Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 97 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
Swamp buffalo (Bubalus carabanensis ) is commanly raised traditionally in swamp areas with a water dept of more than 3.50 ....
JUPEPEP
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
The new paradigm of agricultural development placed Agricultural -demand-led-industrialization (ADLI) strategy as an industraliaziation strategy emphasizing agriculture development program and setting the agriculture sector as a prime mover of industry and other sectors....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
PANGAN 18:55 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sutrisno
Abstrak :
Pemerintah telah menetapkan kebijaksanaan untuk menyerahkan jaringan irigasi kecil dibawah 500 ha kepada perkumpulan petani pemakai air (P3A). Pelaksanaan kegiatan penyerahan irigasi kecil selain dimaksudkan untuk memberikan tanggung jawab yang lebih besar kepada P3A dalam mengelola jaringan irigasi juga untuk mengurangi beban biaya pemerintah pada sub sektor irigasi. Tulisan ini mengkaji sampai sejauh mana keberhasilan pengelolaan irigasi kecil yang dilaksanakan oleh P3A pasca penyerahan. Jaringan irigasi sampel yang dilakukan di DI Cinangka II dan DI Cipanumbangan, Jawa Barat. Sejumlah analisis yang dilakukan adalah : (i) Kemampuan teknis dan finansial P3A dalam pengelolaan O&P menghasilkan kinerja efisien, efektif dan memuaskan anggotanya. (ii) Analisis NPW, IRR dan B/C bila pelaksanaan O&P dilakukan oleh pemerintah dan P3A menghasilkan nilai NPW Rp 7.160.813, IRR 41,93% .sId 42,64% dan B/C 3,92-3,99 sehingga kegiatan tersebut layak diberi prioritas utama. Bilamana pola tanam diganti dengan yang mempunyai penghasilan yang lebih baik (bawang putih) maka menghasilkan IRR 73,33% s/d 151,07% dan BIC 8,91 s/d 29,87. (iii) Analisis konstruksi dan O&P dilakukan oleh investor hasilnya P3A dapat mengembalikan dana pinjaman. (iv) Analisis regresi dengan memasukkan faktor infasi (4 model) hasilnya 1. LY = 1,824 + LX2, 2. LY = 0,881 + LXI, 3. LY = 0,786 + LXI, 4. LY = 0,498 + LXI, dan analisis regresi dengan memasukkan faktor rate US $ hasilnya LY 1,824 + LX2. Dimana X1 adalah faktor konstruksi dan X2 faktor O&P. Seluruh model menghasilkan Y (benefit) yang positif. ...... The Government has implemented the policy of handing over of small irrigation schemes (below 500 ha) to Water User Associations (WUAs or P3As). Implementation of handing over activities in addition to giving more authority to WUAs/P3As in water management of schemes also helping reducing the Government burden of funding for irrigation sub-sector. This paper analyses howfar the success of WUAsIP3As succeeded in the irrigation management following the hand over. The schemes that have been taken up for sample analysis are DI Cinangka II and DI Cipanumbangan in West Java. The following analysis have been carried out: (i) The technical and financial abilities of WUAs/P3As in carrying out operation and maintenance (O& M/ O&P) in efficient and effective manner to satisfy the board members. (ii) Economic and financial analysis such as NPW, IRR and BIC in the case of operation and maintenance of the scheme carried out by the Government and WUAs/P3As resulted in NPW of Rp. 7,160,813. IRR of 41.93% upto 42.64% and BIC of 3.92 upto 3.99. Thus the activity of operation and maintenance by WUAs/P3As can be given forst priority. If the paddy is replaeed by crop which has more income than paddy say garlic resueted in an IRR of 73.33% upto 151.07% and BIC of 8.91 upto 29.87. (iii) Loan repayment capability of WUAs/P3A based on the investor point of view on construction, operation and maintenance, proved to be feasible. (iv) Regression analysis using inflation factor (4 models) resulted in 1. LY =1.824 + LX2, 2. LY = 0.881 + LX1, 3. LY = 0.786 + LXI 4. LY = 0.498 + LXI, and the regression analysis by considering the effect of exchange rate factor of USA resulted in LY = 1.824 + LX2. Where XI is construction factor and X2 in O&M factor. All the above 4 (four) methods have shown profitable and positive results.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
T4683
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Anggoro
Abstrak :
Penggunaan input luar pada usaha tani padi sawah antara lain berupa pupuk kimia saat ini masih relatif tinggi. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kimia, pestisida dan pengolahan lahan yang sangat intensif pada usaha tani padi telah menimbulkan kerusakan lingkungan sehingga menurunkan kapasitas produksi dan kualitas lingkungan. Di lain pihak petani mempunyai potensi input berupa bahan organik dari limbah pertanian yang dapat diproses menjadi pupuk organik. Penggunaan pupuk organik akan mengurangi jumlah pupuk kimia, sehingga produktivitas lahan dapat meningkat dan kerusakan lingkungan dapat berkurang. Permasalahan yang dikemukakan pada penelitian ini adalah penerapan penggunaan pupuk organik pada usaha tani padi sawah kurang optimal. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang menyebabkan penerapan penggunaan pupuk organik pada usaha tani padi sawah kurang optimal di Kecamatan Arga Makmur, Kabupaten Bengkulu Utara, Propinsi Bengkulu; (2) Untuk mengetahui pengaruh dari faktor-faktor penyebab terhadap penerapan pupuk organik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei. Penelitian dilakukan selama tiga bulan dari Pebruari 2003 sampai dengan April 2003 di Kecamatan Arga Makmur, Kabupaten Bengkulu Utara, Propinsi Bengkulu. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive yaitu dipilih tiga desa yang mempunyai potensi pertanian dan peternakan paling dominan. Penentuan jumlah sampel dengan cara sampling acak sederhana dari 905 KK petani diambil 96 KK petani sampel. Data Primer dikumpulkan dengan teknik wawancara dengan instrumen penelitian yang sudah dipersiapkan. Sebelum pelaksanaan survei instrumen diujicobakan pada 20 orang petani di lokasi penelitian untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen. Data yang diperoleh dianalisis dengan metode regresi berganda, korelasi berganda, dan korelasi parsial. Variabel-variabel penelitian adalah: Variabel tidak bebas Y = Penerapan Pupuk Organik; Variabel bebas (X) terdiri dari X1 = Pengetahuan Petani, X2 = Proses Pembuatan Pupuk Organik, dan X3 = Motivasi Petani. Koefisien regresi dilakukan uji F dan uji.t. Hubungan fungsional antara variabel Y dan Variabel X ditunjukkan dengan model persamaan regresi berganda Y = 38,8 + 1,082 XI - 0,213 X2 + 0,247 X3. Hasil uji F menunjukkan bahwa persamaan regresi sangat signifikan (p < 0,01). Hasil uji t menunjukkan bahwa koefisien X1 dan X3 sangat signifikan (p < 0,01), sedangkan koefisien X2 signifikan (p < 0,05). Dari persamaan regresi tersebut dapat diartikan bahwa semakin tinggi pengetahuan petani, semakin rendah kesulitan proses pembuatan pupuk organik dan semakin tinggi motivasi petani secara bersama-sama berpengaruh terhadap semakin tingginya penerapan pupuk organik petani padi sawah di Kecamatan Arga Makmur, Kabupaten Bengkulu Utara. Koefisien korelasi berganda R adalah sebesar 0,862. Berdasarkan koefisien korelasi berganda didapat koefisien determinasi R2 sebesar 0,742, angka ini menjelaskan bahwa variasi penerapan pupuk organik sebesar 74,2 % ditentukan oleh pengetahuan petani, proses pembuatan pupuk organik dan motivasi petani secara bersama-sama. Sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar variabel uji. Koefisien korelasi parsial dapat dilihat bahwa variabel motivasi petani (X3) merupakan variabel yang paling kuat terhadap penerapan pupuk organik (Y) dengan koefisien korelasi parsial r3,12 = 0,280. Selanjutnya diikuti berturut-turut oleh variabel pengetahuan petani (X1) terhadap penerapan pupuk organik (Y) dengan koefisien korelasi parsial ry1.23 = 0,269, dan terakhir adalah variabel proses pembuatan pupuk organik (X2) terhadap penerapan pupuk organik (Y) dengan koefisien korelasi parsial ry2.13 = - 0,233. Dengan demikian dalam penelitian ini variabel motivasi petani memberikan kontribusi terbesar, diikuti oleh variabel pengetahuan petani dan selanjutnya proses pembuatan pupuk organik dalam mencapai penerapan pupuk organik. Kesimpulan penelitian ini adalah (1) Faktor-faktor penyebab penerapan pupuk organik pada usaha tani padi sawah antara lain adalah: (a) Pengetahuan petani. (b) Proses pembuatan pupuk organik. (c) Motivasi petani; (2) Pengetahuan petani, proses pembuatan pupuk organik, dan motivasi petani secara bersama-sama mempengaruhi penerapan penggunaan pupuk organik.
Usage of external input at rice field paddy farming in the form of chemical fertilizer in this time still high relative. Various research have indicated that usage of chemical fertilizer, pesticide and very intensive land processing at paddy farming have generated damage of environment so that degrade capacities produce and quality of environment. On the other hand farmer has internal input potency from organic materials of waste agriculture of which can processed to become organic fertilizer. Usage or organic fertilizer will lessen the amount of chemical fertilizer, so that farm productivity can increase and damage of environment can decrease. Told problems in this research is application of usage of organic fertilizer at rice field paddy farming less optimal. As for intention of this research is: (1) to know factors what causing application of usage of organic fertilizer at rice field paddy farming less optimal in Arga Makmur District, North Bengkulu Regency, Bengkulu Province; (2) to know influence factors that causing application or organic fertilizer. This research use quantitative approach with survey method. Research conducted during three months of February 2003 until April 2003 in Arga Makmur District, North Bengkulu Regency, Bengkulu Province. Determination of research location conducted by purposive that is selected three countryside having agriculture potency and livestock potency most dominant. Determination of amount of sample by simple random sampling from 905 farmer family head taken 96 family head farmer of sample. Primary data collected with technique interview with research instrument which have been drawn up. Before execution of instrument survey in test-drived at 20 farmers research location to know validity and reliability instrument. Data to be analysis with method of multiple regressions, multiple correlation, and partial correlation. Research variables are: Dependent Variable Y = Application of Organic Fertilizer; Independent Variable (X) consist of X1 = Knowledge of Farmer, X2 = Process of Organic Fertilizer and X3 = Farmer Motivation. Functional link between variable of Y and Variable of X shown with model equation of multiple regression Y = 38,8 + 1,082 X, - 0,213 X2 + 0,247 X3. Result of test of F indicated that equation of regression is very significant (p < 0,01). Result of test of t indicated that coefficient X1 and X3 very significant (p < 0,01), coefficient X2 significant (p < 0,05). From equation of regression can be interpreted that excelsior knowledge of farmer, progressively lower difficulty process of organic fertilizer and excelsior motivate farmer by together have an effect on to its excelsior of application of organic fertilizer of rice field paddy in Arga Makmur District, North Bengkulu Regency, Bengkulu Province. Multiple correlation coefficient of R is equal to 0,862. Coefficient of determination R2 is equal to 0,742, this number explain that variation application of organic fertilizer equal to 74,2 % determined by knowledge of farmer, process of organic fertilizer and farmer motivation by together. While the rest influenced by other factors outside test variable. Partial correlation coefficient earn seeing that variable motivate farmer (X3) represent strongest variable to application of organic fertilizer (Y) with partial correlation coefficient ryaI2 = 0,280. Here in after followed successively by variable knowledge of farmer (X1) to application of organic fertilizer (Y) with partial correlation coefficient ry123 = 0,269, and last is variable process of organic fertilizer (X2) to application of organic fertilizer (Y) with partial correlation coefficient ry2.13 = - 0,233. Thereby in this research variable motivate farmer give biggest contribution, followed by variable knowledge of farmer and hereinafter the process of organic fertilizer in reaching application of organic fertilizer. Conclusion of this research is (1) Factors cause of application of organic fertilizer at farming rice field for example .is: Knowledge of farmer; (b) Process of organic fertilizer. (c) Motivate farmer; (2) Knowledge of farmer, process of organic fertilizer, and farmer motivation by together influence application of usage of organic fertilizer.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11044
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hermawan Kusumartono
Abstrak :
Keberhasilan pembangunan irigasi yang selama ini dilaksanakan oleh pemerintah telah memberikan andil yang besar kepada pencapaian swasemda beras pada tahun 1984. Keberhasilan tersebut tidak bisa dipertahankan dengan baik karena pengelolaan yang tidak rnemadai sehingga mengakibatkan penurunan fungsi jaringan irigasi sebesar 40% dari fungsi optimalnya. Penurunan fungsi ini telah mempengaruhi kondisi ketahanan pangan nasional, dimana saat ini Indonesia menjadi negara pengimpor beras. Untuk itu, pemerintah melakukan perubahan yang mendasar dalam pengelolaan irigasi dengan dikeluarkannya Pembaharuan Kebijakan Pengelolaan Irigasi (PKPI). Implikasi yang menonjol dari kebijakan ini adalah adanya peran dan wewenang perkumpulan petani pemakai air (P3A/GP3A/IP3A) yang besar dengan menempatkannya sebagai pengambil keputusan dan pelaku utama dalam irigasi yang menjadi tanggung jawabnya. Diharapkan dengan kebijakan ini pengelolaan irigasi dapat berjalan secara optimal sehingga fungsi jaringan dapat lebih meningkat. Pada kenyataannya keberadaan organisasi P3A/GP3A/IP3A menghadapi berbagai kendala dalam menjalankan kegiatannya untuk mengelola irigasi secara optimal. Hal ini disebabkan keterbatasan modal yang dipunyai organisasi P3A/GP3A/IP3A, yaitu modal sosial, modal fisik, modal manusia dan modal alam. Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka penelitian dilakukan dengan mengambil lokasi di Daerah Irigasi Cihea, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif untuk menjelaskan permasalahan yang :"ada dan menjelaskan berkerjanya modal sosial, modal fisik, modal manusia dan modal alam dalam pengelolaan irigasi. Adapun pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, pendekatan ini dipilih karena pendekatan ini lebih efektif digunakan dalam menemukan dimensi-dimensi penting dari struktur tindakan kolektif yang berhubungan dengan pengelolaan irigasi. Sumber data utama penelitian ini adalah data primer yang digali dari beberapa sumber yag terkait dengan pengelolaan irigasi, baik dari kalangan pemerintah maupun petani yang tergabung dalam P3A/GP3A/IP3A. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara mendalam (indepth interview) dengan informan terpilih dan pengamatan langsung (observasi}. Data tersebut kemudian diolah dan dianalisis secara kualitatif dengan menyeleksi dan menyederhanakan data dan menghubungkannya kembali dengan konsep dan perrnasalahan serta tujuan penelitian. Analisis ini merupakan teknik yang bersifat interaktif dengan tiga bagian proses penting, yaitu reduksi data, penyajian dan verifkasi/penarikan kesimpulan. Sedangkan data sekunder yang ada dianalisis dengan menggunakan teknik kajian dokumen. Kerangka konseptual dalam penelitian ini dibangun dari konsep bekerjanya modal yang ada dalam pengelolaan irigasi, yaitu modal sosial, modal fisik, modal manusia dan modal alam. Masing-masing modal tersebut tidak bisa bekerja sendirisendiri, tetapi saling bersinergi antara satu dengan lainnya dalam pengelolaan irigasi. Dari sinergi antar modal tersebut, terlihat peran yang cukup dominan dart modal sosial dalam. mensinergikan modal lainnya untuk menciptakan pengelolaan irigasi yang optimal. Beberapa temuan penting di lapangan adalah : 1 } Keberadaan jaringan irigasi mempengaruhi struktur dan aktifitas organisasi kelembagaan perkumpulan petani pemakai air, yang ditunjukkan dengan struktur yang semakin besar maka aktifitas dan interaksi sosial dalam pengelolaan irigasi semakin lemah. 2) Dalam pengelolaan irigasi memerlukan modal manusia secara individual tetapi juga memerlukan modal manusia secara berkelompok, yang merupakan modal sosial. 3) Adanya krisis kepercayaan dan krisis kepemimpinan didalam organisasi P3A/GP3A/IP3A, yang menyebabkan melemahnya modal sosial dalam organisasi. 4) Modal sosial akan muncul dengan kuat pada saat terjadi keterbatasan air di musim kemarau, yang terlihat dalam pembagian air yang adil dan merata di kalangan anggota P3A. 5). Keterbatasan modal alam terwujud dalam kepemilikan lahan yang sempit oleh para anggota P3A. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu terdapat adanya sinergi modal sosial, modal fisik, modal manusia dan modal alam dalam pengelolaan irigasi, dan pada dasarnya dalarn pengelolaan irigasi harus terjadi sinergi antar modal tersebut untuk rnenghasiika,i kinerja jaringan yang semakin meningkat. Sinergi yang paling kuat terjadi adalah antara modal sosial dengan modal alam, sedangkan sinergi yang paling lemah adalah liner antara modal sosial dengan modal manusia. Untuk itu sinergi yang paling penting adalah sinergi yang paling lemah karena sinergi inilah yang merupakan prioritas untuk diperkuat guna mewujudkan pengelolaan irigasi yang optimal, dengan tidak meninggalkan perkuatan sinergi antar modal lainnya. Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas, diusulkan saran-saran yaitu : perlu adanya bimbingan, pelatihan dan pendampingan dalarn berorganisasi dan peningkatan kemampuan teknis baik untuk pengurus maupun anggota, guna memperkuat sinergi modal sosial dengan modal manusia. Juga perlu dilakukan penguatan status manajemen organisasi P3A/GP3A/IP3A untuk memperkuat sinergi yang terjadi antara modal sosial dengan modal fisik. Selain itu diusulkan para anggota P3A membentuk koperasi untuk meningkatkan kesejahteraannya sehingga mendukung kegiatan pengelolaan irigasi. Saran-saran yang diusulkan telah dituangkan dalam bentuk proposal kegiatan pemberdayaan P3A/GP3A/IP3A dalam rangka mendukung program pennyerahan kewenangan pengelolaan irigasi (turn over program).
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12382
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Rachmawati
Abstrak :
Pemenuhan kebutuhan pangan adalah salah satu masalah dunia termasuk Indonesia. Meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan meningkatnya kebutuhan pangan yang membuat produksi yang ada tidak mencukupi lagi. Upaya yang dilakukan untuk mencukupi kebutuhan pangan adalah dengan meningkatkan produksi melalui program intensifikasi, yaitu dengan penggunaan benih unggul, pupuk dan pestisida kimia sintetis, dan sistem pertanaman monokultur. Pada awalnya usaha tersebut mendatangkan hasil, yaitu dengan tercapainya swasembada beras, namun hal itu temyata hanya berjalan lima tahun. Setelah itu produktivitas menurun kembali dan malah kemudian timbul dampak yang disebabkan oleh penggunaan pupuk dan pestisida kimia yang berlebihan. Hal tersebut juga berpengaruh terhadap keamanan pangan dan kesehatan lingkungan. Berdasarkan keprihatinan pada hal tersebut di atas, ditambah lagi dengan berkembangnya gaya hidup sehat maka timbulah gerakan untuk menerapkan kembali pertanian organik. Pertanian organik adalah pertanian yang tidak menggunakan input yang berbahan kimia, serta menerapkan manajemen yang berupaya memelihara ekosistem untuk mencapai produktivitas yang berkelanjutan. Teknologi yang digunakan dalam pertanian organik adalah pertanian yang sesuai dengan kaidah alam, seperti pendaurulangan limbah pertanian, rotasi tanaman, pembuatan guludan, terasering, pengendalian hama secara mekanis dan biologis, dan lain-lain. Melalui teknologi seperti tersebut diatas, membuat pertanian organik dapat meningkatkan kesuburan tanah, meningkatkan keanekaragaman hayati, meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan menghasilkan produk yang aman untuk dikonsumsi. Meskipun pertanian organik mempunyai banyak kegunaan, akan tetapi penerapannya di Indonesia masih sangat sedikit (1%). Hal inilah yang menimbulkan pertanyaan. Berdasarkan hal tersebut di atas maka secara umum tujuan penelitian adalah mendapatkan informasi tenting pertanian organik, manfaat serta biayanya, kelayakannya serta hambatan-hambatan dalam penerapannya untuk kemudian dicarikan jalan keluamya berupa strategi pengembangan pertanian organik. Untuk itu tujuan khusus penelitian adalah (1) mendeskripsikan penerapan pertanian organik pada lahan sawah, (2) rnelihat perbandingan manfaat biaya ants a pertanian organik dengan pertanian anorganik, (3) menganalisis kelayakan penggunaan pertanian organik berdasarkan manfaat dan biayanya, (4) mengapaiisis faktor-faktor yang menghambat penerapan pertanian organik oleh petani, (5) menganalisis Iangkah-langkah dalam upaya mengembangkan pertanian organik. Penelitian dilakukan dengan pendekatan with and without, berlokasi di Desa Patoman sebagai lokasi penerap pertanian organik, dan Desa Panutan, Bumi Ratu dan Tugusari sebagai lokasi pertanian anorganik. Semua berlokasi di Kecamatan Pagelaran, Propinsi Lampung. Penelitian bersifat deskriptif analitis, sedangkan dilihat dari kejadiannya maka metode yang digunakan adalah metode ex post facto. Pengambilan data dilakukan melalui studi literartur, observasi langsung dan wawancara dengan menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif yang dilakukan digunakan untuk tujuan pertama dari penelitian ini. Analisis kuantitatif yang digunakan antara lain analisis usahatani, Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BJC Rasio), analisis sensitivitas, analisis SWOT. Kesimpulan penelitian yang diperoleh sebagai berikut (1) penerapan pertanian organik di Desa Patoman belum sepenuhnya mengacu pada pedoman umum pertanian organik yang dikeluarkan oleh Departemen Pertanian, sehingga belum bisa dikatakan sebagai penerap pertanian organik secara murni, (2) selain manfaat secara langsung, ada manfaat lain yang dperoleh dari penerapan pertanian organik, yaitu manfaat tidak langsung berupa peningkatan kesuburan tanah, kesehatan lingkungan kerja, serta manfaat lainnya seperti manfaat pilihan yang berupa meningkatnya keanekaragaman hayati, (3) berdasarkan analisis finansial yang dilaksanakan dengan periode waktu 5 tahun dan suku bunga 15% diperoleh hasil bahwa pertanian anorganik lebih Iayak dilaksanakan daripada pertanian organik, namun jika berdasarkan analisis ekonomi dan lingkungan terpadu diperoleh hasil bahwa pertanian organik lebih layak dilaksanakan daripada pertanian anorganik (4) hambatan-hambatan yang dialami dalam pengembangan organik adalah: ketersediaan pupuk dan pestisida organik; terbatasnya informasi mengenai teknologi terapan, pembuatan pupuk dan pestisida organik yang praktis dan cepat; status kepemilikan lahan; prosesnya dianggap kurang praktis; terjadi penurunan produksi pada awal penerapannya; tidak adanya perbedaan harga antara produk organik dengan anorganik dan kurangnya dukungan pemerintah (5) strategi kebijakan yang dapat ditempuh dalam pengembangan pertanian organik adalah mengatasi adanya penurunan produksi pada awal penerapannya dengan memanfaatkan sifat pertanian organik yang dapat menyuburkan tanah; mengatasi adanya hambatan informasi baik dalam hal teknologi, pasar maupun harga serta memperbaiki jaringan pemasaran dengan memberdayakan program pemerintah dan LSM-LSM yang peduli pada pertanian organik; Melengkapi kurangnya sarana dan prasarana pertanian organik; Berdasarkan hasil penelitian di atas maka disarankan sebagai berikut: (1) pertanian organik perlu dikembangkan lebih lanjut mengingat dalam jangka panjang lebih Iayak dilaksanakan dan dapat membuat keberlanjutan pertanian (2) dalam pengembangan pertanian organik diperlukan dukungan yang nyata dari berbagai pihak terutama pemerintah, lembaga penelitian, LSM dan mayarakat; perlu adanya suatu pedoman penerapan perianian organik yang praktis dan mudah dilakukan serta mudah diperoleh oleh masyarakat luas; diperlukan adanya penelitian-penelitian lebih lanjut dan memadai tentang pertanian organik (3) untuk memasyarakatkan kembali pertanian organik dapat dilakukan dengan penyuluhan pada para petani dan sosialisasi pada masyarakat tentang produk organik. Daftar Kepustakaan 43, (1971-2004)
One of the issues that the world, and Indonesia, is facing is to meet human population's demand for food. The rapid population growth result in the increasing demand for food which cannot be fulfilled sustained by the prevailing production system food production. Thus far to increase food production has been met through agricultural intensification. This Programmed includes the use of high-yielding seed, synthetic chemicals fertilizers and pesticides, and monoculture. In the beginning, the programmed seemed to be successful when Indonesia achieved rice self-sufficiency. However, the success only lasted five years, and rice productivity has been declining since. Furthermore, adverse impact have emerged as result of the excessive use chemical fertilizers and pesticides. The decline in productivity is caused by the decreasing fertility of agricultural land as due to the overuse of synthetic chemical fertilizers and pesticides. This overuse of synthetic chemicals also affects food safety and environmental health. Based on these concern along with the need for more healthy public lifestyle, a movement to return to organic farming emerged. Organic farming is a type of farming, which excludes chemical inputs, and practices management that protects ecosystems achieve sustainable productivity. Technologies in organic farming support an agricultural system suitable with the principles of nature, such as recycling of agricultural wastes, plant rotations, the making of guludan, terasering, mechanical and biological pest control. By using these technologies, organic farming raises soil fertility, biological diversity, environmental quality, and produce products that are safe for human consumption. Despite the various benefits of organic farming, its application in Indonesia remains low (1 percent), which then raises an important issue of why. The objective of this research is to obtain information about organic farming, its benefits as well as its costs, its feasibility, and the obstacles in applying it. This information is used to formulate a strategy of organic farming development. The specific objectives of this research are (1) to describe the application of organic farming on rice field, (2) to draw benefit-cost comparison between organic farming and anorganic farming, (3) to analyze the feasibility of the application of organic farming based on its benefits and cost, (4) to analyze factors that restrain the application of organic farming by farmers, and (5) to analyze the needed measures to develop organic farming. This research uses a 'with' and `without' approach, in Patoman Village with organic farming, and Panutan village, Bumi Ratu and Tugu Sari without organic farming. The research area is located in Pagelaran District, Lampung Province. The research is descriptive-analytical, and use the ex-post facto method. Data collection has been carried out through interviews using questionnaire, direct observation and literature study. Data analysis is conducted qualitatively and quantitatively. The qualitative analysis is used to meet the first objective of this research. The quantitative analysis includes farming business analysis (analsis usahatani), Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (WC Ratio), Sensitivity analysis, and SWOT analysis. The results of this research are as follows: (1) the application of organic farming in Patoman Village has not completely been in accordance with the general guidelines of organic farming issued by the Indonesian Ministry of Agriculture, and hence does not meet the tuff requirements of organic farming; (2) besides the direct benefits, there are other benefits from organic farming, such as increased soil fertility, increased health condition of the work environment, and increase of biological diversity. In terms of the cost, there is a reduction of cost if organic farming Is implemented; (3) the financial analysis of the application of organic farming within a five-year period, using an interest rate of 5 percent, proves anorganic farming is more feasible than organic farming; however based on the integrated economic and environmental analysis, it proves that organic farming is more feasible than anorganic farming; (4) the obstacles in developing organic farming include the provision of organic fertilizers and pesticides; the limited information of applied technology for a practical and fast production of organic fertilizers and pesticides; land tenure status; the impracticality of the process; the decline of production at the initial stage of the application; the absence of price differences between organic and anorganic products, and the minimum support from the government; (5) the policy strategy which can be implemented in developing organic farming is to overcome the production decline at the initial stage of the application by taking advantage of the nature of the organic farming that can increase soil fertility; to overcome information bafflers regarding technology, market and price; to improve the marketing network by making efficient use of government programs as well as non-governmental organizations that support organic farming; and to equip farmers with adequate facilities for organic farming. Based on results of this research, it is recommended that: (1) organic farming needs to be further developed knowing that in the long run it is more feasible than anorganic fanning to create sustainable agriculture; (2) to develop an organic farming, significant support is needed from different parties, particularly from, the government, research institutions, non-governmental organizations, and the public as producers and consumers,; it is also necessary to develop practical and easily obtainable guidelines in organic farming. Further appropriate research on organic farming is needed (3) to promote organic farming, educating and training the farmers as well as socialization to the public are necessary. References 43, (1971-2004)
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15171
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rinda Yanti
Abstrak :
Memasuki abad 21, gaya hidup sehat dengan slogan Back to Nature telah menjadi trend baru masyarakat dunia. Orang semakin menyadari bahwa penggunaan bahan-bahan kimia non-alami, seperti pupuk dan pestisida kimia dalam produksi pertanian ternyata menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Gaya hidup yang demikian ini telah mengalami pelembagaan secara Internasional yang diwujudkan melalui regulasi perdagangan global yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus mempunyai atribut aman dikonsumsi, mempunyai kandungan nutrisi tinggi, dan ramah lingkungan. Dewasa ini, konsep pertanian tidak lagi hanya menitikberatkan pada produksi yang tinggi dalam waktu yang singkat, tetapi lebih berorientasi pada peningkatan produksi secara berkesinambungan dengan tetap mempertahankan kualitas lahan dan kelestarian lingkungan (sedapat mungkin meningkatkan kualitas lahan dan kualitas lingkungan) yang dikenal dengan istilah pertanian organik. Pertanian organik adalah suatu sistem pertanian yang mengusahakan keseimbangan lingkungan, yakni dengan memelihara kesuburan tanah dengan prinsip daur-ulang Kara secara hayati, mengurangi atau meniadakan pupuk buatan dan pestisida kimia, serta melakukan pengendalian hama penyakit melalui perbaikan alam sekitar sehingga memberikan hasil yang optimal dan adalah praktik bertani alternatif secara alami. Dalam konsep ini, upaya untuk meningkatkan dan mempertahankan produktivitas lahan Iebih menitikberatkan pemanfaatan teknologi pupuk organik (kompos, pupuk kandang, pendaurulangan Iimbah pertanian), serta pengendalian hama penyakit terpadu (PHT) dan hayati. Luas panen padi Kabupaten Sragen tahun 2001 adalah 91. 220 ha dengan total produksi beras 301.119,3 ton. Diperhitungkan dengan konsumsi 124.270,3 ton maka terjadi surplus beras pada tahun 2001 yaitu 176.929 ton (Pemda Sragen 2002). Terjadinya surplus beras pada kenyataannya belum mampu meningkatkan pendapatan petani, hal ini disebabkan harga sarana produksi terutama pupuk anorganik dan pestisida kimia semakin mahal di tingkat petani mengikuti pola pasar bebas. Dalam rangka pelestarian lahan pertanian sebagai faktor produksi, mengurangi ketergantungan pupuk dan pestisida pabrik, menekan biaya usahatani dan menjaga kesehatan akibat residu bahan kimia pupuk/pestisida, Kabupaten Sragen secara jangka panjang diusahakan menjadi pusat penghasil tanaman padi organik. Desa Sukorejo Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen adalah desa yang telah menerapkan usahatani padi organik di Kabupaten Sragen, karena desa ini mempunyai produksi komoditi padi yang besar yaitu ± 3.759 ton/th dan mayoritas penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian sebanyak 90,55% dari total penduduknya. Sesuai dengan Renstra 2002-2007 pengembangan pertanian padi organik akan diperluas menjadi 10.000 ha sehingga misi Kabupaten Sragen yaitu menuju manusia sehat tahun 2010 akan tercapai. Dari uraian di atas, masalah pokok yang akan diteliti adalah sejauh mana petani padi di Desa Sukorejo menerapkan teknologi pertanian organik, sehingga diketahui; (a) Faktor-faktor yang berperan dalam aplikasi teknologi padi organik; (b) Menganalisa penerapan teknologi tersebut terhadap pendapatan melalui hasil produksi yang dicapai; dan (c) Menganalisa kualitas teknologi pupuk organik yang diterapkan petani. Tujuan Penelitian yaitu: (a) Mengetahui budidaya padi organik dan faktorfaktor yang berperan dalam aplikasi teknologi padi organik; (b) Menganalisa pengaruh penerapan teknologi pertanian organik terhadap produksi padi dan pendapatan petani; dan (c) Menganalisa kualitas pupuk organik dari kotoran sapi dan jerami dengan penambahan aktivator. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: (a) Penerapan teknologi pertanian organik yang meliputi penggunaan pupuk, pengendalian hama penyakit secara hayati, pengolahan tanah, dan pemanfaatan varietas lokal berpengaruh baik pada produktivitas padi dan pendapatan petani; dan (b) Pembuatan pupuk organik dari kotoran sapi dan jerami dengan penambahan aktivator berpengaruh baik pada kualitas kompos. Penelitian dilaksanakan di Desa Sukorejo pada Bulan April sampai Bulan Juli 2004 dengan dua metode peneltian yaitu: a) Metode survei: menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada 53 petani responden untuk memperoleh informasi tentang budidaya padi organik dan faktor-faktor yang mempengaruhi aplikasi teknologi padi organik. Variabel yang diukur adalah jumlah produksi/pendapatan sebagai variabel tak bebas. Sedangkan variabel bebas terdiri dari pemupukan, pengolahan tanah, pengendalian hama penyakit secara hayati, dan pemanfaatan varietas lokal. Analisis data dengan analisis deskriptif kualitatif dan perhitungan data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak komputer, Microsoft Excel dan Minitab 13.0 for Windows. b) Metode percobaan: pengomposan kotoran ternak sapi dan jerami padi mengunakan Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari tiga perlakuan dan tiga ulangan sehingga terdapat sembilan unit percobaan. Ketiga perlakuan tersebut adalah : pengomposan tanpa penambahan aktivator, perlakuan kedua dengan penambahan aktivator EM4 dan perlakuan ketiga dengan penambahan aktivator Primadec. Variabel yang diukur dalam percobaan ini adalah sifat kimia kompos: pH 1120, karbon organik, nitrogen total, posphor, basa-basa dapat pertukarkan (kalsium, magnesium, natrium, dan kalium), hara mikro (besi, tembaga, seng, mangan), rasio C/N dan KTK. Hasil pengukuran terhadap variabel-variabel yang diteliti selanjutnya dianalisis dengan analisis ragam pada taraf nyata 1% dan 5%. Jika terdapat perbedaan, pengujian dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Budidaya padi organik di Desa Sukorejo menerapkan teknologi padi organik meliputi pengolahan tanah ringan (90% menggunakan alat cangkul & traktor, 6% cangkul, dan 4% tenaga sapi), penggunaan pupuk (3-4 ton/ha pupuk organik dan 50-100 kg/ha pupuk anorganik), penggunaan varietas lokal (87% varietas lokal dan 13% varietas introduksi), dan pengendalian hama/penyakit secara terpadu (PHT) dan hayati (100% bahan-bahan alami). Penerapan teknologi sesuai dengan tujuan, prinsip, dan karakteristik dari pertanian organik. Faktor-faktor yang berperan dalam penerapan teknologi padi organik oleh petani adalah: a) Motivasi dan persepsi petani tentang keuntungan, kemudahan dalam aplikasi, kesesuaian budaya lokal, b) Keberpihakan pemda dan tembaga pemasaran yaitu PD PAL Sragen, hasil panen padi organik yang lebih baik dari hasil panen padi non-organik, biaya produksi usahatani padi organik yang lebih murah dari pertanian non-organik, bahan-bahan alami untuk pengendalian hama penyakit secara hayati dan pupuk organik yang mudah diperoleh di lingkungan sekitar, dan semakin mahalnya harga pupuk dan pestisida kimia. 2) Penerapan teknologi berpengaruh nyata terhadap pendapatan melalui hasil produksi yang dicapai. Uji statistik menunjukkan bahwa faktor-faktor teknologi yang berpengaruh terdiri dari penggunaan pupuk organik (XI), pengendalian hama penyakit secara hayati (X2), pengolahan tanah (X3) dan pemanfaatan varietas Iokal (X4). Persamaan regresi: Y= 2514133 + 2,48 X1 - 19 X2 + 3,10 X3 + 0,16 X4 Proporsi sumbangan total variabel babas (X) terhadap naik turunnya variabel terikat (Y) sebesar 27% (R2), sedangkan faktor lain yaitu 72% diduga adalah dukungan dari kondisi ekologi seperti iklim, curah hujan, suhu, kelembaban, topografi, dan kesuburan tanah serta peranan harga. 3) Penambahan aktivator sangat mempengaruhi kualitas kompos. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kadar air kompos, serat kompos dan kandungan hara P, K, dan Ca tidak ada perbedaan yang nyata. Kandungan hara Fe, Mn, pH, C/N ratio, dan KTK kompos menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01). Begitu pula kandungan hara C organik, N, Mg, Cu, dan Zn juga berbeda nyata (P<0,05). Kompos dengan penambahan aktivator EM4 menghasilkan kompos dengan kualitas yang terbaik. Kualitas kedua yaitu kompos dengan penambahan aktivator Primadec. Kompos dengan penambahan aktivator EM4 menghasilkan kompos dengan kualitas yang terbaik dengan niiai kandungan unsur hara tertinggi untuk Mn (555,2 ppm), Mg (0,63 % BK), Cu (4,93 ppm), , menurunkan pH (7,97) dan kandungan Fe(1481,47 ppm), Zn (23,3 ppm) dibandingkan aktivator lainnya. Kualitas kedua yaitu kompos dengan penambahan aktivator Primadec dengan C/N (25,981) terbaik, nilai N (0,89 % BK) dan KTK (35,33 meq/100 g) tertinggi. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa; I) Budidaya padi organik di Desa Sukorejo menerapkan teknologi padi organik meliputi penggunaan pupuk, pengolahan tanah ringan, pengendalian hama penyakit terpadu (PITT) dan hayati, serta penggunaan varietas lokal. Penerapan teknologi sesuai dengan tujuan, prinsip, dan karakteristik dari pertanian organik. Faktor-faktor yang berperan dalam penerapan teknologi padi organik oleh petani adalah: a) Motivasi dan persepsi petani tentang keuntungan, kemudahan dalam aplikasi, kesesuaian budaya lokal; b) Keberpihakan pemda dan lembaga pemasaran; 2) Penerapan pertanian organik berpengaruh nyata terhadap produksi dan pendapatan petani; dan 3)Penambahan aktivator sangat mempengartihi kualitas kompos. Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah: a) Perlu adanya penyuluhan pertanian mengenal aplikasi teknologi pertanian organik dalam usahatani padi yang lebih intensif khususnya pembuatan pupuk organik yang lebih berkualitas dan pengembangannya, penggunaan pupuk organik, pengolahan tanah, pengendalian hama penyakit secara hayati, pemanfaatan varietas lokal yang memperhatikan aspek Iingkungan; dan b) Perlu adanya kebijakan pemerintah pusat dalam upaya penerapan pertanian organik yang memotivasi petani untuk melaksanakannya sehingga pembangunan pertanian yang berkelanjutan dapat terwujud. Kebijakan teknis yang dapat disarankan antara lain subsidi bahan baku (pupuk organik) dan akses pemasaran; c) Perlu adanya kebijakan dari pemda setempat untuk mewujudkan kemandirian petani padi organik seperti tesedianya pabrik penggiling padi dan proses pengemasannya oleh petani sehingga merupakan nilai tambah tersendiri bagi petani dalam meningkatkan kesejahteraannya. Daftar Kepustakaan : 31 ( 1986 - 2004 )
Entering the 21st century, the world has adopted a new trend of healthy lifestyle and Back to Nature slogan. People are more aware that the usage of unnatural chemical substances, such as, chemical fertilizer and pesticide in agriculture products can cause negative effects to human health and the environment. This kind of lifestyle has been recognized internationally through global trade regulations, requiring that agricultural products have attributes that are safe to consume, have high nutritional contents, and are environmentally friendly. Today the agricultural concept does not only focus on large output of production in a short period, but is more oriented in a sustained increase of production while maintaining - if possible, improving - the quality of land soil and the environment that is known as organic farming. Organic farming is a farming system that attempts to make an environmental balance, that is, by maintaining soil fertility using the biological nutrient recycle principle, reducing or not using artificial fertilizer and chemical pesticide, and controlling pests and diseases by improving the surrounding environment to give optimum result which is a natural alternative farming practice. In this concept, efforts to increase and maintain land productivity focus on using organic fertilizer technology (compost, manure, agriculture waste recycling), and integrated pest and disease control and biological methods. The rice harvesting area in the Sragen regency in 2001 was 91,220 hectares with a total rice production of 301,119.3 tons. Rice consumption was 124,270.3 tons; therefore, rice surplus in 2001 was 176,929 tons (Regional Government of Sragen 2002). The rice surplus production has not increased the income of farmers because the production cost, especially of inorganic fertilizer and chemical pesticide, increased in line with the free market system. The Sragen regency is making efforts as its long term program to be the center of organic rice production with the aim to conserve the farm land as part of the production factor, reduce the dependency on artificial fertilizer and pesticide, reduce farming costs and protect health from the exposure of fertilizer/ pesticide chemical residue. The Sukorejo village of the Sambirejo district in the Sragen regency is a village that has applied the organic rice farming because this village has a large rice production, that is, 3,759 tons/ year and the majority, 90.55%, of the population's occupation is in farming. According to Renstra 2002 - 2007 the extension of organic rice farming will cover 10,000 hectares so that the Sragen regency mission of health for everyone in the year 2010 will be achieved. Therefore, the main issues that will be studied are: (a) To identify how far the rice farmers in the Sukorejo village have applied the organic farming technology in order to identify the factors that play in application of organic rice technology; (b) To analyze the application of the technology in increasing income from rice production; and (c) To analyze the quality of organic fertilizer technology applied by the farmers. The objectives of the study are: (a) To identify organic rice cultivation and the factors that play in the application of organic rice technology; (b) To analyze the effects of the application of organic farming technology on rice production and farmer income; and (c) To analyze the quality of fertilizer from cow manure and hay that use activator additive. The hypotheses of this study are: (a) Application of organic farming technology that comprises of using fertilizer, land cultivation, biological pest and disease control, and using local seed will affect rice production and farmer income; and (b) Organic fertilizer from cow manure and hay that use activator additive affects the quality of compost. The study was conducted in the Sukorejo village from April to July 2004 using two research methods: a) Survey method: this method uses questionnaires distributed to 53 farmers as subjects to obtain information on organic rice cultivation and on the factors affecting the application of organic rice technology. The independent variable measured was the amount of production/ income as the fixed variable. The dependent variables consisted of fertilizing, land cultivation, biological pest and disease control, and using local seeds. Data analysis was done using qualitative descriptive analysis and data processing was done using Microsoft Excel and Minitab 13.0 for Windows computer software. b) Trial method: composting of cow manure and rice hay using Complete Random Design that comprises of three treatments and three repetitions so that there were nine trial units. The three treatments were: first, composting without activator additive; second, composting with EM4 additive; and third, composting with Primadec additive. The variable measured in this experiment were the compost chemical properties: pH 1-120, organic carbon, total nitrogen, phosphor, interchangeable base (calcium, magnesium, sodium, and potassium) , micro nutrient (iron, copper, zinc, manganese), C/N ratio and KTK. The results of measurement of the variables being studied were further analyzed with various analysis in the actual range of 1% and 5%. If there are differences, the test will be followed by the Duncan test. The result of the study showed: 1) organic rice cultivation in the Sukorejo village has applied organic rice technology consisting of mild land cultivation (90°Io used mattocks and tractors, 6% mattocks, and 4010 cows), used fertilizer (3-4 tons of organic fertilizer /hectare and 50-100 kg inorganic fertilizer/ hectare), used local seeds (87% local seeds and 13% hybrid seeds) and integratedly and biologically (100% natural substance) controlled pest and disease. The application of the technology is in line with the objective, principle, and characteristic of organic farming. The factors that play in the application of organic rice technology by farmers are: a) The motivation of farmers; b) Perception of farmers on profit, cultivation method, adaptation to local culture, facility in application, and observability of organic rice farming; c) The interest and concern of the regional government and marketing institution (PD PAL Sragen), a better rice production of organic rice than that of the non organic rice, cheaper production of organic rice farming than that of non organic farming, better availability of materials from the local environment for producing biological control substance and organic fertilizer, and the increasing cost of chemical fertilizer and pesticide; and the positive impact as the result of organic rice cultivation for the sustainability of the environment. 2) Application of technology affects income through the amount of production achieved. Statistical tests show that the technological factors that had. the effect are: the application of organic fertilizer (X1), biological pest and disease control (X2), land cultivation (X3) and local seeds (X4). The regression equation is as follows: Y=2514133+2.48X]--19X2+3.10 X3 + 0.16 X4 The percentage of contribution of the value of the free variabel (x) to the increase or decrease of the value of the fixed variable (y) is 27% (R2). 3) Giving an activator additive affects greatly the compost quality. The result of variability investigation showed that compost water level, compost fiber, and the nutrient levels of P, K, and Ca were not significantly different. The nutrient levels of Fe and Mn, pH, C/N ratio, and KTK of the compost showed a significant difference (P< 0.01). The nutrient levels of the organic carbon, N, Mg, Cu, and Zn also were significantly different (P <0.05). Compost with EM4 activator additive produces compost with the best quality. The second best quality was with Primadec activator additive. Compost with EM4 activator additive produces the best quality with the nutrient levels of Mn 555.2 ppm (being the highest level of nutrient), Mg 0.63 %, Cu 4.93 ppm; decreases pH (7.97) and the levels of Fe 1481.47 ppm, Zn 23.3 ppm when compared to using other activators. The second best quality, compost with Primadec activator additive, has the best C/N ratio 25.981, N 0.89% , and highest KTK 35.33 meq/ 100 g. From the study, it can be concluded that: 1) Organic rice cultivation in the Sukorejo village of the Sragen regency applies organic rice technology that consisted of mild soil cultivation, fertilizing, using local seeds, and biological integrated pest/ disease control. The application of the technology is in tine with the objective, principle, and characteristic of organic farming. The factors that play in the application of organic rice technology by the farmers are: a) Motivation of farmers; b) Farmer perception of profit, cultivation method, adaptation to local culture, facility of application c) Interest and concern of the regional government 2) Application of organic farming obviously affects production and farmer income; and 3) Activator additive greatly affects the quality of compost. As a result of this study, it is recommended that; a) Farm education on application of organic farming technology should be done to intensify farming especially for production of organic fertilizer (compost) that is of better quality and development, usage of organic fertilizer, usage of local seeds, and land cultivation that pays attention to the environment; and b) There must be a policy from the central government that motivates the farmers to apply organic farming so that sustainable farming development will be achieved. Technical policies that can be recommended are, among others, basic material (organic fertilizer) subsidy and market access. c) The regional government must provide capital to the farmers so that they are able to mill and pack rice independently on their own and thus raise their welfare. References: 31 (1986 -2004)
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15380
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Familia Novita
Abstrak :
Permasalahan kualitas kesuburan tanah adalah masalah lingkungan karena terkait dengan tiga aspek lingkungan yaitu ekosistem (alam), manusia (sosial) dan pendapatan (ekonomi) yang dapat menyebabkan pembangunan menjadi tidak berkelanjutan terutama di bidang pertanian. Permasalahan kualitas kesuburan tanah mulai muncul sejak kegiatan pertanian menggunakan asupan sintetik secara berlebihan menyebabkan lahan pertanian menjadi lahan kritis dan seiring dengan pertumbuhan populasi kegiatan pertanian mau tidak mau hams dilakukan pada lahan marjinal. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui dampak penerapan pertanian organik terhadap kualitas kesuburan tanah, dan secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh penerapan pertanian organik BSB Cisarua pada pembentukan sikap, perilaku dan pemikiran pelaku pertanian yang lestari, seimbang dan selaras dengan alam; (2) pengaruh penerapan pertanian organik BSB Cisarua pada kualitas kesuburan tanah; (3) pengaruh penerapan pertanian organik BSB Cisarua produk pangan yang bebas pestisida. Hipotesis yang digunakan dalam peneIitian ini adalah: (1) Penerapan pertanian organik BSB Cisarua mencakup Konsep Pembangunan Berkelanjutan; (2) Penerapan pertanian organik BSB Cisarua memperbaiki atau meningkatkan kualitas kesuburan tanah; (3) Penerapan pertanian organik BSB Cisarua menghasilkan produk sayuran yang bebas pestisida. Penelitian ini dilakukan di Pertanian Organik Bina Sarana Bhakti (BSB) Cisarua_ Jumlah total sampel tanah untuk analisis adalah 30 sampel tanah komposit yang diambil secara stratified sampling, yaitu 5 ulangan tanah komposit dari plot BA (bawah atap), 20 ulangan sampel komposit dari plot LP (lahan pertanaman) dan 5 ulangan sampel tanah komposit dari plot P (pembanding). Metode pengumpulan informasi mengenai penerapan pertanian organik BSB Cisarua adalah melalui studi literatur BSB (published dan unpublished), informasi profit pekerja bagian produksi BSB adalah melalui wawancara dan pengumpulan data sampel tanah dilakukan dengan metode ekspost fakto. Sampel tanah dianalisis di laboratorium dan data yang digunakan terdiri atas tiga bagian yaitu: (1) persentase pasir, debu dan liat sebagai parameter kualitas fisik kesuburan tanah; (2) kandungan C, N dan Fe-tersedia sebagai parameter kualitas kimia kesuburan tanah; dan (3) total mikroorganisme tanah, jumlah individu mikroorganisme tanah dan respirasi tanah sebagai parameter kualitas biologi kesuburan tanah. Pengolahan data menggunakan metode statistik. Hasil analisis penelitian menyatakan bahwa: (1) Penerapan pertanian organik BSB Cisarua mengusahakan pengembangan keanekaragaman hayati dalam sistem secara keseluruhan. Hal ini dapat dilihat dari kondisi keragaman pekerja dan jenis organisme yang terdapat di dalam kebun BSB. BSB rnenambahkan bahan organik ke dalam tanah untuk menjaga kesuburan tanah dalam jangka panjang dan meningkatkan aktivitas biologis tanah. BSB mengandalkan sumberdaya lokal yang dapat diperbaharui dan melakukan daur ulang melalui pengomposan.; (2) Penerapan pertanian organik BSB Cisarua menambah pori-pori makro, meningkatkan kandungan C, N, bahan organik, rasio CIN, jumlah individu dan total rnikroorganisme tanah namun mengurangi jumlah pori-pori mikro, menurunkan kandungan Fe-tersedia di dalam tanah dan respirasi tanah; (3) Produk sayuran BSB Cisarua bebas pestisida, logam berat dan zat-zat yang dilarang oleh budaya atau agama tertentu. Kesimpulan penelitian ini adalah: (1) Penerapan pertanian organik BSB Cisarua mencakup Konsep Pembangunan Berkelanjutan; (2) Penerapan pertanian organik BSB Cisarua memperbaiki atau meningkatkan kualitas kesuburan tanah; (3) Penerapan pertanian organik BSB Cisarua menghasilkan produk sayuran yang bebas pestisida. Saran yang diajukan di dalam penelitian ini adalah: (1) Pennasalahan kualitas kesuburan tanah membutuhkan keterlibatan semua stakeholders (masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan lembaga non-pemerintah) berupa itikad baik yang mendukung segala daya upaya pertanian organik; (2) Penerapan pertanian organik tidak berorientasi pada produksi maksimum dan tidak dapat dilakukan dalam skala besar secara individu (monopoli) sehingga perlu dibentuk satu wadah yang berfungsi sebagai pusat informasi dan studi untuk saling berbagi (sharing) pengalaman dan kegagalan dalam melakukan kegiatan pertanian organik sekaligus mengorganisasi semua pertanian organik yang saat ini masih bersifat sporadis; (3) Salah satu upaya penyelesaian permasalahan lingkungan adalah internalisasi nilai intrinsik pertanian organik yang mengusahakan keberlanjutan ekosistem dan sosial untuk mencapai keberlanjutan ekonomi; (4) Penelitian dengan parameter yang sama atau berbeda masih perlu dilakukan lebih mendalam agar dapat menemukan solusi terbaik bagi permasalahan kualitas kesuburan tanah.
The problem of soil fertility is the one of the environmental problems because it's related to the three aspects of environment they are ecosystem, human beings and household income. This problem happened since the agriculture caused the critical land because of the application of the synthetic input over dozed and moved to the marginal land because of the population growth. This research generally aims to study the impact of the organic farming to the quality of soil fertility, and specifically aims to study the impact of the application of BSB organic farming to the formation of attitude, behaviour, and perception of the agricultural society, the quality of soil fertility and the product. The hypothesis of this study are: (1) The application of BSB organic farming includes the concept of The Sustainabilty Development; (2) The application of BSB organic farming improves the quality of soil fertility; (3) The application of BSB organic farming produces the free pesticide residue of food product. This study was conducted at the middle of February 2006 untill the middle of April 2006, on The Organic Farming of Bina Sarana Bhakti (BSB) Cisarua. The total number of sampling is 30 composite samples, consists of 5 samples of plot BA (under roof plot), 20 samples of plot LP (cultivated land), and 5 samples of plot P (consideration). Those samples were taken by stratified sampling. The method of the data collection consists of literature study, interview and expost facto study. The data of this research are: (1) the percentation of sand, dust and clay as the physical quality parameter; (2) the contents of C, N, organic matter, C/N ratio, and supplied Fe as the chemical quality parameter; (3) the total number and individuals of microorganisms and its respiration as the biological quality parameter. The analysis of data is statistic method. The analysis states that: (1) The application of BSB organic farming creates the biological diversity, maintains the soil fertility by adding the organic matter, increases the biology of soil activities, uses the local of renewable resources, and recycles by composting; (2) The application of BSB organic farming increases the contents of carbon, nitrogen, organic matter, C/N ratio, the total and number of microorganisms, but decreases the micro pores, the content of Fe supplied and the soil respiration; and (3) The BSB organic vegetables product are free of pesticide residue, heavy metals content and (certain cultural or religion) forbidden matter. The conclusions of this study are: (I) The application of BSB organic fanning includes the concept of The Sustainability Development; (2) The application of BSB organic farming improves the quality of soil fertility; (3) The application of BSB organic farming produces the free pesticide residue of food product. The suggestions of this study are: (1) The problem of soil fertility needs every stakeholders participation that supports all the efforts of the organic farming to produce the health, clean and green product; (2) The organic farming does not focus on high yield production and can not be applicated only by one institution in big scale of bussiness, that's why it's important to form one organization as the communication and sharing media about the experiences and failures of doing the organic farming; (3) The environmental problem solving needs the internalization of the organic farming intrinsic value that is the concept which can create the green way of life to avoid or decrease the pollution impact to the environment especially to the soil; (4) The research with the same or different parameters can be done more seriously to find out the best solution for the quality of soil fertility problems.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T16837
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mazzia Luth
Abstrak :
ABSTRAK
Adapun yang nienjadi pokok permasalahan dalam peneli tian ini adalah sampai seberapa jauh perubahan yang ter jadi dalam pola?pola pengolahan. Lahan pertanian dan kese imbangan lingkungan sebagai akibat mirasi selektis. Di samping itu akan dipermasalahkan pula apakah benar keter libatan masyarakat Mìnangkabau dalam ekonomi pasar meng ganggu keseimbangan lingkungan ?

hipotesis yang diajukan (dalam arti asumsi) adalah :

1. Jika efisiensi pengolahan lahan pertanian ditingkatkan maka keseimbangan lingkungan dapat dicapai.

2. Migrasi selektif merupakan salah satu mekanisme sosial dalam membina keseimbangan lingkungan. Jika migrasi tinggi intensitasnya, maka tekanan penduduk menjadi kecil.

Dalam studi kasus desa Koto Tuo tidak terdapat tanah terlantar. Hal ini disebabkan oleh karena sawah masih di anggap sebagai lambang keberhasilan. Menurut sistem ni lai budaya dalam masyarakat setempat, kualitas lebih uta ma dari kuantitas. Oleh sebab itu sawah tetap saja dita nami, walaupun tidak secara gotong royong lagi, melainkan secara mengupah.

Adanya migrasi tidak banyak mempengaruhi pola - pola pengolahan lahan pertanian scara tradisional, tiada usa ha peningkatan efisiensi dan karenanya produktifitas ti dak dapat ditingkatkan. Namun demikian keseimbangan ling kungan masih dapat dipertahankan.

Sebagai kesimpulan dan penelitian ini adalah bahwa migrasi selektif tidak rnenimbulkan perubahan pada pola? pola pengolahan lahan pertanian. migrasi mem punyai dampak positif terhadap lingkungan alam. Pendorong utama terjadiya gerakan penduduk adalah suatu penghidup an yang lebih baik dan pendidikan yang lebih tinggi. Hal itu terutama disebabkan oleh karena daya dukung lingkung an sudah berada di ambang batas. Persepsi petani terhadap Profesinya tidak memberikan gambaran yang cerah. prospekna di masa depan tidak memberikan harapan yang lebih baik. Walaupun mereka hidup di atas garis kemiskinan, tetapi merasa miskin. Migrasi tampaknya salah satu strategi adaptasi masyarakat dalam menghadapi permasalah an hidup yang ditimbulkan oleh perubahan linkungan.
1987
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>