Persepsi masyarakat terhadap budidaya ikan sudah cukup tinggi, namun peranserta masyarakat masih sangat rendah. Oleh karena itu belum terlihat ada pengaruh peranserta masyarakat terhadap budidaya yang mereka lakukan selama ini.
People Participation in Sustainable Freshwater Fish Cultivation (Study Case in Lampegan Village, Ibun Subdistrict, Bandung District, West Java)Recently, fish in the Indonesia's fresh water is rarely found in the market. Because of that, it is very expensive to buy. The production keeps going down and about the size never have a big one. This situation became a sign that freshwater fish in Indonesia's water never have a chance to grow and develop. This situation realized people to get back to fulfill human needs and to provide fish resources by develop the cultivation. In Odum (1971) explained that if natural population (in this case is fish) is used and reach the limits, people will take many ways to get back to maintain fish or fish cultivation. It is an efficient way to produce protein food. The cultivation is expected success in production, daily fish protein needs, and conservation. In Ibun, one of the sub Districts of Bandung District, people always participate in freshwater fish cultivation. People participation only connect with economy activity without consider the freshwater fish conservation. Because of that, people in this village should participate actively in freshwater fish by conservation, protection, and sustainable cultivate to get good quality and large quantity of freshwater fish. The problems of this research are as follows: What kinds of fish cultivation can increase the production of freshwater fish and how the impact of people participation in fish cultivation that can conserve the biodiversity? The research is using a survey method and type of this research is descriptive analysis. Respondent election as a research sample is using a simple random sample method. Data analysis is using a SPSS (Statistical Product and Service Solutions) which includes frequency, ANOVA, correlation, and chi-square calculation. The results of this research are as follows: The highest fish production is produced by people who have a quiet pond cultivation system, after that people who has minapadi cultivation system, polyculture / intercropping, fast pond, keramba, and the lower production is produced by people who has a float nit cultivation system. The fish type, which is the most, cultivated, is gold fish, fete freshwater catfish, nila, and nilem. The questioner is given to 120 respondents. About 0,83% from 120 respondents have a very good perception level, 60,83% has a good perception level, and 38,34% has an enough perception level. The lower people participation level is about 85,83%, low people participation level is about 6,67%, enough people participation level is about 3,33% and the highest participation level is about 4,17%. The conclusions of this research are as follows: 1. The fish cultivation in Lampegan village is several of cultivation system and fish type. The implementation of cultivation consists of seeding and growing fish. This implementation can produce fish that increases progress. It can increase family income and nutrient needs. 2. The people perception in fish cultivation is high enough, but the people participation is very low. So there is no impact of people participation to fish cultivation in this study area.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2000
T11061
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Widyastuti Anggraeni S.
Abstrak :
Potensi perikanan terumbu karang telah memberikan sumbangan bagi perekonamian Indonesia melalui ekspor produk lautnya, namun di sisi lain penggunan bahan kimia seperti sianida sebagai metode tangkap telah menimbulkan masalah lingkungan yang cukup serius. Sianida mengakibatkan kematian karang, kematian biota laut lainnya termasuk larva ikan, putusnya rantai makanan dan rusaknya ekosistem terumbu karang beserta fungsinya, yaitu fungsi ekologis dan fungsi ekonomi. Sianida umumnya digunakan untuk menangkap ikan tanpa membunuhnya untuk industri ikan konsumsi dan ikan bias akuarium. Seiring dengan makin tingginya kepedulian akan kelestarian terumbu karang dan kepentingan menjaga keberlanjutan usaha ikan hias laut maka muncul usaha dan beberapa pihak untuk memperkenalkan kembali penggunaan jaring sebagai alat tangkap alternatif sebagai pengganti sianida. Kendala muncul dari ketidakpercayaan di kalangan nelayan sendiri akan efektivitas jaring sebagai pengganti sianida. Bagi para nelayan yang telah terbiasa menggunakan sianida, ide penggunaan jaring menimbulkan pertanyaan. Menggunakan jaring berarti harus meluangkan waktu untuk belajar dan timbal keraguan apakah jumlah ikan yang ditangkap sama banyaknya dengan dibandingkan ketika menggunakan sianida. Di pihak lain, ada ketidakpercayaan pemerintah bahwa para nelayan akan dan mampu mengganti cara tangkap mereka dengan sukarela. Sikap antipati ini lebih banyak timbal karena pelanggaran penggunaan sianida yang tak henti-hentinya dilakukan oleh para nelayan. Berdasarkan latar belakang tersebut maka permasalahan dalarn penelitian ini adalah: 1) Apakah manfaat metode jaring lebih besar dari metode sianida? 2) Apakah terdapat hubungan positif antara penerapan jaring dengan manfaat jaring? 3) Apakah pemberian insentif dari pemerintah mampu meningkatkan manfaat metode jaring?. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mengetahui seberapa besar nilai manfaat metode jaring dibandingkan metode sianida guna memberikan argumentasi ilmiah dalam mendukung penggunaan jaring sebagai metode alternatif, 2) Menganalisis hubungan antara manfaat metode jaring dengan penerapannya oleh nelayan di Desa Les, 3) Mengkaji bentuk-bentuk insentif dan disinsentif dari pemerintah guna meningkatkan manfaat penggunaan jaring dan menghentikan penggunaan sianida dalam kegiatan penangkapan ikan hias dan pengelolaan sumberdaya laut secara berkelanjutan. Hipotesis yang diajukan dalan penelitian ini adalah: 1) Manfaat dari metode jaring lebih besar daripada metode sianida, 2) Terdapat hubungan antara penerapan jaring dengan manfaat jaring, 3) Manfaat metode jaring dapat ditingkatkan apabila Pemerintah mengusahakan: a) Pemberian subsidi atau kompensasi selama peralihan cara tangkap, b) Pelatihan penangkapan dengan metode jaring, c) Insentif harga terhadap ikan yang ditangkap dengan menggunakan metode jaring, d) Kemudahan dalam pengurusan dokumen perdagangan bagi pengusaha ikan bias yang menggunakan jaring. Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat berupa data yang sahib yang mampu memberikan masukan, ilmiah maupun praktis yang dapat mendorong penerapan metode penangkapan secara lestari dalam industri ikan hias laut khususnya dan sumberdaya alam laut pada umumnya dan bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam mendukung penggunaan jaring dan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan industri ikan hias taut yang berkelanjutan. Variabel penelitian adalah penerapan jaring sebagai variabel bebas dan manfaat jaring sebagai variabel terikat, sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner, wawancara dan observasi langsung. Pemilihan lokasi penelitian maupun pemilihan responden adalah purposive sampling mengingat seluruh nelayan di Desa Les telah melakukan uji coba penggunaan jaring dan berhasil dikumpulkan kuisioner dari 79 responden. Analisis data dilakukan untuk membuktikan hipotesis yaitu analisis manfaat biaya untuk membuktikan hipotesis pertama, analisis korelasi Spearman Rank untuk membuktikan hipotesis kedua dan analisis deksriptif dengan menggunakan tabel frekuensi untuk hipotesis ketiga. Analisis manfaat biaya dilakukan untuk tiga kategori nelayan ikan hias, yaitu nelayan kompresor, nelayan snorkeling jalan kaki dan nelayan snorkeling menggunakan angkutan umum. Perhitungan manfaat biaya menghasilkan Nilai Bersih Sekarang (Net Present Value) dari jaring lebih besar daripada nilai NPV sianida yaitu 37,683,832: 32,976,174 untuk nelayan kompresor, 18,017,672 : 13,914,464 untuk nelayan snorkeling jalan kaki dan 35,376,020 : 31,356,362 untuk nelayan snorkeling menggunakan angkutan umum. Perhitungan rasio manfaat biaya juga menghasilkan BCR jaring lebih besar daripada BCR sianida untuk semua kategori nelayan yaitu 3.14: 2.64 untuk nelayan kompresor, 4.87: 3.10 untuk nelayan snorkeling jalan kaki dan 4.31:3.49 untuk nelayan snorkeling menggunakan angkutan umum. Berdasarkan hasil analisis maka diperoleh koefisien korelasi p (rho) sebesar 0.223 pada taraf signifikansi 5% yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara manfaat jaring dengan penerapannya oleh nelayan Les. Koefisien korelasi juga diuji dengan uji t dan menghasilkan t hitung sebesar 2,007 yang menunjukkan koefisien korelasi adalah signifikan karena nilainya lebih besar dari t tabel pada taraf 5%. Hasil analisis deskriptif diperoleh hasil sebanyak 51.90% responden mengatakan bahwa peningkatan harga ikan hias jaring sangat diperlukan untuk meningkatkan manfaat jaring disusul oleh peningkatan mutu ikan (10,13%), penyediaan jaring (2,53%) dan insentif lain berupa pemberian ijin penangkapan, jaminan pasar, penyuluhan, penguatan kelompok nelayan, tambahan modal, penyediaan jaring sekaligus jaminan harga dan penyuluhan, pemberian ijin dan jaminan harga, masing-masing sebesar 1,27% dan sisanya sudah merasa cukup dengan manfaat yang ada sekarang (13,92%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat metode jaring lebih besar dari manfaat metode sianida baik dari nilai bersih sekarang (Net Present Value), maupun dari rasio manfaat biaya untuk tingkat nelayan penangkap. Oleh karena itu secara ekonomi dan ekologis jaring layak untuk menggantikan sianida sebagai metode penangkapan ikan hias laut, 2. Terdapat hubungan yang signifikan antara penerapan jaring oleh nelayan desa Les dengan manfaat yang mereka terima dari penerapan jaring tersebut, 3. Untuk lebih meningkatkan keuntungan jaring terhadap para nelayan maka pemerintah berperan rnelaliii pemberian insentif berupa pemberian subsidi dan pelatihan, pelatihan dan jaminan pasar serta pemberian ijin penangkapan. Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan adalah: 1. Mulai diterapkannya penggunaan jaring oleh semua pihak yang masih menggunakan sianida, 2. Pengakuan pemerintah terhadap metode jaring melalui penetapannya sebagai cara tangkap yang legal, 3. Keterlibatan pemerintah, pihak swasta dan para nelayan dalam pengusahaan ikan hias laut secara berkelanjutan melalui sistem pengelolaan bersama (coo-management). Daftar Kepustakaan: 39 (1988-2002)
Sustainable Undertakings of Marine Ornamental Fishes: a Case Study of Fish Catching Methods Changes in the Les Subdistrict, Tejakula District, Buleleng Residency, Bali Coral reef ecosystem provided high contributions for economic of Indonesia through its export commodities although the use of chemical substance in fishing activities such cyanide had cause serious environmental problem. Cyanide has long known responsible for the dead of the coral's polyps, killed fishes larvae as well as other marine organisms' and therefore cut the food chain and, at the end damaged coral reef ecosystem with its ecological and economic function. Cyanide used to stunned target fishes, both for live fish and ornamental fish. Overtime, there are the rising of interest to protect the coral reef and its resource and the sustainability of marine ornamental fish business. Barrier net as an alternative catching method was reintroduced to substitute cyanide. Problem arouse from the fishers community itself for the effectiveness of the net by their longtime comfortable of using cyanide. More time will need if they started to use net and whether the catches will stay in the same number like when they use cyanide. The government, on the other side, shown their skeptic opinion that the fisher will switch their method voluntary, almost based on their experience of violation of the law by the fishers themselves which remain spread out in Indonesian coastal and marine area. Research problems identified from the background are: 1) Is the benefit of barrier net higher that cyanide's?, 2) Is there relationship between the used of net by the fishers and benefit received? and 3) Is the incentive by government can increase the net's benefit? The aims of the research are: 1) To find out the value of net's benefit comparing to the cyanide's to provide scientific argument to support the use of net as alternative method, 2) To analyze the correlation between the used of net by the fishers and benefit received, and 3) To determine type of incentives and disincentive by the government to increase the net's benefit and terminate the use of cyanide. The hypotheses for this research are: 1) Net's benefit is higher than cyanide's benefit, 2) There is the used of net by the fishers and benefit received, and 3) The net's benefit can be increase by government through, a) Subsides offer or compensation along the switch time, b) Net use training, c) Price's incentive for net cached fishes, d) Simplified administration process for businessmen that already used net. The result were expected to provide reliable and scientific data to drive and motivated the use of sustainable catching method for, marine ornamental fish and marine resource and provide strong based to support the use of the nets and formulate policies related sustainability of marine aquarium fish. Research variable were net's benefit and it used of the fishers, data collected trough questionnaire, interview and current observation. Location and respondence were chosen using purposive sampling. Research was conduct in Les Subdistrict, Tejakula District, Buleleng Residency, Bali, Population of this study was fishers in Les and ornamental fishers were use as the sample. Data analyzed using Cost Benefit Analysis and Spearman Rank correlation analysis to verify the 1st and 2nd hypotheses. The 3rdhypothesis was analyzed using frequent table. The result showed Net Present Value (NPV) of net was higher than cyanides for three categories of fishers as well as the BC Ratio. The NPV for compressor used fishers was 37,683,832: 32,976,174; 18,017,672: 13,914,464 for walking snorkeling fisher and 35,376,020: 31,356,362 for ground transportation snorkeling fisher. The BCR for compressor used fishers was 3.14: 2.64; 4.87: 3.10 for walking snorkeling fisher and 4.31:3.49 for ground transportation snorkeling fisher. Correlation of Spearman Rank showed the coefficient of correlation value of 0.223 at significance level of 5% means there is significance relationship between net's benefit and the fishers use it. The coefficient then was tested and came out with the result of tom (2.007) was higher that t table, mean the coefficient were significance at level of confidence of 5%. Table frequency shown as much of 51.90% respondence said that the higher price will increase the net's benefit, followed by the improve of fish quality (10,13%), supply of net (2,53%) and another incentive such us catching permit, market guarantee, teaching, empowering fisher organization, capital, net supply together with catching permit and teaching, catching permit and price guarantee, each 1,27% and the rest said they already satisfied with current benefit (13,92%). The research comes to the conclusion are: 1. The benefit of net is higher that the benefit of cyanide both for NPV and SCR, and therefore cyanide was appropriate to substitute cyanide as catching method, 2. There is significance relationship between the use of net by Desa Les' fishers and it's benefit, 3. To increase the benefit the net used, the government can take role by giving incentives such subsidies, training, price incentive and catching permit. Based on analysis there are several recommendations: 1. Implementation of net by all the fishers and parties that still using cyanide, 2. Recognition of net as alternative method by government, 3. The involving the entire stakeholder to give effort for the sustainability of marine aquarium fishes by implemented coo-management. Number of References: 39 (1988-2403)
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T11402
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nestiyanto Hadi
Abstrak :
Penilaian kesehatan Sungai Cibareno telah dilakukan pada bulan Agustus - Oktober 2013. Penelitian bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai kondisi Sungai Cibareno dan pengetahuan tradisional masyarakat dalam memanfaatkan ikan. Kategori kondisi Sungai Cibareno diukur menggunakan metrik Index of Biotic Integrity (IBI), sedangkan pengetahuan tradisional masyarakat diukur menggunakan Index of Cultural Significance (ICS). Hasil penelitian diperoleh data mengenai kelimpahan spesies ikan, modifikasi metrik IBI, dan tes silang IBI dengan Sungai Pesanggrahan dan Sungai Aib. Kekayaan spesies ikan yang diperoleh sebanyak 22 spesies dan 11 Famili. Modifikasi metrik IBI yang ditetapkan dengan uji Korelasi Pearson dengan signifikansi α = 0,05 menunjukkan adanya hubungan antar metrik, yaitu metrik herbivor, karnivor, omnivor, penghuni dasaran, kolam air, long-lived species, toleran, intoleran, native, non native, kelimpahan, dan kondisi keabnormalitasan ikan. Total nilai IBI pada tes silang dengan Sungai Pesanggrahan dan Sungai Aib memiliki nilai yang sama, yaitu 46. Kedua total nilai IBI tersebut menununjukkan bahwa Sungai Cibareno masuk ke dalam kategori sungai yang baik. Sedangkan masyarakat yang tinggal di sekitar Sungai Cibareno dapat mengenali 27 spesies ikan. Spesies yang mendapatkan nilai ICS tertinggi adalah Sicyopterus cynocephalus, Sicyopterus macrostatholepis, dan Sicyopterus microcephalus. Nilai ICS masing-masing spesies tersebut sebesar 48. Masyarakat banyak memanfaatkan ikan tersebut sebagai konsumsi sehari-hari, dijual sebagai ikan hias dan larva ikan (impun) sering ditangkap dalam acara “selawenan”. Pada masyarakat pesisir, mereka juga telah memiliki pengetahuan tentang cara memanen ikan yang baik, yaitu dengan adanya pelarangan penggunaan racun dan setrum (electrofishing) untuk menangkap ikan. ......Health assessment of Cibareno River was conducted in August-October 2013. The objective was to obtain information regarding the condition of Cibareno River and traditional knowledge for utilizing fish. Cibareno River’s conditions were measured by Index of Biotic Integrity (IBI), whereas traditional knowledge is measured by Index of Cultural Significance (ICS). The data result were obtained about species richness, IBI metric modification, and IBI cross test with Pesanggrahan River and Aib River. The fish assemblage that was obtained as many as 22 species and 11 family. IBI metric modification that was defined by Pearson correlation test with significance α = 0.05 showed that there was correlation between metrics: herbivor, carnivore, omnivor, benthic species, water column species, long-lived species, tolerant species, intolerant species, native species, non-native species, abundance, and fish condition (disease, fin damage, skeletal anomalies). The IBI total score for cross test with Pesanggrahan River and Aib River has same score, is 46. Both of the total score indicates that Cibareno River is include in the category of a good river. Whereas, people around the Cibareno River recognized 27 species of fish. Species that scored the highest Index of Cultural Significance (ICS) are Sicyopterus cynocephalus, Sicyopterus macrostatholepis, and Sicyopterus microcephalus. The total number of ICS from each species is 48. Many people utilize those fish as daily consumption, ornamental and the larvae (impun) is often captured for the "selawenan" event. For coastal people, they also have the knowledge of how to do a good fish harvesting, which is by banning the use of poison and electrofishing to catch fish.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T38690
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Dewi Sriyani
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian mengenai keragaman ikan gabus Sentani Oxyeleotris heterodon, Weber 1907 telah dilakukan dari bulan Agustus 2016 -- April 2017. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan menganalisis keragaman morfologi ikan gabus sentani Oxyeleotris heterodon dengan metode truss morfometrik dan keragaman genetik dengan DNA barcoding. Sampel ikan gabus Sentani Oxyeleotris heterodon sebanyak 56 individu ditangkap dengan menggunakan jaring insang dari tiga stasiun penelitian yaitu Kampung Ifar, Kampung Putali dan Kampung Sosiri. Metode truss morfometrik dilakukan dengan mengukur 26 karakter pada tubuh sampel yang diamati, sedangkan metode DNA Barcoding dilakukan dengan menggunakan Gen Cytochrome Oxidase Sub Unit 1. Hasil yang diperoleh memperlihatkan nilai korelasi tertinggi terdapat pada karakter B2 dan D5, dengan nilai korelasi sebesar 0,963, sedangkan nilai korelasi terendah terdapat pada karakter A1 dan A4 dengan nilai korelasi sebesar 0,278. Nilai koefisiensi keragaman setiap karakter morfometrik sebesar 31 . Semua variabel berbeda secara signifikan antar setiap lokasi semua variabel memiliki p-value < 0,05 . Terbentuk tiga kelompok/kluster dari analisis morfometrik. Gen Cytochrome C Oxidase Sub Unit 1 COX 1 digunakan sebagai penanda. Daerah penanda Cytochrome Oxidase Sub Unit 1 menghasilkan fragmen DNA berukuran 650 bp. Hasil rekonstruksi pohon filogeni menghasilkan membentuk dua kelompok/kluster. Truss morfometrik dan DNA Barcoding dapat digunakan dalam mengidentifikasi keragaman ikan gabus Sentani Oxyeleotris heterodon di Kampung Ifar, Kampung Putali dan Kampung Sosiri.
ABSTRACT
Research on the diversity of gabus Sentani fish Oxyeleotris heterodon, Weber 1907 was conducted from August 2016 to April 2017. The aims of this study to identify and analyze the morphological diversity of gabus Sentani fish Oxyeleotris heterodon by morphometric truss method and genetic diversity by DNA Barcoding. Gabus Sentani fish Oxyeleotris heterodon samples of 56 individuals were caught by gill net from three research stations that is Ifar Village, Putali Village and Sosiri Village. The morphometric truss method was performed by measuring 26 characters in the sample body observed, while the DNA Barcoding method was performed using Gen Cytochrome Oxidase Sub Unit 1. The results obtained showed the highest correlation values were in the characters B2 and D5, with a correlation value of 0.963. While the lowest correlation value is on the characters A1 and A4 with a correlation value of 0.278. The coefficient value of each morphometric characteristic is 31 . All variables differ significantly between each location all variables have p value
2017
T48078
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>