Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
610 AJFD
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Yudha Aria Putra
"Penggunaan komposit sebagai material baru telah mencakup pada bidang yang amat luas seperti pada bidang automotif, kelautan, luar angkasa dan lain sebagainya. Pada penerapannya kekuatan mekanis material komposit sangat dipengaruhi oleh temperatur lingkungannya, khususnya setelah temperatur melewati temperatur transisi gelas (Tg).
Dalam penelitian ini akan diamati pengaruh temperatur terhadap kekuatan mekanis material komposit. Material komposit yang digunakan adalah komposit serat gelas/poliester dengan metode pembuatan laminasi basah manual. Sera gelas yang digunakan yaitu kombinasi serat gelas tipe E jenis Chopped Strand Mat (CSM) dan Woven Roving (WR), dengan susunan 3CSM-WR-3CSM-WR-2CSM, sedangkan matriks yang digunakan yaitu resin poliester. Terhadap material dilakukan pemanasan selama 120 menit dengan variasi temperatur 60C, 80C, dan 100C kemudian didinginkan di udara terbuka. Sebagai pembanding beberapa komposit tidak dipanaskan. Kemudian dilakukan pengujian tarik (ASTM D 638), pengujian tekan (ASTM D 695), dan pengujian lentur (ASTM D 790). Pengujian tersebut dilakukan pada temperatur ruang. Mekanisme perpatahan yang terjadi akibat pembebanan diamati dengan menggunakan mikroskop optik.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa dengan naiknya temperatur pemanasan maka kekuatan tarik dan kekuatan lentur komposit serat gelas/poliester mengalami penurunan. Kekuatan tekan komposit serat gelas/poliester lebih rendah dibanding kekuatan tariknya untuk setiap temperatur pemanasan. Perpatahan yan terjadi akibat pembebanan tarik cenderung bersifat getas dengan terjadinya pelepasan ikatan antara matriks dengan serat, dan patahnya matriks dengan serat yang tertarik ke luar. Dengan naiknya temperatur pemanasan mode perpatahan yang terjadi akibat pembebanan tekan pada arah longitudinal cenderung menunjukkan perpatahan ekstensional. Perpatahan yang terjadi akibat pembebanan lentur dimulai pada lapisan terluar yang berlawanan dengan titik pembebanan yang kemudian diikuti oleh lapisan yang berdekatan, dengan kerusakan berupa hancurnya matriks, patahnya serat dan delaminasi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S47859
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutapea, Donald
"Penggunaan material komposit serat gelas-poliester dewasa ini sangat banyak dijumpai pada aplikasi perairan disebabkan sifatnya yang menguntungkan yaitu ringan. rasio kekuatan tinggi terhadap berat, pembuatan bentuk yang tidak terbatas dan harga bahan baku yang rendah serta kemudahan memperoleh bahan bakunya. Namun adanya lingkungan pemakaian seperti perendaman dan temperatur tinggi. komposit serat gelas-poliester memiliki keterbatasan seperti menurunnya sifat mekanis komposit serat gelas-poliester. Pada penelitian ini akan dievaluasi pengaruh perendaman dan temperatur terhadap kekuatan komposit serat gelas poliester. Dalam penelitian ini spesimen komposit merupakan kombinasi dari serat gelas jenis E-glass dan resin poliester jenis GP (general purpose). Serat gelas yang digunakan berbentuk CSM (chopped strand mar) dan WR (woven roving) dengan susunan: 3CSM- I WR - 3CSM - 1 WR - 2CSM Sebagian spesimen tidak direndam (pada temperatur ruang) dan sebagian lagi mengalami perendaman pada temperatur 25'C, 60'C dan 90'C selama 23 hari (552 jam). Setelah itu dilakukan uji tarik arah longitudinal terhadap salah satu serat WR Standar uji tarik yang digunakan adalah ASTM D-638M Pengamatan struktur makro dan mikro selanjutnya dilakukan terhadap bentuk kerusakan yang terjadi pada setiap kondisi. Dari hasil penelitian diketahui bahwa pada perendaman di bawah temperatur gelas (73' C) kadar air yang terserap meningkat dengan naiknya temperatur perendaman, sedangkan di alas temperatur gelas, kadar air yang terserap justru mengalami penurunan. Kekuatan tarik spesimen mengalami penurunan dengan naiknya temperatur perendaman. Warna spesimen juga mengalami perubahan dari hijau bening menjadi putih kekuningan dan tekstur permukaan spesimen semakin kasar dengan naiknya temperatus perendaman. Bentuk perpatahan yang terbentuk pada komposit serat gelas-poliester meliputi patah intralaminer, interlaminar dan translaminer."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S47853
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marlinda Kusuma Dewi
"Kontaktor membran serat berlubang (Hollow Fiber Membrane Contactor - HFMC) dapat digunakan dalam proses perpindahan massa dari gas/liquid atau liquid/liquid tanpa dispersi dari suatu fasa terhadap fasa lain. Salah satu proses separasi yang dapat menggunakan kontaktor ini adalah absorpsi oksigen ke dalam air. Kontaktor membran ini memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan kontaktor fasa terdispersi, yaitu tidak terjadinya flooding, unloading, buih dan emulsi. Keuntungan terbesar dari kontaktor membran ini adalah luas permukaan perpindahan massa yang jauh lebih besar dengan ukuran yang kompak. Namun kontaktor membran ini juga memiliki kekurangan, yaitu adanya resistansi tambahan, adanya pengotoran dan umur yang pendek. Pada penelitian ini, proses absorpsi oksigen ke dalam air dilakukan menggunakan kontaktor membran serat berlubang. Serat membran yang digunakan merupakan produksi Hoechst Celanese Microporous Hollow Fiber dengan diameter membran sebesar 300 pm dengan panjang 50 cm dan dilakukan variasi laju alir air danjumlah serat. Laju alir yang digunakan adalah 0,5 ; 1,0 ; dan 1,5 gpm untuk studi perpindahan massa dan 100; 150; 200; 250; dan 300 liter/jam untuk studi hidrodinamika. Sedangkan jumlah serat yang digunakan adalah 60, 8U dan 100 buah. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa nilai koef-sien perpindahan massa yang diperoleh sebesar 4,512x 10-2 cm/s dan nilai fluks sebesar 31,216 gram setiap meter persegi luas area permukaan membran per jam. Untuk studi perpindahan massa, pengaruh laju alir air berbanding lurus dengan koefisien perpindahan massa, dimana ssmakin hesar laju alir air maka koefisien perpindahan massa akan meningkat. Sedangkan untuk studi hidrodinamika, jumlah serat dan kecepatan aliran berbanding lunis dengan penunman tekaran, dimana semakin banyak jumlah serat dan semakin tinggi laju alir air maka pcnurunan tekanan yang dihasilkan semakin besar. Namun faktor friksi semakin kecil seiring dengun meningkatnya jumlah serat dan kecepatan aliran."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49574
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reyner Fabiansyah Bujang
"Pelapisan dengan menggunakan titanium dioksida telah banyak diteliti untuk digunakan dalam fotokatalitik. Metode pelapisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pencelupan. Metode pelapisan dilakukan dengan merendam substrat ke larutan pelapis. Dalam percobaan ini, larutan titanium dioksida berperan sebagai laruna pelapis. Substrat yang telah terendam ke dalam larutan kemudian disimpan dalam oven dengan suhu 60o C untuk kurun waktu yang berbeda. Ditemukan bahwa semakin lama sampel disimpan dalam oven, partikel yang melekat pada serat gelas optik dan membran telur semakin banyak. Dalam metode pelapisan, kecepatan menarik substrat dari dalam larutan pelapis mempunyai peran yang besar dalam menentukan hasil akhir pelapisan. Semakin cepat kecepatan penarikan, semakin tebal lapisan yang akan didapatkanMetode pelapisan yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dalam larutan dengan pH 2,0. Ditemukan bahwa dengan kondisi yang telah disebutkan di atas, serat gelas optik dan membran telur berhasil dilapisi dengan titanium dioksida.

Titanium dioxide coating has been widely studied for photocatalytic use. The coating method tat used in this experiment is dip coating method. Dip coating method was done by submerging a substrate into oating solution. In this experiment, the coatin solution is TiO2 solution. The substrate that has been submerged into solution was then kept in the oven with temperature 600C for different amount of time. It was found that the longer the sample kept in the oven, the more particles attached to the optical glass fibre and egg membrane. In dip coating method, withdrawal speed of the substrate form the coating solutin was also play abig role in giving the final result of the coating. The faster the withdrawal speed, the thicker the coating. The dip coating that ahs been done in this experiment was carried out in the solution with pH 2.0. It was found that with the condition that has been mentioned above, it is possible to coat optical glass fibre and egg membrane."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44068
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Christian Lukito
"Kawat bendrat dibandingkan dengan serat baja yang pada umumnya digunakan untuk campuran beton memiliki kelebihan yakni harga yang lebih murah. Kawat bendrat digunakan sebagai pengganti serat baja dengan cara dipotong menjadi serat berukuran 30 mm. Penggunaan serat kawat bendrat di dalam campuran beton berguna untuk memperbaiki sifat mekanis beton, seperti kuat geser. Penelitian ini menggunakan sampel geser double-L berukuran 30 cm x 20 cm x 7.5 cm dan sampel geser kubus berukuran 30 cm x 15 cm x 10 cm. Sampel diuji dengan menggunakan alat tes tekan universal. Sampel dibuat dengan mutu beton fc? 25 MPa dengan variabel jumlah bendrat di dalam campuran beton sebanyak 0%, 4%, 6%, 8%, 10%, dan 12% terhadap jumlah semen. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sampel yang menggunakan kawat bendrat sebanyak 8% terhadap jumlah semen dalam campuran beton memiliki kenaikan kekuatan geser langsung yang optimum.

Annealed wire is less expensive compared to the steel fibre used for fibre reinforced concrete and it is used as replacement of steel fibre by cutting this wire into pieces by size of 30 mm. The use of annealed wire fibre (AW-fibre) in concrete mix is to strengthen the shear capacity of concrete. A research outcomes based on a set of laboratory experimental works done to numbers of double L concrete specimens size of 30 cm x 20 cm x 7.5 cm and cube concrete specimens size of 30 cm x 15 cm x 10 cm loaded under direct shear force by a universal compression machine. The specimens were constructed from 25 MPa AW-fiber concrete, using 0%, 4%, 6%, 8%, 10%, and 12% percentage of fibre content to the weight of cement proportion. The result from this research shows that by adding 8% of AW-fibre produced a maximum improvement of the direct shear strength capacity of this type of AW-fibre concrete."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S136
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Darmo Santoso
"Kontaktor membran adalah suatu perangkat yang memungkinkan perpindahan massa sistem gas/cair tanpa dispersi satu fasa pada fasa lainnya. Hal ini dapat dilakukan dengan mengalirkan fluida pada sisi yang berlawanan dari membran mikropori, seperti pada kontaktor membran serat berongga (hollow fiber membrane contactors, HFMC). Dengan pengontrolan perbedaan tekanan yang baik antar fluida, suatu fluida akan tetap diam di dalam pori membran sehingga permukaan kontak antar fluida tetap berada pada ""mulut"" setiap pori membran. Pendekatan ini memberikan berbagai keuntungan penting bagi HFMC jika dibandingkan dengan kontaktor konvensional yang dispersif, seperti tidak terjadi emuisi, tidak terjadi flooding (pada rasio laju alir gas terhadap cair sangat besar), tidak terjadi unloading (pada rasio laju alir gas terhadap cair sangat kecil), tidak diperlukan perbedaan densitas antar fluida, luas permukaan kontak yang besar dan diketahui jumlahnya serta cenderung konstan (berapapun rasio laju alir gas terhadap cair) selama pengoperasian.
Pada HFMC, aliran fluida cair melalui membran cenderung laminer, sehingga karakteristik hidrodinamikanya dapat diteliti dengan baik. Hal ini juga memungkinkan perhitungan yang cukup akurat dari koefisien perpindahan massa dari membran. Kedua hal di atas inilah yang akan dievaluasi pada skripsi ini. Pemisahan atau penambahan gas terlarut dari atau ke dalam air atau larutan cair juga dapat menggunakan HFMC. Penambahan (absorpsi) kadar oksigen terlarut ke dalam air dengan menggunakan udara (sebagai sumber gas oksigen) dipilih sebagai model sistem penelitian kali ini untuk mengetahui efektivitas perpindahan massa (dilihat dari koefisien perpindahan massa) dan karakteristik hidrodinamika air dalam HFMC. Hal ini cukup penting agar dapat diaplikasikan secara komersial.
Dilihat dari model sistem yang dipilih cukup penting mengingat kandungan oksigen yang besar di dalam air terkadang sangat dibutuhkan dalam pengaplikasiannya sehari-hari seperti sebagai air minum,air permukaan, air di rumah sakit ataupun industri. Studi yang dilakukan adalah studi pengaruh jumlah serat terhadap perpindahan massa dan hidrodinamika. Proses penelitian dilakukan dengan mengkontakkan udara dengan air melalui kontaktor membran serat berongga dengan variasi jumlah serat dan laju alir air.
Pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran kadar oksigen terlarut, temperatur air setiap 30 detik sampai kadar oksigen terlarutnya sekitar 4 ppm dan penurunan tekanan pada tiap laju alir dan tiap modul embran. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, perpindahan massa yang terjadi yang dinyatakan dengan fluks perpindahan 02 ke dalam air mampu mencapai sekitar 6,4 gram untuk setiap meter persegi area membran per jam dengan penggunaan fraksi kepadatan modul 0,03456 pada nilai Re sekitar 4200. Koefisien perpindahan massa lapisan film fasa liquid yang terjadi mampu mencapai 0,034 cm/s.
Semakin banyak jumlah serat dalam dimensi selongsong modul yang sama (fraksi kepadatan modul (?) semakin besar), maka koefisien perpindahan massa yang terjadi semakin kecil, sedangkan untuk jumlah serat yang sama dalam suatu modul (pada ? yang sama) semakin besar laju alir air, koefisien perpindahan massa yang terjadi semakin meningkat. Dari korelasi bilangan Sherwood terhadap bilangan Reynolds yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa perpindahan massa 02 dari udara ke dalam air terjadi di daerah laminer, dengan korelasinya Sh = (- 1992,9 ? + 170,22) Re 0,2523 dan Sh = (- 270,53 ? + 23,108) Re0,2523 Sc0,2533 dengan batasan nilai Reynolds pada 900 < Re < 4250 dan 0,03456 ? ? ? 0,06912 seperti yang dilakukan pada penelitian ini.
Sementara itu, dari aspek hidrodinamika semakin banyak jumlah serat dan semakin tinggi kecepatan aliran, penurunan tekanan yang terjadi juga semakin besar. Tetapi, faktor friksi semakin kecil seiring dengan meningkatnya jumlah serat dan kecepatan aliran. Faktor friksi modul yang terjadi lebih besar daripada faktor friksi literatur yang dihitung dengan menggunakan persamaan untuk pipa halus."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49575
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farida Agustyani
"Modul membran serat berlubang mulai banyak digunakan sebagai peralatan kontaktor gas-cair karena dapat memberikan luas permukaan kontak yang besar. Salah satu aplikasi dari peralatan ini adalah untuk memisahkan oksigen terlarut dari dalam air. Membran disini berfungsi sebagai kontaktor yang merupakan media tempat berkontak antara air dengan oksigen. Dalam proses pemisahan oksigen dari air melalui membran, perbedaan konsentrasi antara fasa gas dan fasa cair memberikan gaya penggerak untuk perpindahan secara difusi melalui membran tersebut.
Studi ini menggunakan kontaktor membran serat berlubang untuk memisahkan oksigen terlarut dari air. Serat yang digunakan adalah MEMCOR CMF-S S10T dari MEMCOR Australia berukuruan 650 _m diameter luarnya, 130 _m tebal dindingnya dan 0,2 _m ukuran nominal pori membrannya. Ada 3 kontaktor membran yang digunakan dalam penelitian ini dengan jumlah serat bervariasi dari 112, 126 dan 140. Pemisahan oksigen terlarut dari dalam air melalui kontaktor membran serat berlubang dilakukan dengan menggunakan pompa vakum dipilih sebagai model sistem penelitian untuk mengetahui efektifitas perpindahan massa (dilihat dari koefisien perpindahan massa) dan kharakteristik hidrodinamika air dalam kontaktor membran serat berlubang. Dalam eksperimen kecepatan air divariasikan dari 24 hingga 103 Cm/detik, memberikan variasi pada bilangan Reynolds sekitar 800 hingga 2000. Koefisien perpindahan massa yang diperoleh berdasar hasil eksperimen berkisar antara 0,006 hingga 0,012 Cm/detik.
Berdasarkan hasil eksperimen terlihat bahwa koefisien perpindahan massa yang terjadi di dalam kontaktor turun dengan naiknya fraksi kepadatan membran di dalam kontaktor pada kecepatan air yang sama dan naiknya temperatur pemanasan awal pada air umpan. Korelasi perpindahan massa dapat dinyatakan dalam persamaan: Sh =(-0,066?+0,034 ) Re0,87 Sc0,33 menunjukka bahwa difusi oksigen dari dalam air terjadi pada daerah aliran turbulen. Hal ini didukung dengan penurunan tekanan yang terjadi di dalam kontaktor juga terjadi di daerah turbulen. Selain itu pengaruh konfigurasi membran menunjukkan bahwa membran ujung bebas memberikan koefisien perpindahan massa yang lebih besar dari dari membran ujung terikat. Rasio friksi aliran air di dalam kontaktor berkisar 1,7 hingga 3,9 kali lebih besar dari fraksi teoritis."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49591
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Peter
"Kontaktor membran serat berlubang adalah suatu peralatan kontak dan filtrasi yang memungkinkan terjadinya perpindahan massa untuk sistem gas-cair tanpa dispersi antara satu fasa dengan fasa lainnya. Kontaktor membran serat berlubang telah banyak digunakan sebagai peralatan kontak karena memberikan luas permukaan yang tinggi pada volume peralatan yang kecil. Sebagai kontaktor gas-cair, tidak seperti halnya pada aplikasi proses membran konvensional seperti mikrofiltrasi, ultrafiltrasi dan osmosa balik, gaya penggerak bagi terjadinya proses pemisahan adalah gradien konsentrasi bukannya gradien tekanan. Dengan demikian hanya diperlukan perbedaan tekanan yang kecil di sepanjang membran untuk menjamin bahwa interfasa gas-cair tetap berada pada pori-pori membran.
Studi ini menggunakan kontaktor membran serat berlubang untuk memisahkan oksigen terlarut dari air melalui proses vakum. Serat yang digunakan adalah MEMCOR CMF-S S10T dari MEMCOR Australia berukuran 650 ?m diameter luarnya, 130 ?m tebal dindingnya dan 0,2 ?m ukuran nominal pori membrannya. Ada 3 kontaktor membran yang digunakan dalam penelitian ini dengan jumlah serat bervariasi yaitu 19, 28 dan 38 buah.
Dalam eksperimen kecepatan air divariasikan dari 38 hingga 79 cm/detik, memberikan variasi pada bilangan Reynolds aliran dari sekitar 2300 hingga 7000. Koefisien perpindahan massa yang diperoleh berdasarkan hasil eksperimen berkisar antara 0,006 hingga 0,015 cm/detik. Berdasarkan hasil eksperimen terlihat bahwa koefisien perpindahan massa yang terjadi di dalam kontaktor turun dengan naiknya fraksi kepadatan membran di dalam kontaktor pada laju alir linier air yang sama dan naiknya temperatur pemanasan awal pada air umpan. Korelasi perpindahan massa dapat dinyatakan dalam persamaan sh = (-1,9261? + 0,2695) Re0,67 Sc0,33 yang mengindikasikan bahwa perpindahan massa yang terjadi berada pada daerah turbulen. Hal ini juga didukung dalam studi hidrodinamika dimana penurunan tekanan di dalam kontaktor merefleksikan bahwa aliran fluida yang terjadi di selongsong kontaktor juga berada dalam daerah turbulen.
Selain itu pengaruh konfigurasi modul juga menunjukkan bahwa modul membran ujung bebas (dinamis) memberikan performansi perpindahan massa yang lebih baik daripada modul membran ujung terikat (statis). Peninjauan yang lain menunjukkan bahwa semakin tinggi temperatur air umpan di dalam reservoir, maka nilai koefisien perpindahan massanya cenderung menurun. Studi hidrodinamika menunjukkan bahwa nilai faktor friksi aliran air di dalam kontaktor lebih besar 1,86 hingga 6,82 kali daripada nilai faktor friksi teoritis yang dikarenakan adanya gesekan tambahan antara air dengan serat selain antara air dengan dinding kontaktor."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49600
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Sri Hafwina
"Kontaktor membran serat berlubang (hollow fiber membrane contactor) adalah suatu alat yang dapat melakukan perpindahan massa gas-cair atau cair-cair tanpa adanya dispersi dan telah banyak digunakan sebagai peralatan kontak karena memberikan luas permukaan yang tinggi pada volume peralatan yang kecil. Sebagai kontaktor gas-cair, tidak seperti halnya pada aplikasi proses membran konvensional seperti mikrofiltrasi, ultrafiltrasi dan osmosa balik, gaya penggerak bagi terjadinya proses pemisahan adalah gradien konsentrasi bukannya gradien tekanan. Dengan demikian hanya diperlukan perbedaan tekanan yang kecil di sepanjang membran untuk menjamin bahwa interfasa gas-cair tetap berada pada pori-pori membran. Eksperimen ini menggunakan kontaktor membran serat berlubang berserat lepas (dinamis) dan berserat terikat (statis) untuk memisahkan oksigen terlarut dari air melalui proses vakum. Serat yang digunakan adalah MEMCOR CMF-SS10T dari MEMCOR Australia dengan diameter luar 650 ?m, tebal dinding 130 ?m dan ukuran nominal pori membran 0,2 ?m. Ada 3 kontaktor membran yang digunakan dalam penelitian ini dengan jumlah serat yang bervariasi yaitu 84, 93, dan 103. Dalam eksperimen ini laju alir air divariasikan dari 44 hingga 93 cm/s, yang memberikan variasi pada bilangan Reynolds dari sekitar 1000 hingga 2600. Koefisien perpindahan massa yang diperoleh berkisar antara 0,006 hingga 0,012 cm/s untuk ujung serat lepas (dinamis) dan untuk ujung serat terikat (statis) berkisar antara 0,005 hingga 0,009 cm/s. Berdasarkan hasil eksperimen terlihat bahwa koefisien perpindahan massa yang terjadi di dalam kontaktor turun dengan naiknya jumlah serat atau fraksi kepadatan membran di dalam kontaktor pada laju alir air yang sama. Korelasi perpindahan massa pada kontaktor dinyatakan dengan dengan bilangan Sherwood sh = (-0,071 ? + 0,0303) Re0,89 Sc0,33 yang mengindikasikan perpindahan massa terjadi di daerah turbulen. Hal ini juga didukung dengan penurunan tekanan dalam kontaktor yang juga berada di daerah turbulen. Koefisien perpindahan massa cenderung menurun dengan naiknya temperatur air untuk laju alir yang sama. Selain itu studi hidrodinamika menunjukkan bahwa faktor friksi aliran di dalam kontaktor lebih besar 1,3 - 4 kali dari faktor friksi teoritis."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49595
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>