Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Niken Yuniar Sari
Abstrak :
Prodroma early psychosis dimulai pada awal masa remaja dimana merupakan masa transisi yang mengalami perubahan baik secara fisik maupun psikologis yang dapat menyebabkan remaja mengalami prodroma early psychosis, ansietas dan harga diri rendah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh terapi kognitif perilaku dan terapi psikoedukasi keluarga terhadap prodroma early psychosis, ansietas dan harga diri remaja di pondok pesantren. Desain penelitian yang digunakan adalah rdquo;quasi experimental dengan rancangan pre-post test with control group rdquo;. Menggunakan instrumen prodroma early psychosis PQ16 Dengan metode purposive sampling. Responden berjumlah 78 yang dipilih dengan tehnik simple random sampling terdiri dari 39 orang setiap kelompok. Tindakan keperawatan ners diberikan pada kelompok intervensi 1 dan tindakan keperawatan ners, terapi kognitif perilaku dan terapi psikoedukasi keluarga pada kelompok intervensi 2. Hasil penelitian menunjukkan prodroma early psychosis dan ansietas megalami penurunan secara bermakna serta peningkatan secara bermakna pada harga diri pada intervensi 1 dan 2 dengan p-value < ? 0,05 , penurunan prodroma early psychosis dan ansietas serta peningkatan harga diri lebih besar pada kelompok intervensi 2 dibandingkan dengan kelompok intervensi 1. Hasil penelitian ini dapat dipertimbangkan sebagai program preventif dan promotif dengan pemberian tindakan keperawatan ners, terapi kognitif perilaku dan terapi psikoedukasi keluarga. ......Prodroma early psychosis begain in early adolescence, teenagers is the transition that experienced changes either physicall or psychological that can cause teenagers experienced anxiety and low self esteem. The purpose of this research to know the effect of cognitive behaviour therapy and family psychoeducation therapy towards prodroma early psychosis, anxiety and self esteem of adolescents in islamic boarding school. Design research used is quasi experiment pre post test with control group with purposive sampling methods. Instrement of this research using Prodroma Questionnaire PQ16. Responden were 78 the selected with simple random sampling consisting of 39 people every group. The group of intervention 1 given nursing therapy and the group intervention 2 given nursing therapy, cognitive behaviour therapy and family psychoeducation therapy. The results of the study showed prodroma early psychosis and anxiety had significant decrease and self esteem had significant increase after giving nursing intervention and cognitive behaviour therapy with p value 0,05. The results showed prodroma early psychosis and anxiety higher decrease and self esteem higher increase in a compare group 1 and 2. The results of this study can be consedered as preventive and promotive program with nursing therapy, cognitive behaviour therapy and family psychoeducation.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T47783
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Annisa
Abstrak :
ABSTRAK
Berbagai fakta yang ada sekarang telah berbicara bagaiana Narkotika danobat-obatan berbahaya (Narkoba) sudah merebak kemana-mana tanpa memandang bulu. Dalam hal ini remaja merupakan salah satu kasus terbesar dibandingkan kasuskasus yang lain.

Pada keluarga dengan remaja pengguna Narkoba, membentuk komunikasi efektif yang bukanlah hal yang mudah. Untuk mengetahui komunikasi dengan keluarga dengan remaja pengguna Narkoba, maka penelitian ini akan menggunakan empat karakteristik komunikasi dari Grotevant & Cooper (dalam Sprinthall & Collins, 1995) yaitu self assertion, separateness, permeability dan mutuality. Keempat karakteristik tersebut dikelompokkan ke dalam dua dimensi yaitu dimensi indimdttality dan dimensi connectedness. Adapun self assertion dan separateness termasuk dalam dimensi individuality sedangkan permeability dan mutuality termasuk dalam dimensi connectedness.

Selain itu, komunikasi dalam keluarga dapat pula membantu remaja dalam berkomunikasi dengan orang diluar lingkungan keluarga. Pengalaman remaja sehubungan individuality dan connectedness dalam konteks keluarga mempengaruhi perkembangan mereka diluar keluarga dan mempengaruhi interaksi dengan orang lain di luar keluarga termasuk peer ( Cooper & Ayers-Lopez, dalam Jakcson & Tome, 1993). Selanjutnya, melalui komunikasi dengan keluarga, juga dapat mendorong remaja berperilaku asertif dalam berkomunikasi dengan orang lain dimana perilaku asertif merupakan hal yang diperlukan, tidak hanya dengan sesama anggota keluarga tetapi juga dengan orang diluar keluarga. Hal ini dinyatakan oleh Shipman (1982) bahwa jika anak didorong utuk mengelaborasi pengalaman-pengalaman mereka di sekolah, berpartisipasi dalam diskusi keluarga dan mendorong mereka untuk mengekspresikan pendapat-pendapat mereka dalam berbagai interaksi keluarga, maka mereka akan memperoleh latihan dalam hal artikulasi, berfikir didepan orang banyak dan asertivitas yang akan bermanfaat bagi mereka dalam berhubungan dengan dunia luar.

Dengan pesatnya perkembangan jaman, seiring itu pula sikap asertif diperlukan dan menjadi hal yang penting. Caldarella & Merrel (1997) dalam pembahasan mengenai keterampilan sosial (social skills) menyebutkan asertif sebagai satu dari lima dimensi. Kelima dimensi tersebut adalah hubungan dengan peer (peer relations), manajemen diri (self managemenl), kemampuan akademik (academic skills), pemenuhan (complience) dan asertif (assertion).

Perilaku asertif cukup sulit untuk dilakukan, apalagi pada remaja yang terlibat dalam penyalahgunaan obat-obatan. Penelitian menunjukkan bahwa individu-individu yang mengalami perilaku adiktif (addictive bebatnour) secara khusus mengalami kekurangan dalam hal asertivitas (Miller & Eisler, dalam Wanigaratne dkk, 1990).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik komunikasi (se/f assertioHy separateness, permeability dan mitualily) apa saja yang diterapkan dalam keluarga dengan remaja pengguna Narkoba dan mengetahui bagaimana penerapan keempat karakteristik komunikasi tersebut dalam mendukung munculnya perilaku asertif pada remaja pengguna Narkoba, dimana telah disebutkan sebelumnya bahwa remaja pengguna Narkoba memiliki kekurangan dalam hal asertivitas. Selanjutnya, penelitian ini juga hendak mengetahui bagaimana penerapan keempat karakteristik dan munculnya perilaku asertif dalam membantu remaja bersosialisasi dengan lingkungan pada konteks keluarga dengan remaja pengguna Narkoba.

Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dimana melalui metode ini dilakukan wawancara untuk dapat memperoleh data dan informasi secara lebih mendalam.

Melalui penelitian ini diperoleh hasil bahwa keluarga dengan remaja pengguna Narkoba tidak menerapkan keempat karakteristik komunikasi dan tidak diterapkan keempat karakteristik komunikasi tersebut tidak mendukung munculnya perilaku asetif pada remaja. Selanjutnya, dengan tidak diterapkannya keempat karakteristik komunikasi yang kemudian diikuti dengan tidak munculnya perilaku asertif pada remaja maka akan menghambat proses sosialisasi remaja dengan lingkungannya.

Membentuk komunikasi yang efektif sejak dini merupakan hal yang perlu dilakukan. Pemahaman akan hal ini dapat membantu keluarga terhindar dari bahaya Narkoba. Selain itu dengan memasukkan komunikasi keluarga dan pelatihan asertif (assertive training) pada program-program rehabilitasi dapat menjadi sebuah solusi untuk dapat membantu menekan jumlah penggunaan Narkoba dan menghindarkan mereka yang telah menjalani rehabilitasi untuk kembali menggunakan Narkoba. Hal ini akan semakin efektif apabila disertai pula dengan turut aktifnya lingkungan dalam mencegah dan memberantas penggunaan Narkoba.
2000
S2875
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yohana Andini Rosaria C.
Abstrak :
Kohesivitas keluarga merupakan salah satu sub-komponen dari resiliensi keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kontribusi kohesivitas keluarga terhadap resiliensi keluarga pada mahasiswa dengan latar belakang keluarga miskin. Penelitian dilakukan pada 373 mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi 2012. Terdapat dua alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu Walsh Family Resilience Questionnaire (WRFQ) dan Balanced Cohesion dari Family Adaptability and Cohesion Evaluation Scale IV (FACES IV). Kesimpulan yang diperoleh adalah terdapat kontribusi yang signifikan dari kohesivitas keluarga terhadap resiliensi keluarga. Sebanyak 44,7% variasi skor resiliensi keluarga dapat dijelaskan oleh variasi skor kohesivitas keluarga. Selain itu, ditemukan korelasi yang signifikan antara resiliensi keluarga dengan keutuhan orangtua, kualitas interaksi dengan orangtua, serta antara kohesivitas keluarga dengan keutuhan orangtua, kualitas interaksi dengan orangtua, dan kualitas interaksi dengan saudara kandung. ...... Family cohesion is a sub-component of family resilience. This research aims to know family cohesion’s contribution on family resilience in college students who lives in poverty. Total participants is 373 college students who receive Bidikmisi 2012 scholarship. There are two scales that used in this research, Walsh Family Resilience Questionnaire (WRFQ) and Balanced Cohesion from Family Adaptability and Cohesion Evaluation Scale IV (FACES IV). This research concludes that there is significant contribution of family cohesion on family resilience, where 44.7% of family resilience’s variation score can be explained by family cohesion’s variation score. Moreover, there is significant correlation between family resilience and marital condition, quality of interaction with parents, also between family cohesion and marital condition, quality of interaction with parents, quality interaction with siblings.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S47592
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library