Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nico Putrama
Abstrak :
Restoran cepat saji (fast food restaurant) merupakan sejenis restoran yang memiliki karakterislik makanannya biasanya telah tersedia sehingga setelah dipesan dapat langsung dibawa untuk dikonsumsi ditempat atau dibawa pulang. Budaya masyarakat perkolaan yang senang untuk mengunjungi restoran cepat saji sepertinya telah menjadi gaya hidup-Hal ini menyebabkan persaingan bisnis restoran cepat saji semakin ketat dengan semakin banyaknya restoran cepat saji lokal maupun internasional. Sama seperti halnya sebuah produk, restoran cepat saji juga memiliki merek (brand) yang melekat pada dirinya. Merek merupakan identitas yang melekat pada sebuah sebuah produk sehingga dapat dibedakan dengan produk lainnya. Mcrek akan semakin memberikan arti apabila produk tersebut ditawarkan ke konsumen. Untuk itu perlu dibangun ekuitas merek yang kuat sehingga merek yang ada akan mcmperoleh banyak keuntungan seperti dapat dilakukannya brand extension. Ekuitas merek yang dimaksud dalam penelitian ini adalah CBBE (Customer Based Brand Equity) yang mempunyai dasar dari pemikiran bahwa kckuatan mock tcrlctak pada apa yang telah dipelajari, dirasakan, dilihat, dan didengar pelanggan tentang merek untuk jangka waktu tertentu. Dalam kasus penelitian ini, konsumen restoran cepat saji harus mengaiami langsung (based on experienced) dengan mengkonsumsi makanan yang ada direstoran cepat saji tersebut sehingga pengusaha restoran cepat saji harus lebih cerdik dalam mensiasati apa-apa saja hal-hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkan ekuitas merek misalnya me]alui program komunikasi yang tepat. Ada 7 (tujuh) merek (brand) restoran cepat saji yang diukur ekuitasnya didalam penelitian ini yang menurut penulis cukup pantas untuk diteliti yaitu McDonalds, Kentucky Fried Chicken (KFC), California Fried Chicken (CFC), Texas Fried Chicken (TFC), Wendy's, dan Hoka Hoka Bento. Pengukuran Ekuilas merek (Brand Equity) dalam penelitian ini dibangun dari 4 (empat) dimensi yaitu brand awareness, brand loyally, perceived quality dan brand image. Masing-masing variabel laten ini diturunkan menjadi variabel-variabel operasional yang diharapkan dapat menjelaskan variabel-variabel dimensi pembentuk brand equity tersebut. Penelitian ini dimaksudkan untuk 1) Mengetahui nilai brand equity dari ketujuh resloran cepat saji yang diteliti. 2) Mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara brand equity secara keseluruhan dengan kinerja (berdasarkan persepsi) restoran cepat saji. 3) Mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara variabel-variabel pembentuk brand equity dengan kinerja restoran cepat saji. 4) Dapat membandingkan resloran yang dipersepsikan berkinerja tinggi dengan yang berkinerja rendah untuk variabel-variabel yang signifikan mempengaruhi kinerja restoran cepat saji. Perlu diketahui kinerja yang dimaksud peneliti adalah pertumbuhan yang dilihat dari tahun berdiri (tahun masuknya restoran cepat saji ini ke Indonesia) dan jumlah gerai yang ada di Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh penulis bertempat di Universitas Trisakti Jakarta dengan jumlah responden 280 orang untuk ketujuh restoran ccpat saji yang diteliti. Sehingga profil umum responden yang terbentuk usia berada dikisaran 16-25 tahun, lajang, dan mahasiswa. Dari penelitian yang dilakukan, dengan menjumlahkan rerata variabel-variabel dimensi pembentuk brand equity tersebut diperoleh basil score brand equity tertinggi ditempati oleh restoran cepat saji McDonalds, kemudian disusul secara berurutan oleh KFC, Hoka-Hoka Bento, CFC, TFC, Popeye's, dan Wendy's. Ternyata brand equity secara keseluruhan memang mempengaruhi kinerja restoran eepat saji yang berdasarkan persepsi (diperoleh dengan me-regresikan brand equity dengan kinerja). Brand equity yang diperoleh penulis merupakan basil faktor analisis dari ketiga variabel pembentuknya yaitu brand loyalty, perceived quality dan brand Image, karena brand awareness dikeluarkan dari pembentuk brand equity karena tidak dapat diproses lebih lanjut_ Penjelasan yang secara statistik dapat kita lihat dari angka KMO pada output SPSSI3. Untuk itu secara tidak langsung memang ada hubungan antara brand loyally, perceived quality dan brand image dengan kinerja restoran cepat saji. Penemuan yang tidak diduga ofeh penulis temyata yang memberikan pengaruh cukup besar terhadap kinerja jika meregresikan variabel-variabel pembentuk brand equity (brand awareness, brand loyally, perceived quality, dan brand image) adalah brand loyalty saja. Memang hal ini diukung oleh teori yang mengatakan bahwa inti dari brand equity adalah brand loyalty, karena loayalitas identik dengan pembelian kembali yang menguntungkan pengusaha restoran cepat saji dimasa yang akan datang. Pembahasan yang berikutnya adalah melihat perbedaan restoran berkinerja tinggi dengan restoran yang berkinerja rendah pada variabel brand loyalty (karena hanya ini yang secara langsung signifikan memberikan pengaruh terhadap kinerja restoran cepat saji yang juga dilandaskan persepsi). Perbedaan dilihat dengan mem-breakdown masing-masing variabel operasional untuk brand loyally. Dari 6 (enam) variabel operasional yang ada memang semuanya signifikan, akan tetapi ada 2 (dua) yang bisa dikatakan cukup rendah yaitu kemungkinan untuk pindah ke restoran lain dan kemungkinan tidak berkunjung secara reguler. Hal inilah yang membuat Penulis menyatakan konsumen restoran cepat saji berada pada satisfied buyer with switching cost. Sedangkan keempat varibel opersional lainnya untuk brand loyalty seperti cukup puas jika berkunjung ke restoran ini, merekomendasikan restoran ini pada orang lain, ingin berkunjung kembali dan memilih restoran ini sebagai pilihan pertama sudah dirasakan cukup tinggi. Akan tetapi menurut penulis perlu ditingkatkan lagi, jika pengusaha restoran cepat saji ingin meningkatkan loyalitas ketingkat selanjutnya yaitu likes the brands (menganggap merek sebagai temannya). Bagi penelitian selanjutnya diharapkan, diambilnya respondcn cepat saji di mall sehingga seluruh segmentasi usia dapat tersentuh yang memang benar-benar dapat merepresentasikan konsumen restoran cepat saji.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18017
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tamara Saraswati
Abstrak :
PT XYZ adalah salah satu pemain di industri restoran fast-food yang memasuki pasar Indonesia sejak awal tahun 2012 dan menawarkan produk yang unik yaitu makanan Korea yang dibungkus dalam konsep cepat saji. Meskipun memiliki produk yang unik, laporan penjualan PT XYZ tidak menunjukkan keunggulan dari produk unik tersebut, bahkan PT XYZ mencatatkan kerugian selama 5 tahun berturut-turut sejak 2014 sampai sekarang. Dengan produk yang unik dan kondisi pasar yang mendukung, seharusnya PT XYZ tidak mengalami masalah profitabilitas, sehingga perlu diteliti lebih dalam lagi apa yang menyebabkan PT XYZ mengalami masalah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis management control system yang diaplikasikan oleh PT XYZ dengan menggunakan pendekatan four levers of control, yaitu belief system, boundary system, diagnostic system dan interactive control system. Penelitian dilakukan dengan metode studi kasus dan menggunakan wawancara serta kuisioner untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa PT XYZ sudah memiliki management control system namun penerapannya masih sangat tidak efektif dalam analisis menggunakan metode four levers of control. Penerapan yang tidak efektif inilah yang membuat PT XYZ kesulitan mengatasi masalah profitabilitas mereka, sehingga terjadi secara menahun. ......PT XYZ is one of the pioneers in Korean fast-food restaurant which entered the Indonesian market since the beginning of 2012 that offers a unique taste of Korean wrapped in the concept of fast food, which is an advantage for the Company. Yet, PT XYZ financial report recorded loss for five consecutive years since 2014. With its unique products and supportive market conditions, PT XYZ should not experience profitability issues. This study aims to analyze the management control system applied by PT XYZ using the four levers of control approach, namely belief systems, boundary systems, diagnostic systems, and interactive control systems. The study was conducted using the case study method and using interviews, focus group discussions, and questionnaires to obtain the data and information needed. The results of this study indicate the problems that occur to PT XYZ are mainly caused by the inadequacy of the management control system's application in analysis using the four levers of control approach. The Company nearly does not apply interactive control systems and has a very weak diagnostic system. These two problems make it hard to compare and measure the actual performance of the firm, which will impact the strategy determination and target settlement.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adelya Fina Kuswardani
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan frekuensi konsumsi fast food modern pada Mahasiswa FKM UI angkatan 2021. Pada penelitian ini, variabel dependennya adalah frekuensi konsumsi fast food modern dan variabel independennya adalah tingkat stres, jenis kelamin, pengetahuan gizi, kontrol diri, uang saku, pengaruh peer group dan pengaruh media sosial. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juni 2022 kepada 145 mahasiswa FKM UI angkatan 2021 yang sesuai dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner secara daring (online). Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara univariat dan bivariat yang menggunakan chi-square. Hasil menunjukkan bahwa sebanyak 66,2% responden memiliki tingkat konsumsi fast food modern dengan frekuensi sering, yaitu mengonsumsi fast food modern >3 kali per minggu. Hasil juga menunjukkan bahwa tingkat stres, pengetahuan gizi, kontrol diri, uang saku, dan pengaruh media sosial berhubungan dengan konsumsi fast food modern pada remaja. ......This study aims to determine the factors associated with the frequency of consumption of modern fast food in FKM UI students batch 2021. In this study, the dependent variable is the frequency of consumption of modern fast food and the independent variables are stress levels, gender, knowledge of nutrition and fast food, self control, amount of money they have, also peer group and social media influence. This study is a quantitative study with a cross-sectional design. Data collection was carried out in June 2022 to 145 FKM UI students, batch 2021, according to the inclusion criteria and exclusion criteria. Data was collected through filling out online questionnaires (online). The data obtained were analyzed by univariate and bivariate method using chi-square design. The results show that as many as 66.2% of respondents have a high level of consumption of modern fast food, based on the frequency of consuming modern fast food > 3 times per week. The results also show that stress levels, knowledge of nutrition and fast food, self-control, money, and the influence of social media are related to the consumption of modern fast food in adolescents.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cahya Ramadhania
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi serta membahas makna metafora dalam iklan produk McDonald’s Jepang dengan menggunakan teori metafora Knowles & Moon. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah iklan yang diunggah pada akun twitter resmi McDonald’s Jepang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 10 data iklan yang mengandung 12 metafora. Ditemukan 8 metafora kreatif dan 4 metafora konvensional. Penggunaan metafora kreatif mampu mengemas pengalaman dalam mengkonsumsi produk dengan cara yang unik, sementara penggunaan metafora konvensional mempermudah pemahaman calon konsumen terhadap produk yang ditawarkan, dengan ungkapan metaforis yang telah digunakan secara umum. ......This study aims to identify and discuss the meaning of metaphors in Japanese McDonald's product advertisements using Knowles & Moon's metaphor theory. The data source used in this research is advertisements uploaded on the official McDonald's Japan twitter account. The results of this study show that there are 10 advertisement data containing 12 metaphors. Eight creative metaphors and four conventional metaphors were found. The use of creative metaphors is able to express the experience of consuming products in a unique way, while the use of conventional metaphors makes it easier for potential consumers to understand the products offered, with metaphorical expressions that have been commonly used.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Wahid Gunawan
Abstrak :
ABSTRAK
Maraknya usaha restoran saji cepat asing, terutama di kota-kota besar, di Indonesia sejak tahun 1990, telah mengundang pertanyaan apakah bisnis ¡ni masih Iayak atau tidak. Karena beberapa dari padanya telah jatuh dan tutup. Oleh sebab itu masalah ini sangat menarik untuk diteliti. Dari seluruh restoran asing yang ada di Indonesia, sebagian besar waralaba dan ada 97% yang berasal dari negara Amenka Serikat. Hal ini dapat dimaklumi mengingat bisnis waralaba dewasa ¡ni merupakan faktor dominan dalam pertumbuhan dan perkembangan usaha kecil di negara itu. Amir Karamoy dan Herbert Rust berpendapat bahwa waralaba menguntungkan ke dua belah pihak; pewaralaba maupun terwaralaba. Bagi pihak asing,. cara ini dipandang sebagai sarana untuk masuk ke pasar lokal. Sebaliknya bagi pihak lokal prinsipnya akan diuntungkan, karena resiko gagal lebih kecil, tersedia tenaga kerja ahli dan terwaralaba, dukungan manajemen yang baik, akumulasi modal sangat cepat dan mudah dijalankan.

Perkembangan yang sangat pesat dalam usaha ini tidak lepas dari peran sentral Mc Donald?s dan restoran saji cepat Amerika lainnya. Melalui ekspansi geographisnya di hampir seluruh penjuru dunia, mereka nyaris telah membawa perubahan kebudayaan dan gaya hidup yang amat besar di sebagian besar belahan dunia. Pengaruh yang sangat luar biasa ini, membuat mereka mempunyai peluang yang sangat besar dalam mengambil pasar dan meraih penjualan di atas titik impas. Pun jauh di atas Wendy?s, yang saat ini hanya dapat mencapai penjualan setengahnya Mc Donald?s pada setiap cabang.

Burger XYZ sebagai salah satu makanan waralaba, juga asal Amerika Serìkat, masuk ke Indonesia tahun 1995. Tujuannya ikut mengambil peluang pasar yang sangat besar tadi. Tetapi ternyata pertumbuhannya jauh dari apa yang ditargetkan. Pertanyaannya kenapa?

Salah satunya ialah hambatan internal yaitu visi pemilik yang cenderung jangka pendek telah membawa kemunduran dalam infrastruktur. Ditambah lagi dengan kurang kuatnya dukungan dana dan strategi yang kurang tepat. Maka persoalannya ialah produk bagus tetapi tidak punya pasar. Dihadapkan dengan struktur industri makanan yang berfragmentasi dan pasar burger yang persaingan monopoli, membuat perusahaan ini jalan di tempat.

Ketidak mampuan mengubah kelemahan menjadi kekuatan hanya menyisakan satu pilihan yaltu dijual (divestiture). Ketimbang dijual dalam bentuk mesin (likuidasi), studi ini menyarankan jual dalam bentuk saham (divestiture) dan terpaksa dilakukan dua kali. Yang pertama, untuk membentuk infrastruktur dan kedua; untuk mengambil capital gain. Setelah itu manajemen melakukan definisi kembali tentang aturan main, memperkuat komitmen akan perlunya strategi bersaing sebagai prolog, di seluruh lapisan organisasi termasuk melakukan down-sizing pada organisasi yaitu menjadikan cabang sebagai unit bisnis sendiri. Ekspansi dilakukan dengan cara kombinasi antara low cost dan diferensiasi. Investasi setiap cabang ditekan seminimal mungkin dan QSCV diusahakan semaksimal mungkin. Manajemen baru disarankan melakukan aliansi strategis, membangun The Balanced Scorecard (BSC) untuk lima tahun pertama 1997-2001 dan jangan bersaing secara berhadap-hadapan dengan dua pemain kuat Mc Dona?d atau Wendys. Manajemen juga disarankan untuk Ìebih banyak meakukan strategi pemasaran secara sempit.

Esensi dari paragraph terakhir ialah melakukan ikian ?above the line? secara terbatas dan banyak melakukan pemasaran intra restoran (local store marketing) untuk meningkatkan penjualan dan membentuk pasar yang diharapkan dapat menjadi selling point ketika melakukan divestiture untuk ke dua kalinya.

Selanjutnya manajemen disarankan melakukan inovasi dalam proses internal bisnis (value chain) untuk menghasilkan kualitas produk yang lebih baik cycle time yang lebih pendek dari suatu pengalaman berbelanja yang balk bagi pelanggan. Terakhir manajemen disarankan untuk melakukan aliansi strategis dengan pihak lain yang diyakini dapat membenikan kontribusi positif dan melakukan pemeliharaan atas BSC dengan cara melakukan evaluasi yang terus menerus atas prestasi yang telah dicapai dan pengkajian ulang terhadap asumsi yang mendasari strategi ini.
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisaa Endah Purwanti
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh positif dan signifikan dari variabel service encounters elements terhadap experiential value dan variable customer satisfaction serta variabel experiential value terhadap customer satisfaction pada restoran fast food KFC dan Lotteria. Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksploratif dan deskriptif yang dilakukan satu kali dalam satu periode. Responden penelitian ini berjumlah 300 orang konsumen restoran KFC dan Lotteria. Model penelitian dengan tujuh hipotesis diuji menggunakan Structural Equation Modelling (SEM). Hasil penelitian menyatakan bahwa faktor yang paling mempengaruhi experiential value adalah interaction with service employees dan restaurant environments factors pada KFC dan Lotteria. Tetapi pada restoran fast food Lotteria, Interaction service with employees tidak mempengaruhi experiential value secara signifikan.
The purpose of this study is to identify the impact and relation from some service encounters elements to experiential value and customer satisfaction, then experiential value to customer satisfaction toward customer satisfaction of fast food restaurants. This research uses exploratory and descriptive design research conducted in one time period (cross sectional design). Respondents of this study are 300 people who visit KFC and Lotteria. The seven-hypotheses research model in this study are tested with Structural Equation Modeling (SEM). The results finds that almost all variables have a significant and positive relationship for both fast food restaurants KFC and Lotteria. Only one variable in Lotteria that have unsignificant result that is interaction with service employees toward experiential value of Lotteria fast food restaurants.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S56308
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azlia Quintania
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini membahas pemisahan zona depan-belakang suatu bangunan berbisnis dalam mencapai citra sebagai waralaba restoran cepat saji. Pemisahan zona depan dan zona belakang merupakan salah satu bentuk program ruang yang terkait dengan teori cara manusia mempresentasikan dirinya pada dunia luar. Teori ini digunakan dalam cara waralaba mempresentasikan produknya terhadap konsumen yang ada. Banyak waralaba yang menggunakan konsep ini, termasuk Mcdonalds. McDonalds merupakan waralaba yang berspesialisasi dalam penghidangan makanan cepat saji. Dengan penggunaan konsep pemisahan zona depan dan zona belakang, McDonalds dapat mencapai citranya sebagai restoran cepat saji. Aspek-aspek yang mempengaruhi pemisahan zona depan-belakang, seperti: aspek peletakkan, kegiatan yang terjadi pada bangunan tersebut, dan pelaku kegiatan membantu McDonalds dalam mencapai citra restoran cepat saji. Temuan ini menunjukkan pentingnya program ruang yang terencana untuk mencapai citra dalam setiap gerai waralaba agar dikenal identitasnya.
ABSTRACT
This study discusses about separation of back and front area business buildings to achieve their image as fast food restaurant. The separation of back and front area is one of the form of programming based on how human represents themselves to outside world. This theory is used by franchises to represents their image and products to their consumer. There are many franchise that uses this concept for their buildings, including McDonalds. McDonalds is a franchise a that specialized in serving fast food. The aspects that affects separation of back and front area, such as: placements, activities, and the actors help McDonalds to achieve their image as fast food restaurant. This finding shows the importance of spatial programming in order to achieve the image of the franchise so the identity will be known.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galih Waskito Aji
Abstrak :
Restoran merupakan tempat dimana manusia dapat memenuhi salah satu kebutuhan primer yaitu pangan. Perbedaan cara mendapatkan makanan di restoran dengan di pasar adalah makanan di restoran sudah siap untuk dikonsumsi. Jenis-jenis dari restoranpun berbeda-beda, namun pada penulisan ini hanya membahas kepada restoran cepat saji. Perbedaan yang paling terlihat adalah dimana makanan pada restoran cepat saji seperti namanya, akan menyajikan makanan lebih cepat. Untuk membuat makanan yang disajikan lebih cepat dan dalam jumlah banyak tentunya mebutuhkan alat yang memadai. Selain itu alat-alat tersebut membutuhkan utilitas dalam pengoperasiannya. Utilitas sendiri merupakan unsur yang dapat membuat restoran dapat menjalankan fungsinya dengan tepat. Dalam skripsi ini penulis bertujuan untuk mencari keterhubungan utilitas terhadap proses pembuatan produk pada restoran cepat saji. Utilitas apa saja yang dibutuhkan restoran cepat saji dalam membuat makanan. Untuk mencapai hal tersebut yang harus dilakukan oleh penulis adalah dengan melakukan observasi pada restoran cepat saji terkait mulai dari arsitektur sampai ke utilitas pada bangunan restoran. Selain itu juga mencari tahu bagaimana proses produksi makanan dari bahan makanan yang masih mentah hingga siap disajikan kepada pelanggan serta mencari tahu juga alat apa saja yang digunakan. Setelah melakukan observasi pada akhirnya utilitas bangunan kelistrikan, pemipaan, dan gas yang menjadi paling berpengaruh dalam proses produksi makanan.
Restaurant is a place where people can find one of the primary needs that is food. The difference between how to get food in a restaurant and in a market is that food in a restaurant is ready for consumption. The types of restaurants also differ, but at this thesis only discusses the fast food restaurant. The most noticeable difference is where food at fast food restaurants as the name suggests, will serve food faster. To make food served faster and in large quantities, of course, need adequate tools. In addition, these tools require utilities in operation. Utility itself is an element that can make a restaurant function properly. In this thesis the author aims to look for connectivity between utility and the process of making products in fast food restaurants. What utilities are needed by fast food restaurants in making food. To achieve this, what the writer must do is to make observations on related fast food restaurants ranging from architecture to utilities in restaurant buildings. Besides that, they also find out how the food production process is made from raw food ingredients until they are ready to be served to customers and also find out what tools are used. After doing the observations in the end the utility of electricity, plumbing, and gas plumbing are the most influential in the food production process.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisrina Kusuma Iswara
Abstrak :
Persentase terbesar penduduk di Indonesia adalah golongan Generasi Z yang menyebabkan Generasi Z akan menjadi basis konsumen terbesar di beberapa tahun yang akan datang. Hal ini mendorong perusahaan-perusahaan untuk mengalihkan target pelanggannya menjadi Generasi Z yang menyebabkan diperlukannya strategi pemasaran yang sesuai dengan karakteristik Generasi Z. Salah satu perusahaan yang perlu merancang strategi ini adalah PT X yang bergerak dalam bidang restoran cepat saji di Indonesia. Untuk merancang strategi pemasaran yang cocok untuk Generasi Z, digunakan pendekatan design thinking untuk strategi melalui empat tahap yaitu observing, learning, designing, dan validating. Pendekatan ini digunakan karena bersifat berorientasi kepada pelanggan. Temuan penelitian ini dirancang secara rinci menggunakan Business Model Canvas dan divalidasi oleh tiga expert melalui penilaian Analytical Hierarchy Process. ...... Generation Z holds the largest percentage of Indonesia’s populations, which means that Generation Z will become the largest consumer base in the upcoming years. This encourages companies to shift their target customers to Generation Z which results in the need of a marketing strategy that fits into the characteristics of Generation Z customers. One company that needs to design this strategy is PT X, which focuses on the fast food restaurant sector in Indonesia. To design a marketing strategy suitable for Generation Z, design thinking for strategy is used which consists of four stages, namely observing, learning, designing, and validating. This approach is used because it is customer oriented. The findings of this study were designed in detail using the Business Model Canvas and validated by three experts through the Analytical Hierarchy Process assessment.
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>